Laporan KP SJS [PDF]

  • Author / Uploaded
  • asdin
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Nikel merupakan salah satu bahan tambang yang penting, manfaatnya begitu



besar bagi kehidupan sehari – hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran pada pembuatan stainless steel, baterai nickel – metal hybride, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata – rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan deperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan Indonesia merupakan Negara penghasil Nikel terbesar Dunia setelah Russia yang memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi Nikel Dunia pada tahun 2010. Dari struktuk geologi Indonesia tersebut diatas maka potensi terbentunya mineral-mineral berharga sangat besar. Dari data hasil Explorasi saat ini Indonesia memiliki berbagai sumber daya mineral yang melimpah yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Diantara hasil – hasil bahan galian tersebut adalah bijih nikel. Identifikasi bahan galian Nikel sangat perlu diketahui agar mudah untuk melakukan eksplorasi lanjut secara komersial dari satu endapan. Untuk memperoleh keakuratan dalam penentuan sebaran nikel maka diperlukan suatu korelasi di Lapangan seperti data titik bor. Pada penelitian kali ini penulis memfokuskan penelitian pada Area Blok B front penambangan di PT. Sinar Jaya Sultra Utama, Site Waturambaha yang pada saat ini sedang dilakukan kegiatan eksplorasi, dengan tujuan untuk mengetahui berapa jumlah volume dan tonase lapisan limonite dan saprolite yang juga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan oleh perusahaan untuk menentukan langkah-langkah dalam perencanaan tambang. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian data titik bor secara langsung di lokasi eksplorasi dengan mengambil studi kasus pada PT. Sinar Jaya Sultra Utama, Site Waturambaha. 1.2.



Rumusan Masalah 1



Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah : a. Bagaimana proses dan metode pemboran di lapangan? b. Berapa jenis klasifikasi tipe ore yang digunakan oleh perusahaan? c. Bagaimana model zona lapisan berdasarkan hasil eksplorasi? 1.3.



Batasan Masalah Pada kesempatan ini pelaksanaa kerja praktrek hanya membatasi masalah studinya mengenai pemodelan zonasi dan perbandingan volume dan tonase limonite dan saprolite berdasarkan data hasil eksplorasi pada PT. Sinar Jaya Sultra Utama, Site Waturambaha.



1.4.



Tujuan Adapun tujuan Kerja Praktek yang ingin dicapai adalah : a. Untuk mengetahui proses pemboran secara langsung di Lapangan. b. Untuk mengetahui kedalaman lapisan limonite dan saprolite. c. Untuk mengetahui volume dan tonase limonite dan saprolite.



2



1.5.



Manfaat Penelitian Adapun manfaat studi yang akan di lakukan saat ini yaitu : 1. Sebagai pertimbangan pengetahuan lebih bagi kami mengenai eksplorasi endapan bahan galian. 2. Sebagai bahan informasi yang sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui model endapan dan volume bahan galian Nikel berdasarkan hasil eksplorasi. 3. Sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui proses-proses dalam pemboran (eksplorasi). 4. Sebagai masukan kepada perusahaan, agar bisa merumuskan langkahlangkah perencanaan tambang dalam hal pengambilan bahan galian Nikel untuk menentukan metode penambangan.



3



1.6 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan a. Tempat pelaksanaan Pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan pada area penambangan Blok B pada Front Tambang PT. Sinar Jaya Sultra Utama. Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. b. Waktu Kerja Praktek Kegiatan ini rencana akan dilaksanakan selama 1 bulan ( Tabel 1 ) Tabel 1.1 Jadwal Rencana Kegiatan Kerja Praktek Mulai Oktober s/d November 2016, Jenis Kegiatan



Minggu Ke : I



Tanggal



II



III



IV



0



0



0



0



0



0



0



1



1



1 1



1



1



1



1



1



1 2



2



2



2



2



2 2 2



2



2 3



3



4



5



6



7



8



9



0



1



2 3



4



5



6



7



8



9 0



1



2



3



4



5 6 7



8



9 0



Orientasi Lapangan Konservasi kerangka Pengambilan data Pengolahan data Konsultasi hasil Penulisan Evaluasi



