Sap SJS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN PENYAKIT SINDROM STEVEN JOHNSON Mata Kuliah : Sistem Integumen Topik



: Pencegahan Penyakit Sindrom Steven Johnson



Sasaran



: Mahasiswa Kesehatan



Tempat: AULA Stikes Kusuma Husada Hari/ Tanggal : Selasa, 14 Oktober 2014 Waktu I.



: Pukul 10.00 WIB - selesai



Latar Belakang Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter, dr. Stevens dan dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya (Adithan,2006). Penyebab utama Sindrom Steven Johnson adalah alergi obat (>50%). Dilaporkan terdapat lebih dari 100 obat yang dapat menjadi penyebab yang mungkin dari SSJ. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhi Djuanda selama 5 tahun (1998-2002), obat tersering



yang



diduga



sebagai



penyebab



SSJ



adalah



analgetik/antipiretik (45%), karbamazepin (20%) dan jamu (13,3%). Kausa yang lain amoksisilin, kortimoksasol, dilantin, klorokuin, seftriakson dan adiktif. Sebagian kecil SJS juga dapat disebabkan oleh infeksi, vaksinasi, penyakit graft-versus-host yaitu setelah transplantasi sum sum tulang, neoplasma dan radiasi. Insidensi SSJ diperkirakan 2-3% perjuta populasi setiap tahun di Eropa dan Amerika Serikat. Sedangkan di bagian Kulit RSCM tiap tahun kira kira terdapat 12 pasien, yang umumnya dewasa. Angka kematian akibat SSJ bervariasi antara 5-12%. Berdasarkan kasus yang terdaftar dan diobservasi kejadian SJS terjadi 1-3 kasus per satu juta penduduk setiap tahunnya. SSJ juga telah dilaporkan lebih sering II.



terjadi



pada



ras



Kaukasia.



Walaupun



SJS



dapat



mempengaruhi orang dari semua umur, tampaknya anak lebih rentan. Tujuan Instruksional Umum



Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menjelaskan Perawatan Diri Penderita Penyakit Lupus ((Systemic Lupus Erythematosus (SLE)) secara menyeluruh. III.



Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan : a. Peserta dapat menjelaskan tentang Pengertian Penyakit Sindrom Steven Johnson. b. Peserta dapat menjelaskan tentang Penyebab Penyakit Sindrom Steven Johnson. c. Peserta dapat menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Penyakit Sindrom Steven Johnson. d. Peserta dapat menjelaskan tentang Penatalaksanaan Penyakit Sindrom Steven Johnson.



IV.



Metode 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Demonstrasi



V.



Media 1. Lcd 2. Laptop



VI.



Setting Tempat 1 1



22Baw



3



5



4



7



7



7



7



7



7



4



6



Keterangan



:



Moderator



:1



Notulen



:2



Narasumber



:3



Penyaji



:4



Operator



:5



Observer



:6



Anggota



:7



Peserta



:



VII.



Pengorganisasian 1. Ketua Tugas 2. Moderator Tugas 3. Presentan Tugas 4. Operator Tugas 5. Nara Sumber 6. Fasilitator Tugas 7. Sekretaris Tugas 8. Observer Tugas 9. Anggota Tugas



: Mareta Ovy Yulia : Penanggung Jawab Jalannya Penyuluhan : Rahmad : Mengatur Jalannya Acara : Sillia : Menyampaikan Materi : Eka Nur : Mengoperasikan Media : : : Memfasilitasi Jalannya Penyuluhan : : Menyampaikan Hasil Penyuluhan : : Memantau Jalannya Penyuluhan : : Fasilitator



VIII.



Kegiatan Penyuluhan



No Tahap 1. Pendahuluan



Kegiatan Mahasiswa a. Menyampaikan salam b. Menjelaskan tujuan



Kegiatan Audiens a. Menjawab salam. b. Memperhatikan. c. Memberikan respon



Waktu 3 menit



Alat



2.



Penyampaian materi



a. Menjelaskan



a. Memperhatikan



tentang Pengertian



penjelasan yang



Penyakit Sindrom



diberikan. b. Memperhatikan



Steven Johnson. b. Menjelaskan tentang



Penyebab



Penyakit Sindrom Steven Johnson c. Menjelaskan tentang Tanda dan Gejala



Penyakit



Sindrom



Steven



Johnson



penjelasan yang diberikan. c. Memperhatikan penjelasan yang diberikan. d. Memperhatikan penjelasan yang diberikan. e. Memperhatikan penjelasan yang diberikan



d. Menjelaskan tentang Penatalaksanaan Penyakit Sindrom Steven Johnson.



20



LCD



menit



Laptop



3



Penutup



a. Tanya jawab (Evaluasi). b. Menyimpulkan hasil materi. c. Mengakhiri kegiatan



a. Menanyakan hasil yang belum jelas dan menjawab pertanyaan. b. Menjawab salam penutup.



