Rhinosinusitis Kronik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Rinosinusitis merupakan suatu penyakit inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasalis. Rinosinusitis adalah istilah yang lebih tepat karena sinusitis jarang tanpa didahului rinitis, sehingga disebut rhinosinusitis. Inflamasi sering bermula akibat infeksi bakteri, virus, jamur, serta dapat pula terjadi akibat tumor dan fraktur. 1,2 European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) tahun 2012 mendefinisikan rhinosinusitis secara klinis pada orang dewasa merupakan inflamasi pada hidung dan sinus paranasal dengan karakteristik 2 gejala atau lebih, salah satunya adalah hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau nasal discharge (anterior/posterior nasal drip) nyeri pada wajah, atau menurunnya fungsi penghidu dan temuan endoskopi yaitu polip nasi, discharge mukopurulen yang berasal dari meatus media dan atau edema/ obstruksi mukosa di meatus media dan atau gambaran tomografi komputer perubahan mukosa di kompleks ostiomeatal dan atau sinus.1 EPOS tahun 2012 membagi jenis rinosinusitis berdasarkan lama terjadinya penyakit yaitu akut ( 12 minggu tanpa resolusi lengkap



24



Berdasarkan beratnya penyakit, rinosinusitis dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan total skor visual analogue scale (VAS) (0-10) :1 1. Ringan = VAS 0-3 2. Sedang = VAS >3-7 3. Berat = VAS >7-10 Untuk menilai beratnya penyakit, pasien diminta untuk menentukan dalam



VAS jawaban dari pertanyaan:



Berapa besar gangguan dari gejala



rinosinusitis saudara. 3.2.4



Patofisiologi Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan



lancarnya klirens mukosiliar (mucocilliary clearance) didalam kompleks ostiomeatal (KOM). Mukus mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.7 Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berdekatan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinutis non-bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. 7 Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media yang baik untuk tumbuhnya dan multipikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik. 7



25



Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembengkakan polip dan kista.7 3.2.5



Diagnosis Diagnosis rhinosinusitis kronik ditegakkan



berdasarkan



anamnesis,



pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1,3,7,9 1. Anamnesis a. Hidung tersumbat b. Sekret pada hidung dan post nasal drip, sering mukopurulent c. Nyeri/nyeri tekan pada wajah d. Gangguan penghidu Gejala diatas berlangsung > 12 minggu 2. Pemeriksaan Fisik a. Rhinoskopi Anterior Tanda khas adanya sekret di meatus media atau meatus superior, edema mukosa atau konka, polip atau abnormalitas anatomi hidung. b. Rhinoskopi Posterior Ditemukannya post nasal drip c. Nyeri tekan pada wajah 3. Pemeriksaan Penunjang a. Transiluminasi sinus Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang mengalami sinusitis akan tampak suram atau gelap. b. Nasal Endoskopi Endoskopi hidung memberikan pencahayaan dan visualisasi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan rhinoskopi anterior untuk pemeriksaan



2



meatus media dan meatus superior, serta nasofaring dan jalur drainase mukosiliar. c. Imaging i. Foto Polos : posisi waters, PA, Lateral Umumnya hanya mampu menilai kondisi sinur-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa. ii. Ct-Scan Merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyaki dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun, karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnostik sinusitis kronis yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator untuk melakukan operasi. d. Pemeriksaan mikrobiologik kultur kuman dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus medius atau superior untuk mendapat antibiotik yang tepat guna.



Untuk menegakkan diagnostik dari Rhinosinusitis kronik, harus ada 2 atau lebih gejala, yang salah satunya berupa hidung tersumbat/ostruksi/kongesti atau pilek (keluarnya cairan/sekret hidung di anterior/posterior nasal drip) ± nyeri pada wajah/nyeri tekan pada wajah, ± penurunan/ hilangnya penggidu, dan harus ditemukannya salah satu dari temuan endoskopi, yaitu polip, discharge/sekret mukopurulent dari meatus media dan atau edema/ obstruksi mukosa di meatus medius, dan atau perubahan yang tampak pada ct-scan perubahan mukosa di kompleks ostiomeatal dan/ atau sinus.1 Polip hidung adalah kondisi peradangan kronis hidung dan mukosa sinus paranasal, ditandai dengan massa edema dan infiltrasi inflamasi sel . Polip hidung merupakan massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Secara



27



makroskopik polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple, dan tidak sensitive (bila ditekan tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.10 Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks osteomeatal di meatus medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskopi, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. Ada polip yang tunbuh ke arah belakang dan membesar di arah nasofaring, disebut polip koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip anterokoana. Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid.10 Stadium Polip Hidung Menurut Mackay terdapat 4 stadium dari polip nasi yaitu:10 a. Stadium 0 : tidak ada polip b. Stadium 1: polip terbatas dalam meatus media tidak keluar ke rongga hidung tidak tampak dengan pemeriksaan rinoskopi anterior hanya terlihat dengan nasoendoskopi. c. Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus media dan tampak dirongga hidung tetapi tidak memenuhi /menutupi rongga hidung. d. Stadium 3: polip sudah memenuhi rongga hidung



3.2.6



Diagnosis Banding Diagnosis banding untuk hidung tersumbat sangat luas Penyebab hidung



tersumbat dapat dibagi menjadi gangguan mukosa: rinitis (alergi dan non alergi), rinosinusitis (akut dan kronis, dengan beberapa subtipe), dan gangguan struktural



28



seperti deviasi septum hidung atau mukokel. Hidung tersumbat juga bisa disebabkan oleh efek obat. 11 Gangguan mukosa a. Rinitis alergi dan non alergi Awalnya, pasien memiliki gejala rinitis persisten, yang ditandai dengan setidaknya satu dari yang berikut: hidung tersumbat, rinore, bersin, dan pruritus. Komponen penting dari sejarah adalah mengidentifikasi pemicu gejala, karena rhinitis dapat disebabkan oleh rangsangan alergi dan non alergi. Penting untuk memperbaiki rinitis alergi pada orang dengan Rinosinusitis Kronis, karena prevalensi RA diperkirakan 60% pada RSK. Namun, penting untuk dicatat bahwa hubungan RSK dengan RA tidak menyiratkan sebab-akibat, karena penelitian telah gagal menunjukkan kausalitas. Evaluasi untuk kemungkinan pemicu alergi untuk gejala rinitis meliputi riwayat menyeluruh dan pemeriksaan fisik, dengan uji tusuk kulit diagnostik konfirmasi untuk IgE spesifik ke panel alergen lingkungan yang relevan. Pasien memiliki tes tusukan kulit negatif terhadap alergen lingkungan dan kondisi tersebut pada awalnya didiagnosis sebagai rinitis non alergi, yang dapat meniru RA, karena gejalanya dapat serupa dan menetap atau periodik.11 b. Rinosinusitis akut Rinosinusitis akut (RSA) didefinisikan sebagai timbulnya gejala HIdung tersumbat atau keluarnya sekret hidung secara tiba-tiba, bersamaan dengan nyeri / tekanan wajah atau hiposmia / anosmia selama