4



BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN



2.1 Profil Perusahaan PT. Sinar Jaya SultraUtama (SJSU) merupakan salah satu perusahaan pertambangan nikel dikawasan Indonesia yang menerapkan sistem penambangan terbuka ( open mine ), dengan luasan IUP ± 301 Ha yang terdiri dari 8 blok. Namun saat ini PT Sinar Jaya Sultra Utama telah melakukan kegiatan penambangan pada Pit A dengan luasan 23 Ha yang terdapat di Blok A dan sementara melakukan eksplorasi pada Blok B dengan luas area 17 Ha.



Gambar 2.1 : Peta IUP Oprasi Produksi PT. Sinar Jaya Sultra Utama. Lokasi tugas Kerja Praktek (KP) ini difokuskan pada PT. Sinar Jaya Sultra Utama, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi



5



Sulawesi Tenggara. dengan pertimbangan bahwa Perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan yang memperoleh izin dari pemerintah setempat untuk melakukan penambangan. 2.2 Geografi Daerah Penelitian Secara umum dataran kecamatan lasolo termasuk dalam golongan satuan morfologi pedataran yang merupakan dataran dengan kemiringan 0º - 5º. Satuan morfologi ini terbentang di dataran pantai dan dataran sekitar sungaisungai besar. ( Dinas pertambangan energi mineral dan batubara kolaka, 2001 ) 2.2.2. Vegetasi Terdapat dua vegetasi yang terdapat di daerah kecamatan lasolo antara lain vegetasi primer dan vegetasi sekunder. a. Vegetasi Primer Vegetasi primer merupakan vegetasi yang belum mendapat gangguan dan berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan ekosistem yang asli. Vegetasi primer menjadi ciri khas daerah lasolo seperti berbagai tumbuhan tropis yakni jenis pohon kayu angin, melinjo, kayu besi, pakis dan tanaman lain yang membantu proses pelapukan b. Vegetasi Sekunder Vegetasi sekunder merupakan vegetasi yang tumbuh setelah vegetasi asli mengalami gangguan akibat dari aktivitas penambangan. Penyebaran vegetasi tersebut meliputi keseluruhan daerah datar sekitar perkampungan dan pemukiman karyawan perusahaan serta daerah perbukitan yang telah ditambang. Vegetasi sekunder misalnya tumbuhan jati putih, jati lokal, akasia dan berbagai rumput-rumputan.



2.3. Geologi Daerah Kerja Praktek 6



Endapan bijih Nikel yang ditemukan di daerah kecamatan lasolo termasuk bijih Nikel Laterit yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultra basa. Jalur batuan ultra basa tersebut dijumpai dari Lasusua sampai lasolo. Singkapan batuan ultra basa umumnya telah mengalami pelapukan, berwarna kuning coklat berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi luar atau pinggirnya.Pada pengamatan di lapangan terlihat adanya rekahan-rekahan kecil yang umumnya terisi oleh mineral-mineral sekunder ( silika dan magnesit ).Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, sehingga proses pelapukan batuan terjadi dengan mudah.Terdapat dua kelompok rekahan yaitu kelompok yang berarah Timur Laut sampai Barat Daya dan kelompok yang berarah Tenggara. Kelompok pertama umumnya diisi oleh mineral-mineral krisopras, garnierite, dan asbes dan Sedang kelompok yang kedua umumnya diisi oleh mineral kalsedon. Sebagian besar daerah penambangan nikel lasolo terdiri dari tanah laterit dengan warna merah.