IX. X.



Materi Terlampir Kriteria Evaluasi A. Struktur 1. Mempersiapkan tempat penyuluhan 2. Mempersiapkan peserta yang akan mengikuti penyuluhan 3. Mempersiapkan media 2 hari sebelum penyuluhan B. Proses 1. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai 2. Masing-masing mahasiwa berkeja sesuai dengan tugas 3. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan 4. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar 5. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama penyuluhan C. Hasil 1. Peserta dapat menjelaskan tentang Pengertian Penyakit Sindrom Steven Johnson 2. Peserta dapat menjelaskan tentang Penyebab Penyakit Sindrom Steven Johnson 3. Peserta dapat menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Penyakit Sindrom Steven Johnson 4. Peserta dapat menjelaskan tentang Pencegahan Penyakit Sindrom Steven Johnson.



MATERI Pencegahan Penyakit Sindrom Steven Johnson A. Pengertian Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter, dr. Stevens dan dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya. (Adithan,2006). Sindrom Stevens-Johnson adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura. ( Mochtar Hamzah, 2005). B. Etiologi Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab, adalah : 1. Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, antipeuritik ).



2. Penggunaan obat paling sering pada anak yang berkaitan dengan timbulnya sindrom ini adalah sebagai berikut : - Carbamazepine (Tegretol – pengobatan anti kejang). - Cotrimoxazole (Septra, Bactrim dan berbagai nama generik dari trimethoprim-sulfazoxazole). Ini adalah golongan sulfa antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi saluran -



kemih dan mencegah infeksi pada telinga. Sulfadoxine dan pyrimethamine, digunakan



sebagai



pengobatan malaria dan pada anak dipakai pada pasien dengan penyakit immunodefisiensi 3. Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, antipeuritik ). 4. Penyakit infeksi yang telah dilaporkan dapat menyebabkan sindrom ini meliputi : - Viral: herpes simplex virus (HSV)1 dan 2, HIV, Morbili, Coxsackie, cat-scratch fever, influenza, hepatitis B, mumps, lymphogranuloma venereum(LGV), mononucleosis infeksiosa, Vaccinia rickettsia dan variola. Epstein-Barr virus and enteroviruses diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya sindrom ini pada anak. 5. Bakteri: termasuk kelompok A beta haemolytic streptococcus, cholera, Fracisella tularensis, Yersinia, diphtheria, proteus, pneumokokus, Vincent agina, Legionaire, Vibrio parahemolitikus brucellosis, mycobacteriae, mycoplasma pneumonia tularemia and salmonella typhoid. 6. Jamur: termasuk coccidioidomycosis,



dermatophytosis



dan



histoplasmosis. 7. Protozoa: malaria and trichomoniasis. 8. Neoplasma dan faktor endokrin 9. Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X) 10. Makanan : coklat. C. Penatalaksanaan pada Penyakit Sindrom Steven Johnson a. Kortikosteroid Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30 – 40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.



Kortikosteroid



merupakan



tindakan



file-saving



dan



digunakan deksamate dan intravena dengan dosis permulaan 4 – 6 x 5 mg sehari. b. Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien stevensjohnson berat harus segera dirawat dan berikan deksametason 6x5 mg intravena setelah masa kritisteratasi, kedaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, tiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan table



kortikosteroid,



misalnya



prenidesone



yang



diberikan



keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari. c. Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakuakn pemeriksaan elektrolit ( K, Na dan CI ) bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg / hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi protein / anabolik seperti. d. nandroklok dekanoat dan nanadrolon fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa ( dosis untuk anak tergantung berat badan ). 1. Antibiotik. a. Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi



antibiotik



yang



jarang



menyebabkan



alergi,



berspektrom luas dan bersifat sakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg. b. Infus dan Transfusi darah Pengaturan keseimbangan cairan / elektron dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2 – 3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah banyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus



dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.



c. Tropikal Terapi tropikal untuk lesi dimulut dapat berupa kanalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sutratulle atau krim sulfa diarine perak. d. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi sangat penting.



DAFTAR PUSTAKA Adithan C,.Steven Johson Sydrome.2006 Volume 2. Jakarta: EGC. Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014/editor, T.heater herdman; alih bahasa, Made Sumarwati, dan Nike Budi Subekti; Editor edisi bahasa indonesia, Barrahah barrid, Monica Ester dan Wuri Praptiani.,Jakarta: EGC 2012



Djuanda, A. Hamzah, M. 2006, Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Michael I.Greenberg dkk. 2005, Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg jilid II jakarta: ECG Siregar, R.S. 2004. Sindrom Stevens Johnson. In : Saripati Penyakit Kulit. 2nd edition. Jakarta: EGC Syaifuddin. 2008. Anatomi Fisiologi Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENCEGAHAN TERSIER PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA LUPUS ((Systemic Lupus Erythematosus (SLE))



Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Ambarsari Arif Pusfian Dewi Lestari Eka Safitri Hanif Nur R Listyan Marya Hanung Mareta Ovy Yulia Panji Atmara Putri Indarwati



10. Riki Indra Wijaya 11. Riyan Boga Milado 12. Rizky Listyarno 13. Siska Puji Lestari 14. Triana Damayanti 15. Utari Kusumaningrum 16. Yayuk Erfitamala 17. Adnan Kasobi 18. Alwan Darojad



10. 11. 12. 13. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 14. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 15. 2014 16.