Peran Studi Veda Dalam Membangun Pemahaman Tentang Eksistensi Veda Sebagai Kitab Suci Dan Sumber Hukum Hindu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER PERAN STUDI VEDA DALAM MEMBANGUN PEMAHAMAN TENTANG EKSISTENSI VEDA SEBAGAI KITAB SUCI DAN SUMBER HUKUM HINDU Dosen Pengempu : I Dewa Putu Singarsa, S.P.,M.Si Pendiddikan Agama (UNO 102 C16)



Disusun Oleh : Kelompok 3 I Kadek Ari Tama



( 1907511171 )



Ni Made Sriyuni



( 1907511175 )



Ni Kadek Pebrianti



( 1907511178 )



Dewa Ayu Eka Hari Sita



( 2007511251 )



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS UDAYANA 2021 / 2022



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1 1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3 2.1 Menelusuri konsep dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi veda sebagai kitab suci dan sumber hukum ....... 3 2.2 Alasan Mengapa Diperlukan Studi Veda Dalam Membangun Pemahaman Tentang Eksistensi Veda Sebagai Kitab Suci dan Sumber Hukum. .................. 6 2.3 Menggali sumber historis, sosiologis, politik dan filosofis tentang studi Veda dalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. ...................................................................................................... 11 2.4 Membangun



argumen



tentang



peran



studi



vedadalam



membangun



pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. . 17 2.5 Mendeskripsikan esensi dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. ... 19 BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. ii



i



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak di antara umat Hindu sendiri yang belum memiliki kepastian pengetahuanakanwujud, struktur dan isi dari kitab suci Veda tersebut. Mengenali wujud, struktur,dan isi dari kitab suci Veda ini tidak hanya berfungsi sebagai pemberi pengetahuan spiritual, namun juga sebagai pembentuk kemantapan identitas keagamaan umat kita karena memiliki kitab suci yang sangat agung dan relevan di setiap zaman. Ketidakpahaman terhadap ajaran Veda yang menjadi kitab sucinya, sikap toleran internal di antara pemeluk Hindu, dan keluhan terhadap praktek agama yang dirasa menyusahkan kehidupan dan sulit dilaksanakan adalah tiga permasalahan umat yang harus segera dicarikan solusinya oleh kita sebagaiumat Hindu. Namun semua masalah tersebut bersumber karena masih banyak umat Hindu yang belum mengerti tentang eksistensi Veda yang tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi juga sumber hukum bagi umat Hindu. 1.2 Rumusan Masalah 1



Bagaimana konsep dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi veda sebagai kitab suci dan sumber hukum?



2



Apa Alasan Mengapa Diperlukan Studi Veda Dalam Membangun Pemahaman Tentang Eksistensi Veda Sebagai Kitab Suci dan Sumber Hukum?



3



Bagaimana cara Menggali sumber historis, sosiologis, politik dan filosofis tentang studi Veda dalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum?



1



4



Bagaimana cara Membangun argumen tentang peran studi vedadalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum?



5



Bagaimana cara Mendeskripsikan esensi dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengerahui bagaimana konsep dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. 2. Untuk mengetahui apa Alasan Mengapa Diperlukan Studi Veda Dalam Membangun Pemahaman Tentang Eksistensi Veda Sebagai Kitab Suci dan Sumber Hukum. 3. Untuk mengetahui Bagaimana cara Menggali sumber historis, sosiologis, politik dan filosofis tentang studi Veda dalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. 4. Untuk mengetahui Bagaimana cara Membangun argumen tentang peran studi vedadalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. 5. Untuk mengetahui Bagaimana cara Mendeskripsikan esensi dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Menelusuri konsep dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi veda sebagai kitab suci dan sumber hukum Beberapa orang menganggap Ramayana sebagai kitab suci umat Hindu; beberapa lainnya menganggap Bhagavad Gita; sebagian lain menyebut Upanisadsebagai kitabpedoman. Pada masalalukeadaannya tidak demikian. Kebingungan danperbedaan pandangan ini kerap muncul karena sejak dulu kita tidak memiliki format yang pasti tentangpendidikan dasar agama melalui sebuah kitab dasar. Sehinggadewasa ini kita justru kebingungan bahkan kerap membenturkan antarakitabyang satu dengan kitab yang lainnyasehingga membuat umat semakin bingungterhadap penggunaan dari kitab suci Veda itu sendiri. Beberapa hal yang patut menjadi perhatian mengenai pengetahuan Veda di kalangan masyarakat (khususnya mahasiswa) di antaranya: 1. Bahwa mayoritas umat Hindu miskin pengetahuan Veda. Sementara itu, mereka yang tergolong intelektual berpendidikan akademik dan berkesadaran materialistik, mempelajari Veda secara empiris-induktif. Akibatnya, timbulah beda pendapat dengan mereka yang berusaha mengerti Veda sesuai petunjuk yang ditetapkan oleh Veda itu sendiri. Pemahaman yang dilandasi pola pikir empiris secara langsung mendistorsi ajaran Veda. 2. Diperlukan studi Veda sebagai pengenalan Veda kepada mahasiswa, bahwa Veda tidak hanya sekedar hadir sebagai pemberi identitas kitab suci agama Hindu, 3