Gambar 2.2 : peta geologi regional lokasi penelitian



7



Gambar 2.3 : Peta Sebaran Nikel Laterit Lokasi Penelitian 2.4



Genesa Endapan Bijih Nikel Endapan bijih yang terdapat di daerah Konawe termasuk dalam jenis



nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan asalnya yaitu batuan ultrabasa seperti batuan peridotit. Batuan induk peridotit terdiri dari mineral utama olivin dan piroksin, serta beberapa jenis mineral tambahan seperti kromit, magnetit, dan kobal. Proses serpentinasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi serpentinit atau batuan serpentinit peridotit. Proses ini dianggap sebagai awal terbentuknya suatu endapan residu bijih nikel. Akibat dari proses pelapukan yang terjadi pada kondisi curah hujan yang cukup tinggi sehingga membentuk air tanah dan perubahan suhu yang cepat, maka batuan tersebut mengalami dekomposisi dan menghasilkan tanah laterit yang kaya dengan unsur-unsur fe serta silika yang mengandung unsur-unsur Ni, Co, Mn dan Ca. Proses ini disebut sebagai proses 8



laterisasi dimana proses mekanis memegang peranan penting, bersama sirkulasi air yang berasal dari hujan atau air yang mengandung unsur-unsur Mg, Fe, Ca akan terbawa dan larut. (Sukandarrumidi, 1999). Proses pembentukan endapan nikel laterit ini diawali dari proses pelapukan batuan ultramafik yaitu seperti peridotit, serpentinit dan dunit dengan kandungan mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi sehingga sangatmudah mengalami proses pelapukan karena mineral – mineral tersebut tidak stabil. Sebelum terbentuk profil nikel laterit yang terdiri dari bedrock, saprolit, dan limonit, pada awalnya semua merupakan satu kesatuan bedrock yang tersingkap dipermukaan. Bedrock tersebut merupakan bagian dari kelompok



batuan ofiolit yang ada diSulawesi dan merupakan cikal bakal



terbentuknya endapan nikel laterit pada area konsesi dan sekitarnya.



Gambar 2.4 : Peta Sebaran Nikel Laterit Di Indonesia



9



2.5



Lokasi dan Kesampaian Daerah Untuk mencapai wilayah penelitian tersebut, Jarak tempuh dari Kota



Kendari menuju lokasi penelitian dapat ditempuh melalui jalur darat. Dari Kota Kendari menuju Ibu kota Wanggudu dengan jarak tempuh ± 120 Km dapat ditempuh dengan waktu ± 3-4 jam dengan kendaraan roda dua Maupun Roda Empat, sedangkan dari Ibu kota Wanggudu menuju lokasi penelitian di tempuh dengan jarak tempuh ± 100 Km waktu sekitar ± 3 jam menggunakan roda dua Maupun Roda Empat.



Lokasi penelitian SJSU



KAMPUS UHO



Gambar 2.5 : peta kesampaian daerah penelitian



10



2.6 Proses Penambangan



Sumber :PT. Sinar Jaya Sultra Utama Gambar 2.6. Kegiatan Operasi Penambangan Bijih nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultra mafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafic tersingkap ke permukaan bumi. Operasi penambangan yang dilakukan PT. SJSU adalah secara open mining. Operasi ini dilakukan pada pegunungan Waturambaha. Luas daerah penambangan bijih nikel yang dikontrak oleh PT. SJSU adalah 301 ha yang terbagi menjadi 8 blok dan baru dua blok yang dilakukan kegiatan eksplorasi dan penambangan. 1) Land Clearing Tahapan ini meliputi pembersihan tanaman/tumbuhan dengan menggunakan bulldozer. Pohon-pohon berukuran besar ditebang dan kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. 2) Pengupasan Tanah Penutup (Stripping of Overburden) Pada tahap ini dilakukan proses pengupasan lapisan tanah penutup atau over burden, yaitu tanah dengan lapisan nikel rendah. Tanah ini diangkut ke tempat pembuangan (disposal) atau digunakan untuk menutupi daerah purna tambang (post mining) sebagai dasar bagi



11



tanaman



penghijauan



dalam



rangka



menghutankan



kembali



(revegetation). 3) Kegiatan Penambangan Pada tahapan ini dilakukan pengambilan tanah yang mengandung nikel dengan kadar sedang menjadi kadar tinggi yang ekonomis untuk ditambang. Bijih nikel untuk kadar sedang, yang biasa disebut medium grade limonite (kadar nikelnya ±1.8%) diangkut dan ditumpuk pada daerah tertentu. Untuk bijih nikel dengan kadar tinggi (saprolite ore) yaitu ±2.1% diangkut ke tempat penyaringan bijih (screening station). 4) Screening (Pengayakan) Pengayakan dilakukan di screening station untuk memperoleh bijih dengan ukuran yang diinginkan pabrik. Di sini akan dipisahkan batuan -6 inch dan + 6 inch. Untuk material dari blok barat, batuan + 6 inch langsung dibawa ke rock disposal atau dihancurkan untuk pembuatan jalan. Sedangkan untuk material blok timur, batuan -18 inch dan +6 inch dimasukkan ke dalam crusher untuk kemudian dicampur hingga -6 inch. Material hasil penyaringan ini disebut SSP (Screening Station Product) yang kemudian dikumpulkan dan dikirim ke tempat penampungan bijih basah (wet orestockpile). Peralatan tambang yang digunakan adalah :      



Bull Dozer (alat pendorong) Excavator (alat penggali/penyendok) Shovel/Loader (penggali/pemuat) Dump Truck (alat angkut) Grader (alat perata jalan) Compactor (alat pemadat/pengeras jalan)



BAB III



12



LANDASAN TEORI



3.1 Eksplorasi Sesuai dengan undang-undang no.4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, eksplorasi didefinisikan sebagai tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara



terperinci dan teliti



tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumberdaya terukur dari bahan



galian,serta



informasi



mengenai



lingkungan



sosial



dan



lingkunganhidup. Eksplorasi merupakan tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; Ini berkisar antara pencarian untuk prospek baru (Penemuan) dan evaluasi properti untuk ekonomi pertambangan (studi kelayakan).Ini juga mencakup pengembangan cadangan bijih tambahan tambang dan seluruh distrik pertambangan. Ada berbagai teknik eksplorasi yang dipraktekan selama berabad-abad. Eksplorasi dilakukan oleh salah satu atau kombinasi dari banyak teknik. Itu semua tergantung pada ketersediaan infra struktur, dana dengan lembaga negara dan lembaga swasta, ukuran dan kompleksitas dari endapan, harga mineral, kebijakan pemerintah dan niat baik Adapun lokasi yang sedang dilakukan eksplorasi di PT. Sinar Jaya Sultra Utama terletak di blok B dari wilayah IUP dengan luasan area 17 ha dari keseluruhan luas IUP 301 ha. Dari luasan area blok B yang dieksplorasi tardapat sebanyak 62 titik lubang bor dengan spasi 100m sebanyak 15 titik bor dan spasi 50m sebanyak 47 titik bor. 3.2 Tahap – tahap eksplorasi Tahap eksplorasi (Exploration Stages) adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut : Survai tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan (mineralization), menentukan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan analisa kajian kemungkinan dilakukannya investasi.  Survey Tinjau (Reconnaissance)



13



adalah tahap eksplorasi untuk mengidenlifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi



lapangan



pendahuluan



yang



penarikan



kesimpulannya



berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang 



mempunyai kondisi geologi yang sama. Prospeksi (Prospecting) Adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pernetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika







Eksplorasi umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kual~tas dari suatu endapan. lnterpolasi



bisa



dilakukan



secara



terbatas



berdasarkan



metoda



penyeledrkan tak langsung. Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat d~gunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan



14







Eksplorasi rinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shaffs dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling)mungkin di perlukan







Laporan eksplorasi (Exploration Report) adalah dokumentasi mutakhir dari setiap tahap eksplorasi yang menggambarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas endapan mineral. Laporan tersebut memberikan status mutakhir mengenai surnber daya mineral yang dapat digunakan untuk menentukan tahap eksplorasi berikutnya atau studi kelayakan tambang



3.3



Sumberdaya mineral dan cadangan Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan adalah suatu proses



pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria : keyakinan geologi dan kelayakan tambang.  Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) Adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.



a. Sumberdaya Mineral Tersirat(Inferred Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Hal ini disimpulkan dan diasumsikan dari bukti-bukti geologi



15



tetapi kontinuitas geologi dan atau kadar tidak terverifikasi. Hal ini didasarkan pada informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor yang mungkin terbatas atau ketidakpastian kualitas. b. Sumberdaya Mineral Terindikasi (Indicated Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik, kadar, dan kandungan mineral dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang wajar atau sedang. Hal ini didasarkan atas informasi eksplorasi, sampling, dan pengujian melalui teknik yang tepat dari lokasi seperti singkapan, parit, pit, dan lubang bor. Lokasi berjarak terlalu luas untuk mengetahui kondisi geologi atau kontinuitas kadar, tapi memiliki jarak yang cukup untuk bisa mengasumsikan kekontinuitasan. c. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik, karakteristik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci dan dapat diandalkan, sampling dan pengujian informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor. Lokasi berjarak cukup dekat untuk mengkonfirmasi kontinuitas geologi dan kadar.  Cadangan (Reserve)



Adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya~ dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.



16



a. Cadangan Bijih “Terkira” (Probable Ore Reserves) Adalah bagian ekonomis yang dapat ditambang dari Sumberdaya Mineral Terindikasi (Indicated Ore Reserves). Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi (modifying factors) yaitu penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan Bijih “mungkin” (Probable Ore reserves) ini memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah dari Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves), tetapi memiliki kualitas yang cukup cukup untuk berfungsi sebagai dasar pemgambilan keputusan dalam pengembangan suatu endapan.



b. Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves) Adalah bagian ekonomis yang dapat ditambang dari Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Ore Reserves). Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi yaitu pertambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves) memiliki tingkat kepercayaan kategori estimasi cadangan yang tertinggi. Gaya mineralisasi atau faktor lain bisa membuktikan bahwa cadangan bijih tidak ditemukan dalam beberapa endapan. 3.4 Klasifikasi tipe ore (Ore Type) Dalam melakukan kegiatan penambangan atau produksi, terdapat beberapa jenis atau tipe ore yang berbeda-beda di lapangan, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam kondisi diantaranya perbedaan topografi, vegetasi dan factor geologi lainnya yang mengakibatkan pembentukan nikel laterit dapat bervariasi dari kadar yang tinggi (hight grade) hingga kadar rendah (low grade). Oleh karena itu, dalam kegiatan produksi di lapangan dilakukan proses blanding antara ore kadar tinggi dan kadar rendah untuk mencapai batasan minimum yang diinginkan oleh permintaan pasar. Adapun beberapa tipe ore yang dapat diklasifikasikan antara lain : Tabel 3.1 Stock Bijih Nikel PT Sinar Jaya Sultra Utama Type ore Ni % High ≥ 2,0 17



Medium Low Waste



≥ 1,80 ≥ 1,70 ≥ 1,60



Tabel 3.2 Batas kadar PT Sinar Jaya Sultra Utama Batas kadar H 2,00-2,49 % MS 1,90-1,99% MB 1,85-1,89% ML 1,80-1,84% L 1,70-1,79% WA 1,60-1,69% WB 1,40-1,59% Sumber, PT Sinar Jaya Sultra Utama



3.5 Peta rencana eksplorasi



18



Sumber : PT. Sinar Jaya Sultra Utama 2016 Rancangan eksplorasi dilakukan mulai dari spasi 100 m dengan jumlah 15 titik kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi lanjutan dengan jarak titik bor 50 m. 3.6 Dasar Hukum Kegiatan usaha pertambangan mulai dari perizinan hingga pengendalian dampak negatif



kegiatan pertambangan terhadaplingkungan hidup dilakukan



berdasarkan peraturan perundang-undangan



sebagai berikut :



a. Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Minerba. b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengolahan Lingkungan Hidup. c. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). d. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 7 tahun 2014 tentang mineral dan batubara. e. Peraturan pemerintah republic Indonesia no. 23 pelaksanaan pertambangan mineral dan batubara BAB IV METODOLOGI PENELITIAAN 4.1. Metodologi



19



tahun 2010 tentang



Data studi ini dilakukan dengan cara klasifikasi dengan pengamatan sebagai berikut : a. Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara penelusuran daftar pustaka, meliputi : - Pengumpulan peta-peta (Topografi IUP dan Administrasi), - Luas lahan, - Iklim, - Data curah hujan. b. Studi/Praktek Lapangan Studi lapangan ini dilakukan dengan pengumpulan data lapangan meliputi: - Jarak titik bor, - Proses pemboran (metode/langkah-langkah) - Kedalaman lapisan material, - Vegetasi. c. Pembahasan hasil Pembahasan hasil dilakukan dengan pengumpulan data dari lapangan, kemudian mengolah data yang di peroleh dilapangan terlebih dahulu, dan menganalisis data tersebut dan membuat laporan hasil kerja praktek.



Adapun bagan alir dari studi (gambar 4.1). sebagai berikut: Bagan Prosedur Kerja Praktek



Studi Literatur



Observasi dan Pengumpulan Data



20



Data



Data Primer



Data Sekunder



 Data hasil eksplorasi



 



Peta IUP Data hasil analisa



Pengolahan Data



Hasil



Selesai



4.2 Fasilitas Yang Digunakan Peralatan dan fasilitas yang diperlukan pada saat studi antara lain : a. Safety b. Buku lapangan c. Komputer / Laptop d. Kamera e. Alat tulis menulis f. Akomodasi dan transportasi g. Dan perlengkapan lain yang menunjang studi



21



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Kerja Praktek Lokasi penambangan bijih nikel yang ada di PT. Sinar Jaya Sultra Utama dibagi menjadi 8 blok dari blok A sampai blok H, adapun kegiatan eksplorasi yang sedang berlangsung berada pada blok B dari wilayah IUP dengan luasan 17Ha.



Lokasi Penelitian



Gambar 5.1 Peta Blok Area Penelitian Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu, Ini berkisar antara pencarian untuk prospek baru (Penemuan) dan evaluasi properti untuk ekonomi pertambangan (studi kelayakan).Ini juga mencakup pengembangan cadangan bijih tambahan tambang dan seluruh distrik pertambangan. Untuk penelitian kali ini penulis meneliti tentang kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada blok B lokasi IUP pada PT. Sinar Jaya Sultra Utama. Kegiatan ini dilakukan untuk dapat menghitung berapa cadangan endapan bijih nikel laterit yang terdapat di blok B tersebut sehingga dapat ditambang dan di eksploitasi secara maksimal sehingga tidak ada endapan yang terbuang atau yang tidak terambil.



22



5.2 Kegiatan eksplorasi Kegiatan eksplorasi pada blok B ini dimulai dari bulan oktober hingga November tahun 2016, setiap selesai dilakukan kegiatan pemboran maka sampel dari hasil pemboran tersebut langsung di preparasi sesuai dengan kedalaman lubang sampel pada core barrel untuk diketahui kadar Ni dan Fe yang terkandung dalam setiap kedalaman sampel bor yang terambil.



Gambar 5.2 Sampel Dari Core Barrel a. Luas lahan yang di eksplorasi Luas lahan yang di eksplorasi pada blok B adalah 17Ha dari luas seluruh area IUP PT. Sinar Jaya Sultra Utama yang mencapai luasan 301Ha. Wilayah IUP tersebut dibagi kedalam 8 blok dengan luasan yang berbedabeda dari blok A hingga blok H.



23



Gambar 5.3 peta wilayah IUP PT. SINAR JAYA SULTRA UTAMA



Gambar5.4 lokasi blok yang dieksplorasi



24



b. Data hasil eksplorasi Adapun data hasil eksplorasi pemboran spasi 50m adalah sebagai berikut : Titik bor TBB421 TBA145 TBB422 TBA146 TBB423 TBA147 TBB424 TBA148 TBB425 TBA149 TBB396 TBB397 TBB398 TBB399 TBB400 TBB401 TBB402 TBB403 TBB404 TBB405 TBB372 TBA130 TBA131 TBB374 TBA132 TBB375 TBA133 TBB376 TBA134 TBB347 TBB348 TBB349 TBB350 TBB351 TBB352 TBB353 TBB354 TBB355 TBB356



Y 9626904 9626898 9626896 9626896 9626894 9626891 9626904 9626898 9626896 9626898 9626856 9626852 9626850 9626849 9626851 9626851 9626857 9626852 9626850 9626849 9626806 9626801 9626797 9626795 9626794 9626799 9626797 9626806 9626794 9626750 9626754 9626754 9626744 9626758 9626739 9626744 9626751 9626751 9626753



X 426003.2 426045.8 426104.7 426142.4 426206.2 426240.5 426299.2 426352 426400.4 426450 426002.3 426052.4 426101.6 426148.5 426196 426241.9 426299.3 426347.6 426399.5 426449 426001.2 426047.3 426149 426208.1 426266.7 426299.7 426350.3 426402.2 426447.8 425996.6 426054.6 426098.6 426151.1 426226.3 426208.8 426302.7 426350.7 426400.8 426438.4 25



Elevasi (m) 32.603 36.589 35.434 31.089 38.688 41.473 57.195 63.3178 80.143 92.7575 39.68 42.852 44.776 43.49 40.469 51.166 54.2 66.768 81.606 94.81 43.742 49.338 57.071 45.36 52.7279 61.125 72.1075 86.096 101.4412 48.048 56.962 62.672 69.438 57.291 61.454 62.231 68.853 86.19 97.469



Depth (m) 23 19 16 10 13 9 21 20 30 16 17 17 21.5 25 17 23 9 12 20 18 23 22 27 10 22 28 26 19 18 25 18.5 23 19 8 18 12 10 21 11



TBB323 9626693 425998.5 49.33 22 TBA115 9626700 426050 59.578 23 TBB324 9626704 426103.4 68.739 28 TBA116 9626704 426152.8 77.193 16 TBB325 9626704 426191.6 77.35 15 TBA117 9626704 426251 83.0127 19 TBB326 9626712 426298.9 70.321 9 TBA118 9626699 426346.5 78.3707 14 TBB327 9626699 426401.5 89.591 15 TBA119 9626699 426450.7 100.7937 5 TBB328 9626692 426507.3 116.628 4 TBB298 9626657 426001.4 47.152 21 TBB299 9626655 426047.4 57.218 10 TBB300 9626645 426097.6 65.743 26.4 TBB301 9626625 426153.1 70.902 13 TBB302 9626647 426198.6 81.851 10.6 TBB303 9626650 426249.2 86.975 20 TBB304 9626640 426297.6 89.625 14 TBB305 9626660 426347.1 95.221 17 TBB306 9626648 426411.6 104.615 11 TBB307 9626650 426447.8 107.642 7 TBB308 9626667 426496.7 122.711 7 Dari table hasil eksplorasi di atas dapat disimpulkan bahwa, dari 61 titik bor yang ada dapat diketahui bahwa titik bor terdalam adalah titik TBB425 dengan kedalaman 30 m sedangkan titik terdangkal adalah titik TBB328 dengan kedalaman 4 m. c. Bagian – bagian mesin Bor Bagian – bagian mesin bor tipe MD single core 100 cm 1. Mesin penggerak por 12PK 2. Tangki oil 10L/oil Pump (menyalurkan oli ke selang hidrolik) 3. Kontra valve (penggerak putaran naik turun) 4. Orbit atas (penggerak naik turun) 5. Orbit bawah spindle (untuk memutar balik arah putaran) 6. Spindle/gir box 7. Menara/rig 8. Filter oli pembuangan 9. Sprocket atas dan bawah (gigi penggerak) 10. Rantai rig (pemindah gaya putaran) 11. Chasis mesin 12. Selang hidrolik 13. