Pembuatan Dan Analisis Shampo Dari Ekstrak Etanol Tanaman Laja Gowah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBUATAN DAN ANALISIS SHAMPO DARI EKSTRAK ETANOL TANAMAN LAJA GOWAH (Alpinia malaccensis (Burm.F.)Roxb) ABSTRAK Shampo merupakan sediaan kosmetik yang fungsi utamanya untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari segala macan kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya. Tanaman laja gowah adalah tanaman herba yang sering kita jumpai di sekitar kita. Tanaman lengkuas hutan ini, yang merupakan nama lain dari tanaman laja gowah memiliki berbagai manfaat dan khasiat untuk kehidupan manusia. Namun, bagi sebagian orang tidak tau mengenai tanaman ini dan menganggapnya sebagai tanaman liar. Salah satu bagian tanaman laja gowah yang memiliki manfaat yang banyak yaitu pada rimpangnya. Di dalam rimpang laja gowah kandungan utama metil sinamat yang mempunyai aktivitas antifungi, antimikroba, dan sebagai bahan pewangi pada shampo. Sehingga, kami memformulasikan bahan utama yang digunakan yaitu rimpang laja gowah. Sediaan shampo diformulasikan dengan formula pendahuluan sebanyak empat formula dan tiga formula dengan menambah ekstrak etanol rimpang laja gowah dengan variasi konsentrasi sebesar 1%, 2%, dan 3%. Ekstraksi rimpang laja gowah dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil penelitian formula sediaan shampo optimum yaitu terdapat pada formula 18. Kata Kunci : Rimpang laja gowah, maserasi, formula optimum



ABSTRACK Shampoo is a cosmetic preparation whose main function is to clean the hair and scalp of any leopard, whether in the form of oil, dust, dead cells and so on. Gowah laja plants are herbaceous plants that we often encounter around us. This galangal plant, which is another name for the gowah laja plant, has many benefits and properties for human life. However, for some people do not know about this plant and consider it as a wild plant. One part of gaja laja plant that has many benefits that is in the rimpangnya. In the gimp rhizome the main content of methyl cinnamate which has antifungi activity, antimicrobial, and as a fragrance ingredient in shampoo. Thus, we formulate the main ingredient used is the gimpah limp rhizome. The shampoo preparations are formulated with the introduction formula of four formulas and three formulas by adding ethanol extract of gheeon rhizome with variation of concentration of 1%, 2%, and 3%. The extraction of gowah lava rhizome was done by maceration method using 70% ethanol solvent. The result of the optimum shampoo formulation formula is found in formula 18. Keywords: Ginger rhizomes, maceration, optimum formula



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Tanah air kita memiliki potensi alam yang berlimpah dan sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi alam tersebut dapat dilihat dari beragam macam tanaman yang mempunyai khasiat tertentu. Salah satunya yaitu tanaman laja gowah yang dapat dimanfaatkan hampir semua bagiannya, yang kami pakai pada pembuatan shampo kali ini adalah rimpang dan kulit buah. Khasiat dari rimpang gambelu atau laja gowah yaitu digunakan sebagai obat bisul dan luka. Di Ambon, rimpang digunakan untuk memelihara tenggorokan, agar suara tetap bagus. Selain itu, rimpang juga sering digunakan untuk mengobati sakit perut, buahnya dapat dimakan dan digunakan sebagai teh, dan juga sering dimanfaatkan sebagai sabun dan anti emetikum (mencegah muntah), kulit buahnya dapat digunakan untuk mewangikan rambut (Riyanto, 2012), serta minyak rimpang gambelu digunakan untuk penyubur rambut (Heyne, 1987). Salah satu tanaman potensial seperti tanaman laja gowah ini terdapat di daerah Sumatera Barat yang dikenal dengan nama gambelu. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan utama dari gambelu adalah metil sinamat (Muchtaridi,et al., 2003). Secara empiris, gambelu baik rimpang, batang ataupun daunnya telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat anti muntah. Gambelu digunakan masyarakat Sumatera Barat untuk keperluan “Balimau”. Begitu banyaknya manfaat dari tanaman laja gowah ini, tetapi masyarakat Indonesia banyak yang belum mengetahui khasiat dari tanaman ini sehingga belum digunakan semaksimal mungkin untuk kebutuhan masyarakat. Seperti yang dijelaskan disebelumnya, tanaman laja gowah dapat digunakan untuk penyubur rambut sekaligus



untuk mewangikan rambut. Bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan sediaan shampo yaitu rimpangnya, yang mengandung senyawa metabolit sekunder dan minyak atsiri. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membuat sediaan formulasi shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah yang dibuat dengan bermacam formula sehingga didapatkan formula shampo yang optimum.



1.2.Rumusan Masalah a. Bagaimana komposisi bahan penyusun dari pembuatan shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah yang optimum. b. Bagaimana cara mendapatkan ekstrak dari rimpang laja gowah. c. Bagaimana kualitas produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah. d. Apakah produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah telah sesuai dengan acuan yang ada.



1.3.Batasan Masalah a. Melakukan pengujian terhadap tujuh formula dari dua puluh formula yang dilakukan dalam satu kelompok. b. Membuat empat formula pendahuluan tanpa ekstrak etanol rimpang laja gowah dan tiga formula yang divariasikan ekstrak etanol rimpang laja gowah yaitu 1%, 2%, 3%.



1.4.Tujuan Penelitian a. Menentukan komposisi bahan penyusun dari pembuatan shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah yang optimum. b. Dapat mengetahui cara perolehan ekstrak dari rimpang laja gowah. e. Dapat mengetahui kualitas produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah.



c. Untuk mengetahui apakah produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah telah sesuai dengan acuan yang ada.



1.5. Manfaat Penelitian a. Produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah ini dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ramah lingkungan. b. Produk shampo dari ekstrak etanol rimpang laja gowah yang dihasilkan dapat diedarkan ke masyarakat dan dapat bersaing dengan shampo alami lainnya. c. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa shampo yang dihasilkan merupakan shampo alami yang bermanfaat bagi rambut manusia dan sangat ramah lingkungan. d. Memberikan kesehatan dan perlindungan dari kerusakan rambut bagi pemakainya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Tanaman Laja Gowah



Gambar 2.1. Tanaman Laja Gowah Tanaman lengkuas hutan adalah tanaman herba yang sering kita jumpai berada di sekitar kita. Tanaman lengkuas hutan dapat kita temukan di hutan tropis. Nama latin tanaman lengkuas hutan adalah Alpinia Malaccensis (Burm. F.) Roxb. Sedangkan dalam bahasa inggris tanaman lengkuas hutan mempunyai nama Ring Malacca. Menurut sejarah tanaman ini berasal dari India. Penyearan tanaman lengkuas hutan ini berada di Indonesia, malaysia, Asia seperti India. Ciri-ciri tanaman lengkuas hutan ini adalah bunga yang berwarna putih dan daun yang memanjang seperti pita dan memiliki akar rimpang. Fungsi dan kegunaan tanaman lengkuas hutan ini mungkin bagi sebagian orang yang tidak tahu akan menggangap tanaman ini tanaman liar. Namun, ternyata tanaman ini memiliki berbagai manfaat dan khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit yang ada di tubuh.



Klasifikasi Laja gowah (Alpinia malaccensis (Burm F.)) adalah sebagai berikut: Divisi



: Spermatophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledonae



Subkelas



: Sympatalae



Bangsa



: Zingiberales



Suku



: Zingiberaceae



Marga



: Alpinia



Jenis



: Alpinia Malaccensis (Burm. F.) Roxb



Kandungan dari Rimpang Laja Gowah Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kandungan dari minyak atsiri gambelu sebagai berikut dengan menggunakan GC-MS : Tabel 1. Kandungan Minyak Atsiri Rimpang Laja Gowah Rimpang laja Gowah No



Waktu Komponen



%Area



Retensi 1



5,014



2-Heptanol



0,61



2



5,739



Alpha-pinene



1,83



3



6,017



Alpha-pinene



3,13



4



7,025



B-pinene



20,59



5



7,46



Eucalyptol



14,11



6



9,699



Terpineol



9,97



7



12,746



Metil sinamat



44,86



8



13,121



Metil sinamat



2,31



9



13,64



Alpha.-Bisabolol



1,53



10



13,842



Phytol



0,27



11



14,181



Ergosterol



0,1



12



14,644



Phenylavetic acid,2-ethylhexyl ester



0,07



13



14,725



Asam salisilat



0,03



14



14,867



Hexadecanoic acid, methyl ester



0,03



15



14,951



Hexadecanoic acid, methyl ester



0,07



16



15,079



Bornylene



0,02



17



15,175



n-Hexadecanoic acid



0,05



18



15,326



Trimethylbicyclo



0,02



19



15,413



Tetracyclo



0,03



20



15,773



Bornylene



0,17



21



16,165



9-Octadecenoic acid (Z)-,methyl ester



0,05



22



16,383



Octacosane



0,16 (Sumber : Gustin, 2016)



Kandungan utama rimpang laja gowah yaitu metil sinamat. Metil sinamat merupakan senyawa yang berbau strawberry dan balsamik. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai anthelmintik (Claus, 1961). Metil sinamat merupakan turunan dari asam sinamat yang banyak digunakan sebagai kosmetik pemutih kulit. Sedangkan dalam industri, metil sinamat dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan lotion, antiprespirant, deodoran, detergent, pelembut pakaian, sabun mandi, dan shampo (IFF,2000).



Makhluk hidup dapat menghasilkan bahan organik sekunder (metabolit sekunder) atau bahan alami melalui reaksi sekunder dari bahan organik primer (karbohidrat, lemak, protein). Bahan organik sekunder (metabolit sekunder) ini umumnya merupakan hasil akhir dari suatu proses metabolisme. Bahan ini berperan juga pada proses fisiologi. Bahan organik sekunder itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu : fenolik, alkaloid dan terpenoid, tetapi pigmen dan porfirin juga termasuk di dalamnya. Salah satu tanaman yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder yaitu tanaman temulawak dimana senyawa yang terkandung yanitu alkaloid, terpenoid dan steroid. Kandungan lain dari metabolit sekunder berupa molekul-molekul kecil, bersifat spesifik (tidak semua organisme mengandung senyawa sejenis), mempunyai struktur yang bervariasi, setiap senyawa memiliki fungsi atau peranan yang berbedabeda. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri atau untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungan tempatnya berada. Metabolit sekunder merupakan biomolekul yang dapat digunakan sebagai lead compounds dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru. Senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin, terpenoid dan tannin. Pemanfaatan dari zat metabolit sekunder sangat banyak. Metabolit sekunder dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi, diantaranya sebagai antioksidan, antibiotik, antikanker, antikoagulan darah, menghambat efek karsinogenik, selain itu metabolit sekunder juga dapat dimanfaatkan sebagai antiagen pengendali hama yang ramah lingkungan.



Shampo Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang sudah mati dan sebagainya. Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai. Metode Ekstraksi Maserasi Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan dilakukan dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang dapat berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada suhu kamar (27oC), sehingga tidak menyebabkan degradasi metabolit yang tidak tahan panas BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN



3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan selama lebih kurang dua bulan dimulai dari bulan 30 Januari 2018 hingga 15 Maret 2018. Selama lebih kurang satu bulan untuk menemukan formula shampo ekstrak etanol rimpang laja gowah. Kemudian tiga minggu untuk melakukan uji sediaan shampo ekstrak etanol rimpang laja gowah. Tempat pelaksanaan kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sekolah Menengah Kejuruan Analisis Padang yang berlokasi di Jalan Pauh V No 13 Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Pauh Kota Padang, Sumatera Barat.



3.2. Persiapan Sampel Bahan baku yang digunakan yaitu rimpang laja gowah yang dari Kawasan Tanaman Obat (KTO) Universitas Andalas, Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat. Kawasan Tanaman Obat (KTO) Universitas Andalas. Untuk bahan tambahan lainnya diperoleh dari pembelian di toko bahan kimia yang ada di Kota Padang. 3.3. Parameter Uji 3.3.1. Skrining Fitokimia 3.3.2. Pembuatan Sediaan Shampo Optmimum 3.3.3. Evaluasi Sediaan Sampo 3.1. Pengukuran pH Metode Potensiometri 3.2. Uji Homogenitas 3.3. Uji Kemampuan dan Stabilitas Busa Metode Cylinder Shake 3.4. Uji Viskositas Metode Bola Jatuh 3.5. Uji Tegangan Permukaan Metode Pipa Kapiler 3.6. Pengukuran Berat Jenis 3.7. Uji Organoleptik 3.3.4. Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri 3.4. Alat dan Bahan 3.4.1. Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan Shampoo 2.4.1.1. Alat yang dibutuhkan a) Bejana bertutup b) Rotary ovaporator c) Blender d) Mixer



e) Oven f) Neraca Teknis g) Desikator h) Ayakan 40 mesh i) Hot Plate j) Saringan k) Pisau l) Batang Pengaduk m) Gelas piala 1000 ml 3.4.1.2. Bahan yang dibutuhkan a) Rimpang laja gowah b) Etanol 70% c) Aquades d) Natrium Lauril Sulfat e) Cethyl Alkohol f) Propilen glikol g) Asam sitrat h) Natrium Klorida i) Methyl Paraben j) Propil paraben 3.4.2. Alat dan Bahan Analisis Sediaan Shampo 3.4.2.1. Alat yang dibutuhkan a) Corong b) Neraca Analitik c) Gelas piala 250 ml



d) Gelas piala 500 ml e) Gelas piala 1000 ml f) Gelas ukur 100 ml g) Pipet takar 10 ml h) Tabung reaksi i) Kertas saring j) Pipet tetes k) Gelas piala 100 ml l) Gelas piala 100 ml m) Oven n) Neraca Digital o) Cawan Penguap p) Kaca objek q) Rak tabung reaksi r) Standar dan Klem s) pH meter 3.4.2.2. Bahan yang dibutuhkan a) Kalium Iodida b) Bi(NO3)3 c) HgCl2 d) HNO3 e) FeCl3 f) Logam Mg g) Aquades h) HCl pekat



i) Ethanol 96% 3.5. Prosedur Kerja 3.5.1. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Laja Gowah a. Dibersihkan rimpang laja gowah dari kotoran-kotoran dan benda asing, b. Dicuci rimpang laja gowah dengan air mengalir (dilakukan dua hingga tiga kali penyucian), Kemudian dipotong kecil-kecil rimpang laja gowah yang telah bersih dengan ketebalan ±5-7 mm, c. Dikeringkan rimpang di dalam oven pada suhu 40-50oC selama 1×24 jam, d. Lalu rimpang digiling halus dan diayak menggunakan ayakan (40 mesh), e. Kemudian ditimbang serbuk kering simplisia sebanyak 100 gram dengan neraca digital, Dimasukkan simplisia rimpang yang telah ditimbang ke dalam bejana bertutup, f. Dimaserasi dengan pelarut etanol 70% (1:10), sebanyak 75% pelarut ditambahkan dalam bejana, Direndam selama 3 hari, sambil diaduk setiap 6 jam g. Disaring ampasnya, kemudian ampasnya dimaserasi kembali dg 25% pelarut, Kemudian dimaserasi kembali dg perlakuan sama h. Hasil maserasi dipisahkan dan dikumpulkan i. Kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 790C 3.5.2. Skrining Fitokimia 1) Uji Alkaloid a) Dilarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air, Dipanaskan dan didihkan selama lima menit lalu disaring b) Sebanyak 2 ml filtrat ditambahkan 1 ml asam klorida pekat dan 9 ml aquades c) Campuran dipanaskan di penangas air selama dua menit



d) Dinginkan, disaring, kemudian dibagi dalam tiga tabung reaksi Tabung I : Ditambahkan pereaksi Buchbouchardat. Hasil positif (+) ditunjukkan dengan terbentuknya endapan coklat kehitaman. Tabung II : Ditambahkan pereaksi Meyer. Hasil positif (+) ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih. Tabung III : Ditambahkan pereaksi Dragendroff. Hasil positif (+) ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah bata. 2) Uji Flavonoid a) Dilarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air b) Kemudian dipanaskan dan dididihkan selama lima menit lalu disaring c) Sebanyak lima ml filtrat ditambahkan 0,1 gram serbuk Magnesium dan 10 ml larutan asam klorida pekat. Hasil positif (+) menunjukkan dengan terbentuknya warna merah jingga sampai merah ungu 3) Uji Tanin a) Dilakukan dengan melarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air b) Kemudian dipanaskan dan dididihkan selama lima menit lalu disaring c) Sebanyak lima ml filtrat ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Hasil positif (+) ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, biru, atau ungu. 4) Uji Saponin a.



Dilakukan dengan melarutkan 1 gram ekstrak dengan 100 ml air



b.



Kemudian dipanaskan dan dididihkan selama lima menit lalu disaring



c.



Sebanyak 10 ml filtrat dikocok dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas dan didinginkan



d) Kemudian dikocok sekuat-kuatnya selama 10 menit. Hasil positif (+) ditunjukkan apabila pada penambahan 1 tetes asam klorida pekat buih tidak hilang. 3.5.3. Pembuatan Sediaan Sampo Optimum Formulasi ekstrak etanol menjadi bentuk sediaan sampo terdiri dari zat aktif berupa ekstrak etanol tanaman laja gowah pada berbagai tingkat konsentrasi dan zat tambahan. Komposisi masing-masing formula dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Tabel Formula Pembuatan Sediaan Shampo Optimum Formula Sampo dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol Tanaman Laja Bahan



Khasiat Gowah (%) F1



F2



F3



F9



F10



F11



F12



Sulfat



5



5



10



2.5



2.5



2.5



2.5



Cethyl Alkohol



5



5



5



4



4



4



4



Opacifying Agent



Propilen glikol



7



7



7



7



7



7



7



Pelembab



Methyl Paraben



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



Pengawet



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



Natrium



Lauril Surfaktan



Propil Paraben



Pengawet



Ekstrak etanol



Zat



berkhasiat



laja gowah



-



-



-



-



1



2



3



sekaligus pewangi



Natrium benzoat



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



Antimicrobial



Asam sitrat



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



0.1



Acidifying Agent



NaCl



0.75



1.0



1.0



0.4



0.4



0.4



0.4



Pengental



100



Aquades



100



100



100



100



100



100



Pelarut



Keterangan: Pada praktik kali ini saya membuat shampo dengan Mella Mardiati dan Misbahul Rusdi dimana total formula kami ada 20 yang kami bagi tiga. Masingmasing ada yang mendapatkan 7 formula dan 6 formula. Saya melakukan pengujian pada 7 formula, 3 formula merupakan formula pendahuluan tanpa ekstrak etanol rimpang laja gowah dan empat formula merupakan formula dengan variasi ekstrak. Hasil yang terbaik dan sesuai standar, itulah yang akan diproduksi nantinya. Prosesur Pembuatan Shampo : a)



Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula,



b)



Dipanaskan aquades sebanyak 50 ml dalam gelas piala 250 ml di atas hot plate,



c)



Dimasukkan natrium benzoat dan asam sitrat ke dalam gelas piala yang berisi aquades, aduk,



d)



Kemudian dimasukkan metil paraben, setil alkohol, dan propil paraben, aduk,



e)



Kemudian ditambahkan propilen glikol sebanyak 7 ml, aduk,



f)



Dimasukkan natrium klorida dan secara perlahan ditambahkan natrium lauril sulfat, aduk secara perlahan,



g)



Setelah homogen, ditambahkan ekstrak sesuai konsentrasinya, aduk perlahan.



3.5.4. Evaluasi Sediaan Shamp a. Pengamatan Organoleptis Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan. 1) Pemeriksaan bentuk sediaan contoh shampoo a) Diambil sampel shampoo, diletakkan pada sebuah piringan b) Lalu diusapkan shampoo pada tangan untuk mengetaui bentuk atau teksturdari shampoo 2) Pemeriksaan bau sediaan contoh shampoo



a) Dikibaskan tangan kita di atas mulut tempat sampel shampoo ke arah hidung. b) Dicium, dipastikan tidak ada bau asing. 3) Pemeriksaan warna sediaan contoh shampoo a) Dituang contoh shampoo pada suatu piringan. b) Diamati warna dari contoh shampoo tersebut. b. Homogenitas Homogenitas dapat dilakukan secara visual dengan cara : a) Pengambilan sampel dapat dilakukan pada sebagian bagian di atas, tengah atau bawah. b) Sampel diteteskan pada kaca objek, c) Kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis, partikel diamati secara visual. c. Kemampuan dan Stabilitas Busa Uji kemampuan dan stabilitas busa dari shampo dilakukan dengan metode cylinder shake. Caranya yaitu : a) Dimasukkan shampo sebanyak 20 ml ke dalam gelas ukur 100 ml. b) Kemudian dikocok kuat selama 10 kali. c) Total volume sari isi busa diukur dan diamati penurunannya dan stabilitas busanya. Persyaratan tinggi busa pada umumnaya yaitu berkisar antara 1,322 cm . d. Pengujian Tegangan Permukaan Metode Kenaikan Kapiler a) Ditentukan kerapatan zat cair (massa jenis). b) Dimasukkan zat cair ke dalam gelas piala 250 ml sebanyak 50 ml. c) Dimasukkan pipa kapiler dalam gelas piala yang berisi zat cair.



d) Diukur tinggi kenaikan zat melalui pipa kapiler dengan mistar. e) Hitung tegangan permukaan zat cair dengan rumus sebagai berikut : Ƴ=½×ρ×r×g×h Keterangan : Ƴ = tegangan permukaan (dyne/cm) r = jari-jari dalam pipa kapiler (cm) g = gravitasi bumi (981) h = tinggi sampel (cm) e. Pengujiaan Berat Jenis a) Dibersihkan piknometer dengan alkohol, lalu dibilas dengan air dan dibilas dengan alkohol kembali lalu dikeringkan dengan vakum atau dryer, boleh juga dimasukkan dalam oven pada suhu 50oC. b) Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering. c) Diisi piknometer dengan aquades yang telah diukur suhunya kemudian ditutup sampai tidak ada gelembung udara pada pipa kapiler. d) Ditimbang dan dicatat beratnya, lalu diukur suhu aquades yang ditimbang menggunakan termometer. e) Aquades tersebut dibuang dan dibersihkan lagi piknometer dengan membilasnya menggunakan alkohol lalu dikeringkan seperti pada langkah pertama. f)



Dilakukan langkah kedua sampai dengan langkah kelima untuk sampel shampo tujuh formula.



g) Bobot jenis ditetapkan dengan cara membandingkan antara berat sampel dengan berat aquades dalam volume yang sama pada suhu yang sama.



Perhitungan berat jenis : (𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓+𝒂𝒊𝒓)−(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈)



BJ zat cair = (𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓+𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍)−(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒌𝒏𝒐𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈) f. Pengukuran pH Shampoo Metode Potensiometri 1. Kalibrasi pH meter a) Sediakan larutan buffer pH 4, 7, dan 10. b) Dibilas pH meter dengan menggunakan aquades, lalu dikeringkan dengan tisu. c) Dicelupkan pH meter ke dalam larutan buffer pH 7 sampai pH meter menununjukkan pembacaan yang konstan, dicatat datanya. d) Dibilas kembali pH meter dengan menggunakan aquades, lalu dikeringkan dengan tisu. e) Dicelupkan pH meter ke dalam larutan buffer pH 4 sampai pH meter menununjukkan pembacaan yang konstan, dicatat datanya. f)



Dibilas kembali pH meter dengan menggunakan aquades, lalu dikeringkan dengan tisu.



g) Dicelupkan pH meter ke dalam larutan buffer pH 10 sampai pH meter menununjukkan pembacaan yang konstan, dicatat datanya. h) Dibilas kembali pHmeter dengan menggunakan aquades, lalu dikeringkan dengan tisu. i)



Lakukan pengukuran pH sampel seperti pada kalibrasi pH meter



g. Uji Viskositas Metode Bola Jatuh a) Diukur jarak sampel yang ada di dalam gelas ukur dengan menggunakan mistar. b) Diukur diameter kelereng dengan menggunakan mikrometer sekrup pada sisi yang berlainan.



c) Ditimbang berat kelereng dengan menggunakan neraca empat lengan d) Dilepaskan kelereng dari atas permukaan minyak (tanpa kecepatan awal) dan dicatat waktu yang diperlukan untuk mencapai pada titik 100 ml. e) Diulangi langkah seperti diatas selama 2 kali dan dicatat hasilnya. f) Hitung nilai viskositas dengan rumus sebagai berikut :







2.r 2 .g ( bola  cairan ) 9v



Keterangan :



 = viskositas zat cair (cP) r = jari-jari bola (cm) g = gravitasi bumi (m/s2) v = kecepatan alir (s) ρ = massa jenis zat cair (g/ml) 3.5.5. Pengujian Kadar Air Metode Gravimetri 1. Dipanaskan cawan penguap pada suhu 105⁰C selama ± 2 jam dan dinginkan desikator selama ± 15 menit, timbang hingga bobot konstan. Setelah



didalam



cawan konstan,



ditimbang 2 gram sampel kedalam cawan dan ditimbang. 2. Dipanaskan cawan yang telah berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 105⁰C selama ± 2 jam. Setelah dipanaskan, dipindahkan cawan kedalam desikator dan didinginkan selama ± 15 menit kemudian ditimbang. 3. Lakukan kembali pemanasan selama ± 2 jam dan ulangi kembali sampai perubahan berat antara pemanasan memiliki selisih maksimal 0.0002 gram.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Hasil Pembuatan Shampo Shampo dari rimpang tanaman laja gowah didapatkan setelah pencampuran bahan-bahan dari formula yang telah ditentukan yaitu seperti natrium lauryl sulfat, asam sitrat, natrium benzoat, natrium klorida, metil paraben, propil paraben, setil alkohol, dan propilen glikol yang kemudian ditambahkan ekstrak etanol rimpang laja gowah yang terdiri dari beberapa variasi konsentrasi, yaitu 1%, 2%, dan 3%. Shampo yang didapatkan yaitu empat formula sediaan shampo pendahuluan yang belum dicampurkan dengan ektrak rimpang laja gowah dan tiga formula sediaan shampo pendahuluan yang dicampurkan dengan ektrak rimpang laja gowah dengan variasi konsentrasi ektrak rimpang laja gowah. 4.2. Hasil Ekstrak Etanol Rimpang Laja Gowah Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Alasan pemilihan pelarut etano 70% dikarenakan sifat etanol yang universal, sehingga senyawa metabolit sekunder seperti, flavanoid (polar) dan saponin (non polar) dapat tersari secara sempurna. Selain itu etanol 70% akan lebih mudah masuk berpenetrasi ke dalam sel simplisia daripada pelarut etanol dengan konsentrasi yang lebih rendah. Ekstrak etanol rimpang laja gowah memperoleh nilai rendemen sebesar 19,6%. Persentase rendemen ekstrak rimpang lengkuas hutan menggambarkan dari kualitas ekstrak. Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak. Ekstrak dibuat dengan menggunakan cara maserasi karena maserasi merupakan cara yang sederhana dan merupakan proses ekstraksi yang tidak menggunakan panas yang tinggi sehingga tidak akan merusak senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak



rimpang laja gowah. Ekstrak yang diperoleh memiliki bentuk ekstrak yang kental dan berwarna merah kecoklatan. Ekstrak diperoleh melalui beberapa tahapan, yang dimulai dari preparasi rimpang laja gowah hingga pemekatan ekstrak yang dilakukan menggunakan alat rotary evaporator. 4.3. Hasil dan Pembahasan Analisis 4.3.1. Hasil Pengujian Metabolit Sekunder Tabel 3. Hasil Pengujian Skrining Fitokimia



Metabolit



Warna



Sekunder



Awal



Hasil Perubahan yang Terjadi



Pengujian



Ekstrak Uji Alkaloid



Merah Kecoklatan



(+/-) 1. Pereaksi Meyer : Tidak terdapat + endapan putih, larutan merah kecoklatan 2. Pereaksi Dragendorf : Terdapat endapan coklat kehitaman 3. Pereaksi Bouchardat : Terdapat endapan merah bata



Uji



Merah



Flavanoid



Kecoklatan



Uji Tanin



Merah



Merah Jingga



+



Hijau



+



Berbusa, busa stabil setelah ±30’



+



Kecoklatan Uji Saponin



Merah Kecoklatan



Pengujian metabolit sekunder dilakukan secara kualitatif dengan melihat adanya perubahan warna ataupun adanya endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan pereaksi spesifiknya. Skrining Fitokimia merupakan pengujian yang berguna untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak rimpang laja gowah. Dari tabel 3. Hasil pengujian metabolit sekunder pada ekstrak rimpang laja gowah memunjukkan hasil positif, yang berarti ekstrak rimpang laja gowah mengandung senyawa metabolit sekunder. 4.3.2. Evaluasi Sediaan Shampo A. Pengukuran pH dengan Meode Potensiometri Tabel 4. Hasil Pengukuran pH pH FORMULA



KEBERTERIMAAN SAMPEL



SNI



1



5.21



5.0-9.0



DITERIMA



2



5.27



5.0-9.0



DITERIMA



3



5.31



5.0-9.0



DITERIMA



9



4.68



5.0-9.0



TIDAK DITERIMA



10



4.67



5.0-9.0



TIDAK DITERIMA



11



4.73



5.0-9.0



TIDAK DITERIMA



12



4.76



5.0-9.0



TIDAK DITERIMA



pH merupakan parameter yang dapat memengaruhi daya absorpsi sediaan ke dalam kulit. Pemeriksaan pH bertujuan untuk melihat derajat keasaman dari sediaan shampo. Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak rimpang laja gowah yang digunakan, maka akan semakin kecil nilai pH sediaan shampo. Hal ini dapat dilihat pada formula 9, 10,11, dan 12. Hal ini disebabkan



karena ekstrak rimpang laja gowah yang bersifat asam. Dari hasil pengujian, formula 1, 2, dan 3 pH yang diperoleh memenuhi SNI yaitu rentang 5-9, sedangkan formula 9,10, 11, dan 12 tidak memenuhi SNI. B. Uji Homogenitas Sediaan Shampo Tabel 5. Hasil Pengujian Homogenitas



FORMULA



HOMOGENITAS



KETERANGAN



1



+



tidak ada yang mengendap



2



+



tidak ada yang mengendap



3



+



tidak ada yang mengendap



9



+



tidak ada yang mengendap



10



+



tidak ada yang mengendap



11



+



tidak ada yang mengendap



12



+



tidak ada yang mengendap



P1



+



tidak ada yang mengendap



P2



+



tidak ada yang mengendap



Sediaan shampo yang baik yaitu sediaan shampo yang homogen, dalam arti tercampurnya atau terdispersinya semua bahan secara sempurna. Dari hasil pengamatan terlihat, bahwa dari tujuh sediaan shampo ekstrak rimpang laja gowah tercampur secara homogen dan tidak ada yang mengendap. C. Uji Kemampuan dan Stabilitas Busa Metode Cylinder Shake Tabel 6. Hasil Pengujian Ketinggian dan Kestabilan Busa FORMULA



UJI STABILITAS BUSA



KONTROL



KESTABILAN



(1.3-22 cm)



BUSA STLH 5'



SAMPEL



1



1.80 1.30-22.0



STABIL



2



1.90 1.30-22.0



STABIL



3



1.60 1.30-22.0



STABIL



9



1.30 1.30-22.0



STABIL



10



1.40 1.30-22.0



STABIL



11



1.30 1.30-22.0



STABIL



12