namun



juga



mengerti



bahwa



tujuan



dari



studi



Veda



adalah



untuk



memberikanpemahaman bahwa jalan kehidupan spiritual (nivrtti-marga)dan jalan kehidupan material (pravrtti-marga)diperuntukkan bagi orang-orang sesuai dengan kadar unsur-unsur tri-guna yang menyelimuti dirinya, dan menentukan tingkat kesdaran, watak dan sifat, serta kegiatan yang dilakukan. A. Arti Kata Veda Hal paling sederhana sebelum kita mendalami Kitab Suci Veda adalah dengan mengetahui definisi kata Veda itu sendiri. Kata Veda dapat dikaji dari 2 pendekatan yaitu secara Etimologi dan secara Semantik. Menurut Maha Rsi Sayana, kata Veda yang berasal dari urat kata Vidyang berarti untuk mengetahui dan Veda berarti kitab suci yang mengandung ajaran yang luhur untuk menuntun menuju kehidupan yang lebih baik dan menghindarkannya dari berbagai bentuk kejahatan.Dalam bukuberjudul Rgvedadi Basya Bhumikakarangan Dayananda Saraswati dinyatakan bahwa Veda berasal dari 4 urat kata kerja, diantaranya berikut ini: 1. Vid : Mengetahui 2. Vid: Menjadi ada 3. Vid: Membedakan 4. Vid: Mencapai Radhakrishnan lebih jauh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan(sains)adalah pengetahuan dalam tahap sekunderyang memberikanpengkajian yang lebih mendetail, sedangkan kebijaksanaan (Veda) adalah pengetahuan tahap primer, yang diturunkan langsung dari prinsip tak tercipta(Tuhan). Dengan



demikianVeda



adalahdokumenpengetahuan



dan



kebijaksanaan suci pertama dan tertua yang dimiliki oleh umat manusia. 4



B. Bahasa Veda Veda diyakini sebagai wahyu Tuhanyang secara sederhana bisakita katakan bahwa kebenaran Veda tidak perlu diragukan lagi.Secara logis dan historis, bahasaVeda adalah bahasayang digunakan oleh masyarakat di tempat wahyu itu diturunkan. Sehingga kesimpulannya adalah bahwabahasa digunakan dalam Veda adalah bahasa Sansekerta. Dengan perkembangannya yang pesat, setelah diturunkannya Veda kemudian para ahli membedakan bahasa Sansekertake dalam tigakelompok: 



Bahasa SansekertaVeda (Vedic Sanskrit)







Bahasa SansekertaKlasik (Classical Sanskrit)







Bahasa Sansekertacampuran (Hybrida Sanskrit)



C. Kedudukan Veda Svami Sivananda, seorang yogin di abad modernini menayatakan bahwaajaran Veda tidak terbatas hanya sebagai tuntunan hidup individu, tetapi juga dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Sebagaisebuahhimpunan sabda yang diciptakan oleh manusia(apauruseya)di mana para Rsi sang penerima wahyu dianggaphanya sebagai instrumen (sarana) dari Tuhan Yang Maha Esa untuk menyampaikan ajaran suci-Nya. Di samping itu pula ada beberapa cara seorang rsi menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yaitu melalui:  Swaranada, yakni gema yang diterima oleh para maha rsi dan gema tersebut berubah menjadi sabda atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa, kemudian wahyu itu disampaikan kepada para murid (sisya)didalam asrama (pasraman).



5



 Upanisad, pikiran para maha Rsi dimasuki oleh sabda Brahman sehingga pikiran para maha Rsi itu berfungsi sebagai mediayang menghubungkan Tuhan dengan para Maha Rsi.  Darsanaatau darsanamdi mana para Rsi atau orang suci berhadapan dengan dewa-dewa seperti halnya Arjuna dengan Dewa Visnudalam mata rohaninya.  Avatara, yakni manusia berhadapan dengan awatara-Nya, seperti halnya Arjuna menerima wejangan suci Bhagawadgita dari Sri Krsna. 2.2 Alasan Mengapa Diperlukan Studi Veda Dalam Membangun Pemahaman Tentang Eksistensi Veda Sebagai Kitab Suci dan Sumber Hukum. Segenap daya danupaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam kitab suci Vedaakanbemuarapadameningkat dan mantapnya pengamalan Śraddhā dan Bhakti (iman dan takwa), karena semuanya itu berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Bhakti tanpa dilandasi Śraddhā, maka tujuan bhakti tersebut tidak akan optimal dapat direalisasikan. Demikian pula sebaliknya ajaran suci yang terkandung dalam kitab suci Veda memerlukan sebuah studi Veda yang komprehensif, yang mampu mengantar siapapun kepada sebuah keyakinan bahwa Veda adalah satu-satunya sumber kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan. Karena bila tidak diyakini kebenarannya dan tidak diamalkan dalam kehidupan nyata, maka ajaran tersebut hanya bersifat normatif verbal dan tidak mampu menyentuh hati nurani umat manusia. Ajaran suci Veda, yang merupakan sabda Tuhan Yang Maha Esa tentunya patutuntuklebih didalami, diwacanakan, didiskusikan dan diyakini kebenarannya sebagai pegangan bagi umatHindudalam berperilaku.



6



A. Pembagian dan Isi Veda Sebagai kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia, maka berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis kitabVeda itusangatlahbanyak. Maha Rsi Manu membaginya kedalam dua kelompok besar yaitu Veda Sruti dan Veda Smrti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis kitabyang dikelompokkan (diklasifikasikan) sebagai kitab Veda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. a. Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Veda yang sebenarnya(asli)yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai periodesasinya dalam empat kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Veda Sruti disebut juga Catur Veda atau Catur Veda Samhita(Samhita artinya himpunan). Adapun kitab-kitab Catur Veda tersebut adalah: 1) Rgveda Samhitayakni wahyuyang paling pertama diturunkan sehingga merupakan Veda yang tertua. Rgveda berisikan nyanyian-nyanyian pujaan, terdiri dari 10.552 mantra dan seluruhnya terbagi dalam 10 mandala. Mandala II sampai dengan VIII, disamping menguraikan tentang wahyu juga menyebutkan Sapta Rsi sebagai penerima wahyu. Wahyu Rgveda dikumpulkan atau dihimpun oleh Rsi Pulaha. 2) Samaveda Samhitayang merupakan kumpulan mantra dan memuat ajaran mengenai lagu-lagu pujaan. Samaveda terdiri dari 1.875 mantra. Wahyu Samaveda dihimpun oleh Rsi Jaimini.



7



3) Yajurveda Samhitayakni Veda yang terdiri atas mantra-mantra dan sebagian besar berasal dari Rgveda. Yajurveda memuat ajaran mengenai pokok-pokok yajus. Keseluruhan mantranya berjumlah 1.975 mantra. Wahyu Yayur Veda dihimpun oleh Rsi Waisampayana. 4) Atharva veda Samhitamerupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis. Atharvaveda terdiri dari 5.987 mantra, yang juga banyak berasal dari Rgveda. Isinya adalah doa-doa untuk kehidupan sehari-hari seperti mohon kesembuhan dan lain-lain. Wahyu Atharvaveda dihimpun oleh Rsi Sumantu b. Smrti adalah Veda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang profesi. Secara garis besarnya Smrtidapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok Vedangga (Sadangga), dan kelompok Upaveda. Kelompok Vedangga 1. Siksa (Phonetika) yakni memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara. 2 Vyakarana(Tata Bahasa) merupakan suplemen batang tubuh Veda dan dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Veda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. 3 Chanda(Lagu) adalah cabang Veda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Sejak dari sejarah penulisan Veda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat.



8



4 Nirukta memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Veda. 5 Jyotisa(Astronomi) merupakan pelengkap Veda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya. 6 Kalpa merupakan kelompok Vedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa. Srauta memuat berbagai ajaran mengenai tatacara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Kelompok Upaveda 1) Itihasa, merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan



Mahabharata. Kitab Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan ke dalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalah Ayodhya Kanda, Bala Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap Kanda itu merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra yang menarik. Di Indonesia cerita Ramayana sangat populer yang digubah kedalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini merupakan kakawin tertua yang disusun sekitar abad ke-8. 2) Purana, merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan



silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan perkembangan dinasti Suryawangsa



9



dan Candrawangsa serta memuat cerita-cerita yang menggambarkan pembuktianpembuktian hukum yang pernah dijalankan. Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiranyang menguraikan tentang cerita kejadian alam semesta, doadoa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tata cara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme (Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu. 3) Arthasastra, adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok



pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya. 4) Ayur



Veda,



adalah



kitab



yang



sangat



komprehensifdalam



membahaskesehatanbaikjasmani maupunrohani lengkap dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Veda adalah filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh karena demikian, maka ruanglingkup ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur Veda meliputi bidang yang amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur Veda meliputi berbagaibidang ilmu sepertiilmu bedah, ilmu penyakit, ilmu obat-obatan, ilmu psikoterapi, dan ilmu pendidikan anak-anak (ilmu jiwa anak) 5) Gandharwaveda,adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada



beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaveda ini adalah Natyasastra (yang



10



meliputi Natyavedagama dan Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Veda Smrtimeliputi banyak buku dan kodifikasinya ditentukanbidang-bidang tertentu. Ditambah lagi kitab-kitab agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama dan Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa danVedanta. Kedua terakhir ini termasuk golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab Veda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat diperkirakan betapa luasnya Veda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. c. Upanisad termasuk dalam Sruti sehingga merupakan bagian dari Veda di samping sastrasastra



Brahmana.



Upanisad



memuat



ajaran



filsafatketuhanan



serta



prinsip-



prinsipmeditasi.Upanisad disusun dalam jangka waktu yang panjang.Upanisad yang tertua diantaranya adalah Brhadaranyaka Upanisad dan Chandogya Upanisad, diperkirakan disusun pada abad ke delapan sebelum masehi. Merujuk pada Ashtadhyayi yang disusun oleh Maharsi Panini, jumlah upanisad yang ada sebanyak 900. Begitu pula Maharsi Patanjali menyatakan jumlah yang sama. Meski demikian seiring dengan berjalannya waktu, banyak diantaranya yangtelahhilang atau musnah yang disebabkan oleh berbagai hal 2.3 Menggali sumber historis, sosiologis, politik dan filosofis tentang studi Veda dalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. ”Anantavai Veda” yang artinya bahwa Veda bersifat abadi. Lebih jauh dapat ditegaskan bahwa karakteristik dari ajaran veda seperti telah disinggung diatas adalah:



11



1)



Veda tidak berawal, karena merupakan sabdanya telah ada sebelum alam diciptakan oleh manusia.



2)



Veda tidak berakhir karena ajarannya berlaku sepanjang zaman.mengingat Veda berlaku sepanjang zamanmaka disebut”Anadi Ananta”.



3)



Veda Apauruseyam, tidak disusun oleh manusia, melainkan diperoleh atau diterima oleh orang-orang suci, Para Maharsi. Dengan demikian Veda adalah ajaran yang mendidik umat manusia bagaimana



seharusnya hidup di dunia ini. Veda memberikan jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup di dunia ini, sekarang, dan pada masa yang akan datang. Ia membimbing setiap pikiran, ucapan dan tingkah laku umat manusia sejak ia lahir sampai nafasnya yang terakhir. Tidak terbatas untuk keselamatan individu, tetapi juga untuk keseluruhan masyarakat. Masih banyak kita jumpai sloka-sloka yang menekankan pentingnya Veda sebagai sumber hukum Hindu dalam meningkatkan kualitas pribadi maupun masyarakat. Dengan demikian Veda dapat dikatakan bersifat obligator, baik untuk dihayati, dipahami, dan diamalkan. Pengumpulan berbagai mantra menjadi himpunan buku-buku adalah merupakan usaha kodifikasi Veda. Di dalam menyusun kembali ribuan sloka-sloka itu tidaklah mudah mengingat umur yang sudah tua dan kemungkinan telah banyak hilang. Disinilah kesukaran-kesukaran yang dijumpai oleh Para Wipra atau Maha Rsi di dalam menghimpun dan mensistematisir isinya. Kodifikasi yang dilakukan terhadap sloka-sloka Veda memiliki sistem yang khusus. Kalau kita perhatikan sistem kodifikasi itu ada beberapa kecenderungan yang dipergunakan sebagai cara perhimpunannya yaitu:



12



 Didasarkan atas usia sloka-sloka termasuk tempat geografis turunnya sloka-sloka itu.  Didasarkan atas sistem pengelompokan isi fungsi dan guna mantra-mantra itu.  Didasarkan atas resensi menurut sistim keluarga atau kelompok geneologi. 1 Veda Sebagai Sumber Hukum Menurut Prof. Sudirman, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau kebolehanuntuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Hukum bertujuan untuk mengatur ketertiban masyarakat. Pengertian Hukum dalam Veda adalah Rta dan Dharma. Rta adalah hukum alam yang bersifat abadi. Dharma adalah hukum duniawi, baik yang ditetapkam maupun tidak. Dharma sebagai istilah Hukum dalam Hukum Hindu karena kata ini memuat dua hal : Dharma mengandung pengertian norma, Dharma mengandung pengertian keharusan yang kalau tidak dilakukan dapat dipaksakan dengan ancaman sanksi (danda). Hukum Hindu sebagai Sistem Hukum terdiri dari: a. Rta (hukum abadi), sebagai sesuatu kekuatan yang tidak dapat dilihat oleh manusia, namun hanya dapat dirasakan berdasarkan atas keyakinan akan adanya kebenaran yang absolut. b. Dharma, merupakan penjabaran dari bentuk hukum yang idiil dalam (Rta) kedalam peraturan tingkah laku manusia. Sifatnya relatif, artinya Dharma sebagai hukum tidak sama bentuknya disemua tempat, melainkan dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasaan setempat (dresta). Hukum Hindu bertujuan mengantarkan umat Hindu menuju kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat umat Hindu bahagia.



13



Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Sumber hukum Hindu adalah Veda, hal ini ditegaskan dalam Manawadharmasastra XII. 96: “Utpadyante syawante ca ynyato nyani knicit, tänyarwakkalikataya nisphaIinyanrt ni ca”. Artinya: Semua ajaran yang berbedadari Veda yang lahir dan akan segera musnah adalah tak bernilai dan palsu karena itu adalah dari zaman modern ( Gede Pudja, 2012:741) 2



Veda adalah Mitologi? Kata mitologi, diadaptasi dari bahasa Inggris “myth”. Dalam kamus Webster New



World College Dictionary 3rd Edition, kata “myth” diartikan sebagai : “1) any fictitious story; or unscientific account, theory,belief,etc 2) any imaginary persons or thing spoken as though existing”. Artinya: 1) sembarang kisah atau cerita fiksi (tidak nyata/hayalan/dongeng); atau kejadian, teori dan kepercayaan dan lain-lain yang tidak bersifat ilmiah. 2) sembarang orang atau sesuatu yang dianggap seolah-olah benar-benar ada. Kitab-kitab Purana dijuluki mitologi, karena beberapa alasan. Pertama, kata “Purana” secara harfiah berarti sejarah. Memang, kitab-kitab Purana mengandung banyak sejarah tentang kegiatan atau lila Tuhan, Para dewa, atau penyembah-penyembah mulia Tuhan. Matsya Purana, misalnya, berisi kisah tentang kemunculan



Sri Wishnu yang menjelma



sebagai seekor ikan raksasa yang menyelamatkan seorang raja saleh bemama Raja Satyavrata. Kisah ini sebenarnya sangat mirip dengan kisah Nabi Nuh dalam Islam yang juga diselamatkan dari Banjir Besar. Sayangnya, dalam Mastya Purana tersebut tidak disebutkan kapan persisnya peristiwa tersebut terjadi. Padahal, dalam dunia akademik dan ilmiah, adanya 14



angka tahun ini merupakan syarat penting bagi kita untuk percaya bahwa sesuatu peristiwa benar benar terjadi. Kalau kita tanyakan kepada umat Islam, kapan terjadinya Banjir Besar itupun, mereka juga akan kesulitan menyebutkan angka tahun yang pasti. Begitu pun dengan kisah Mahabharata. Menurut Professor K. Srinivasaraghavan, dalambukunya yang berjudul The Date of the Mahabharata War dan The Kali Yugadhi (1969), sesuai denganperhitungan ilmu perbintangan Veda (Jyotishastra), perang di Kuruksetra tersebut terjadi pada tanggal 22 November 3067 Sebelum Masehi. Kesimpulan itu didasarkan pada keterangan-keterangan waktu yang terdapat dalam ayat-ayat Mahabharata itu sendiri. Namur, angka tahun itu ditolak oleh sebagian kalangan sejarawan Barat, karena menurut Teori Invasi (Penyerangan) bangsa Arya ke Dravida ciptaan Max Muller, bangsa Arya diperkirakan datang ke India baru pada sekitar tahun 1500 Sebelum Masehi. Menurut teori yang sudah terlanjur dianggap benar itu,Bangsa Arya lah yang merupakan pembawa Rgveda ke India. jadi, kalau teori ini benar, bahkan Veda dan peradaban Hindu tidak murni lahir dari India, melainkan berasal dari wilayah Indo-jerman, tempat asal bangsa Arya. jadi, tidak adanya kronologi peristiwa yang runtut itulah yang menyebabkan Purana disebut mitologi. Alasan kedua, julukan mitologi pada Veda tidak dapat kita lepaskan begitu saja dari konteks sejarah penjajahan India oleh Inggris selama ratusan tahun. Kolonial Inggris mulai resmi menjajah India sejak mereka memenangkan pertempuran yang dikenal sebagaiBattle of Plassey tahun 1757 (Satsvarupa, 1977). Adalah sebuah fakta bahwa. penjajahan Inggris di India dimanfaatkan oleh Para misionaris Kristen untuk mengalihkan agama penduduk India dari Hindu menjadi Kristen. Mereka mulai membuka Perguruan Tinggi dan perguruan tinggi Kristen. Alexander Duff (1806 –1878) mendirikan Scots College di



15



Calcutta, yang ia cita-citakan menjadi “headquarters for a great campaign against Hinduism” (Pusat kampanye besar melawan Hindu). Para misionaris itu tidak segan-segan menyebut kitab-kitab Veda sebagai “absurdities meant for the amusement of children“yang artinya “serangkaian takhayul yang dimaksudkan untuk hiburan anak anak” Dengan tujuan besar seperti di atas, mulailah muncul kalangan intelektual Inggris yang menggangap perlu untuk mendidik orang-orang India dengan ilmu pengetahuan Barat. Upaya itu dimulai dengan lahirnya beberapa, orang Inggris yang mempelajari budaya India dan menguasai bahasa Sansekerta. Terbentuklah sebuah organisasi yang bernama Royal AsiaticSociety. Mereka-mereka ini selanjutnya dikenal sebagai indologists, yang kemudian menjadi para penterjemah kitab-100 kitab Veda ke dalam bahasa Inggris. Sir William Jones (1746 –1794), Charles Wilkins (1749 –1836), dan Thomas Colebrooke (1756 –1837) dianggap sebagai para pelopor indologist (indology adalah bidang ilmu yang mengkaji budaya dan peradaban India). Bersumber pada kitab-kitab Veda. Karena itulah, mereka berpendapat bahwa satusatunya cara adalah menunjukkan kepada orang-orang India bahwa kitab Veda yang mereka yakini tidak lebih dari sekedar takhayul, dongeng, dan mitologi yang tidak masuk akal. William Jones misalnya, menyebut Bhagavata Purana sebagai “kisah saduran” dan ia berspekulasi bahwa Bhagavata sebenarnya meniru Gospel Kristen yang dibawa ke India, dan bahwa Kesava. (nama lain Krishna) sebenarnya adalah Apollo pahlawan Yunani. Teori ini telah terbukti salah, karena berbagai temuan arkeologi yang berhubungan dengan legenda Krishna menunjukkan bahwa Krishna telah ada jauh sebelum agama Kristen lahir.



16



Tokoh Indologist lain yang sangat besar pengaruhnya pada kesan masyarakat dunia terhadap Veda adalah Frederick Max Muller (1823 –1900). Muller adalah ahli bahasa Sansekertaasal Jerman yang kemudian bekerja pada East India Company, dan dipercaya untuk menterjemahkan kitab Rgveda ke dalam bahasa Inggris. Muller inilah yang kemudian menciptakan teori “Legenda Arya” dan “Invasi bangsa Arya ke Dravida”. dengan mendasarkan argumentasinya pada mantra-mantra dalam kitab Rgveda itu sendiri. Bahwa ada sebuah suku bangsa Arya yang telah memiliki peradaban yang tinggi, berasal dari kawasan Iran. Bangsa Arya ini hidup berpindah-pindah, berperang dan menaklukkan suku bangsa lainnya, termasuk suku bangsa Dravida berkulit hitam, yang merupakan suku asli India. 2.4 Membangun argumen tentang peran studi vedadalam membangun pemahamantentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. Dari uraian di atas, jelas menjadi sebuah tantangan bagi kita untuk paling tidak meyakinkan diri kita sendiri, sebelum meyakinkan orang lain, bahwa Veda khususnya Itihasa dan Purana, bukan sekedar mitologi. Pertama, berhubungan dengan bukti-bukti ilmiah yang sering dianggap tidak memadai untuk mendukung kebenaran sejarah Veda. Dalam Veda, disebutkan bahwa ada berbagai metode atau cara yang dapat kita tempuh untuk mernperoleh pengetahuan. Salah satunya adalah pratyaksa, yang berarti persepsi langsung dengan mengandalkan indera kita sebagai alat utamanya. Metode kedua adalah anumana, yaitu pengambilan kesimpulan (inferensi). Metode yang lain disebut sabdha, atau mendengar dari sumber yang dibenarkan. Dari ketiga metode itu, ilmu pengetahuan modern lebih didasarkan pada dua metode yang pertama, yaitu pratyaksa dan anumana. Sebaliknya, Veda lebih mendasarkan pada



17



metode sabdha, mendengarkan dari mereka yang memiliki kompetensi atau sumber rohani. Untuk mendapatkan pengetahuan rohani atau spiritual, Veda menolak metode yang hanya mengedepankan



metode



pratyaksa



(pengamatan



langsung)



dan



anumana



(penyimpulan/silogisme), Karena pratyaksa pramana mengandalkan pada kemampuan indera kita dalam menangkap atau memahami sesuatu. Sedangkan indera-indera kita jelas-jelas memiliki banyak kelemahan. Kita tidak bisa melihat benda yang terlalu dekat, atau benda yang terlalu jauh. Setelah menyadari bahwa pratyaksa memiliki banyak kelemahan, para ilmuwan sekarang mengandalkan metode anumana, yang kadang mengarah pada spekulasi, interpolasi dan interpretasi untuk mengambil kesimpulan mengenai hal-hal yang tidak dapat diamati secara langsung oleh panca indera manusia. Contoh nyata spekulasi itu adalah teori tentang penciptaan alam semesta. Manusia adalah makhluk yang serba terbatas, dan hidup hanya di satu planet bumi ini. Ada jutaan planet di alam semesta ini, dan mungkin jutaan galaksi, yang kita tidak pernah mengetahuinya. Umur manusia pendek, hanya ratusan tahun, dan ilmu pengetahuan modern juga baru berkembang beberapa ratus tahun terakhir ini. Namun demikian, para ilmuwan itu telah berani dengan lantang menyatakan kepada kita, apa yang telah terjadi jutaan tahun yang lalu. Mereka menyimpulkan bahwa, alam semesta tercipta karena adanya sebuah ledakan atau dentuman besar yang disebut dengan Big Bang Theory.Bukankah tidak seorang ilmuwanpun yang hadir dan menyaksikan pada saat alam semesta tercipta? Kalau ada pihak-pihak yang meragukan atau mempertanyakan kebenaran teori itu, maka akan dilabeli dengan sebutan dogmatis, tidak ilmiah dan rasional, penganut agama yang fanatik, sentimentalis, dan sebagainya. Ajaran Veda kini kerap terdistorsi. Maksudnya adalah bahwa ajaran Veda kerap dibuat menyimpang dari makna sebenarnya, dimngerti secara kelur, ditafsirkan sede,ikian rupa 18



sehingga khilangan maksud aslinya dan dipahami berdasarkan teori materialistic yang sealalu berubah-ubah. Distorsi ajaran Veda melahirkan pemahaman yang menyimpang. Sangat disayangkan bahwasannya dewasa ini ajaran Veda yang terdistorsi justru dominan dalam masyarakat Hindu. Mayoritas umat Hindu menganut ajaran Veda yang tidak sesuai dengan yang digariskan oleh Veda, khususnya yang terkait dengan jalan kerohanian(yoga) dan ritual (yajna) pada masa Kali-Yugasekarang. Jika ajaran Veda yang terdistorsi ini diterima dan diikuti, itu sama artinya dengan mempraktekkan Veda secara keliru. Dan artinya itu sama saja dengan tidak mengikuti ajaran Veda. Veda mengatakan bahwa orang yang tidak mengikuti petunjuk kitab suci dan berbuat menurut kemauannya sendiri, tidak akan mencapai kesempurnaan hidup atau kebahagiaan dan juga tidak mencapai dunia rohani yang kekal (Bhagavad Gita.16.23). Karena itu, bila menginginkan kesempurnaan dan kebahagiaan hidup,maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh seseorang adalah mempelajari Veda secara benar dengan menuruti aturan dan petunjuk yang ditetapkan oleh Veda itu sendiri. Veda harus didengar dan dipelajari dari guru kerohanian (acarya) yang bonafideberdasarkan mukya-vrtti atau pengertian langsung (direct meaning). 2.5 Mendeskripsikan esensi dan urgensi studi veda dalam membangun pemahaman mahasiswa tentang eksistensi Veda sebagai kitab suci dan sumber hukum. Di dalam mencari pasal-pasal yang diperlukan baik untuk pedoman maupun sebagai landasan hukum di dalam menilai berbagai aspek kehidupan masyarakat Hindu tanpa menyadari sistematika di atas itu tidaklah mudah meraba hakikatyang menjadi dasar pola 19



hukum yang terkandung dalam Veda untuk merumuskan seluruh tingkah laku manusia yang disebut dharmika. Menghayati Veda tidak cukup hanya melihat aspek Sruti dan Smrtinya saja, tetapi seluruh produk Smrti dan Wibandha itupun perlu harus dihayati dan dikaji. Oleh karena itu Bhagawan Wararuci (Kathyayana) di dalam kitab Sarasamuscayanya bahwa seseorang mempelajari pula Itihasa dan Purana karena mereka yang tidak menghayati suplemen Veda itu tidaklah dapat menghayati Veda dengan baik. Kebijaksanaan dan kebahagiaan akan dapat dicapai bila seseorang telah benar-benar menghayati Veda sebagai kenyataan. Dari Manusmrti II. 12. telah menegaskan bahwa kebajikan yang merupakan hakikat daripada Dharma diwujudkan di dalam dunia ini berdasarkan norma yang tertera dan tersirat didalam Sruti, Smrti, Sadacara, Sila,dan Atmanastusti dan karena itu didalam menulis tingkah laku manusia, lembaga-lembaga Hindu dalam lingkungan masyarakat Hindu tidak dapat lepas dari norma-norma sebagai mana terdapat didalam berbagai sumber itu. Tingkah laku manusia bermasyarakat ditandai oleh berbagai jenis menurut pribadi maupun secara bermasyarakat, memiliki menentukan dimana kita akan memperoleh sumber hukum yang dapat dipergunakan di dalam mencari materinya. Jika dianalogikan Veda Sruti adalah merupakan ‘UUD’ Agama Hindu sedangkan Veda Smrti adalah ‘UUP’ Agama Hindu. Sebagai undang-undang agama, isi materi sangat luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu ciri-ciri dari tiap-tiap jenis kitab dengan pokok permasalahan yang menjadi dasar isi dari pada kitab itu harus dihayati.



20



Sri Krsna di dalam Bhagavadgītā (XVI.24) menyatakan: "Oleh karena itu jadikanlah kitab suci menjadi pegangan hidupmu untuk menentukan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Dengan mengetahui ajaran suci (Veda) tersebut, hendaknya engkau melakukan kegiatan kerja di dunia ini". Penjelasan tersebut sejalan dengan terjemahan mantra dari Śtapatha Brāhmaṇa yang kami kutip pada awal dari tulisan ini. Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah pula bagi kita bahwa ajaran suci Veda hendaknya dapat dijadikan pedomandalam hidup dan kehidupan ini. Kedudukan kitab suci Veda yang merupakan pegangan hidup yang harus ditaati. Menurut Rgveda X. 71. (4) menyebutkan adanya empat macam orang yang akan menyebarkan ajaran Veda menurut profesi mereka masing-masing. Keempat tipeitu merupakan sistim penyebaran ajaran yaitu: 1) Ahli kawisastra akan menyebarkan ajaran Veda melalui profesi mereka, misalnya dengan menyusun tulisan-tulisan kawi atau puisi dan melagukannya sehingga setiap orang dapat turut mendengar, menikmati keindahan isi serta bentuk gubahan sastra. 2) Seniman akan menyebarkan ajaran Veda melalui profesi mereka, misalnya dengan menyanyikan atau melakukan ajaran itu sehingga setiap orang ikut menikmati keindahan gubahan isinya melalui gubahan lagu-lagunya. Dengan demikian dilagukannyalah sabda sabda itu dalam bentuk nyanyian, kekidungan dan lain-lain baik dalarn bentuk macapat maupun dalam bentuk kekawin seperti Gayatri, Usnik, Anustub, Brihati, Pankti, Tristub, Jagati, Mandamalon dan sehagainya. 3) Ahli-ahli yang akan membahas, menggubah, mengembangkan dan sebagainya, sehingga isinya dapat dimengerti, dirasakan dan dihayati sepenuhnya baik secara



21



populer maupun secara ilmiah. Melalui kaca mata ahli inilah ajaran Veda itu disebarkan dan diyakini oleh setiap pembacanya. 4) Pendeta-pendeta pemimpin upacara yadnya yang akan merumuskan, membudayakan dan mengembangkan melalui cara doa-doa, improvisasi, penghayatan secara mistik sehingga keseluruhan ajarannya dapat dinikmati serta dihayati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik mereka yangberpikiran maju maupun yang masih sederhana jalan pikirannya. Pandita akan mengucapkan mantra-mantra dengan menghayati dan melagukannya sedangkan yang lain mendengar dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh pandita itu. Ajaran inipun diketengahkan didalam Yajurveda XII. 1.1. Berdasarkan sistem yang telah dikemukakan di atas yang diungkapkan berdasarkan Rgveda X, 73 (3-11) di atas dapatlah diharapkan ajaran Veda itu akan tersebar luas. Disamping itu menurut Yajurveda XVI. 1-3 dan demikian pula menurut Rgveda II (23) bahwa ajaran Veda harus dipopulerkan dan diajarkan kepada semua golongan tanpa membeda-bedakan golongan mereka. Ajaran Veda bukan saja harus dihayati oleh golongan Dwijati saja, melainkan kepada Sudra dan orang yang bukan Hindupun dapat diajarkan Veda itu. Dengan demikian ajaran Veda menjadi populer dan dapat merubah dunia dengan menjadikan pembaca atau penghayatannya menjadi orang yang baik. Orang baik menurut ajaran Veda itu disebut dengan istilah Arya (Rgveda IX. 635). Spirit ajaran inilah juga yang membuat Asoka, seorang raja Buddhis bersemangat menyebarkan ajaran ”dharma” dengan menamakan dirinya sebagai kekasih dewata yang menaklukkan dunia melalui ajaran kedharmaannya. Disamping itu, Hindu mempunyai sistim lain dalam penyebaran ajaran Veda secara populer, yaitu dengan mengintrodusir ajaran Rsi yajna atau Brahma yajna. Ajaran ini dimaksudkan agar dipatuhi dan karena itu ajarannya bersitat obligatos (kewajiban). Melalui sistim Tri Rna (Tiga Macam



22



Hutang), yaitu Dewa Rna, Rsi Rna dan Pitri Rna, maka ajaran Rsi Rna inilah dikembangkan ajaran Rsi Yajna yang menurut Manawadharmasastra, yajna itu dapat dilakukan dengan: 1.



menghormati Pandita Brahmana dengan ajaran daksinanya.



2.



mewajibkan membaca atau mempelajari Veda baik melalui guru (acarya) maupun dengan cara belajar sendiri (guruswadhyaya).



3.



memperingati hari turunnya Veda, misalnya menyelenggarakan hari ‘Sarasvati’ sebagai hari turunnya Veda. Maitri Upanisad IV.3 menegaskan bahwa adalah merupakan jaminan bagi seseorang



akan mencapai kesempurnaan melalui belajar Veda serta melakukan kewajiban-kewajiban dengan teratur. Melakukan tugas kewajiban yang menjadi tugasnya adalah tingkah laku yang menjadi azas kehidupan beragama dan itu adalah ketentuan. Kewajiban-kewajiban seperti yang diwajibkan dan dianjurkan di dalam Veda dan tidak melanggar kewajihan yang telah ditetapkan akan meningkatkan tingkat kehidupan manusia karena sesungguhnya itulah yang dinyatakan sebagai kesucian yang layak. Pemahaman yang benar sesuai pernyataan Veda atas asal-usul Veda dan ajaran filosofisnya mutlak perlu agar umat Hindu memiliki keyakinan (sraddha) yang kuat pada kebenaran kitab sucinya dan melaksanakan ajaran Veda secara benar pada masa Kali-Yuga sekarang. Jika umat Hindu betul-betul menuruti ajaran Veda niscaya umat Hindu akan mencapai jagadhita, hidup sejahtera di dunia fana ini.



23



BAB III KESIMPULAN Sebagai sebuah kitab suci dan sumber hukum agama Hindu, dapat kita pahami bahwa Veda mengandung dua ajaran pokok, yaitu: Dharma (kebajikan, hukum, agama dan sejenisnya) dan Brahman (ajaran tentang teologi, tentang ketuhanan, dewa-dewa dan proses terjadinya alam semesta) yang semuanya itu menyangkut perilaku umat manusia secara universal, seperti ajaran etika (moralitas) di antaranya pengorbanan, keikhlasan (Yajña) dan kebenaran (Satya). Disamping keempat Veda (Rg, Yajur, Sama dan Atharva), terdapat pula kitab-kitab Itihasa (Ramayana dan Mahabharata) dan Purana. Veda memiliki pula Upanisad, kitab yang memuat uraian filosofis tentang Tuhan. Ringkasan seluruh upanisad adalah Vedanta – Sutra. Sebagai kitab suci agama Hindu, maka ajaran Veda diyakini dan dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Veda dinyatakan sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkannya pun adalah Tuhan yang diyakini Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran oleh Tuhan kepada umat manusia kesemuanya itu merupakan ajaran suci. Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu sebab dari Vedalah mengalir ajaran yang merupakan kebenaran agama Hindu. Dari kitab Veda (Sruti) mengalirlah ajarannya dan dikembangkan dalam kitab-kitab Smrti, Itihasa, Purana, Tantra, Darsana dan Tatwatatwa yang kita warisi di Indonesia. Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di Dunia ini dan mengantar kita pada pemahaman akan kebebasan yang sejati yakni moksha. Veda adalah sabda-Nya dan 24



segala kuasa-Nya bersifat abadi. Swami Dayanandapun menambahkan: Rgveda, Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda berasal dan merupakan sabda-Nya, Tuhan Yang Maha Agung dan Sempurna, Para Brahman yang memiliki kekuasaan yang menjadikan diri-Nya sendiri, penuh kesadaran, supra empiris, dan sumber kebahagiaan dan Veda merupakan sabda-Nya yang bersifat abadi.



25



DAFTAR PUSTAKA Nurwardani, paristiyanti, dkk.2016. Pendidikan Agama Hindu. Jakarta : RISTEKDIKTI.Cetakan ke-1. 109 - 133



ii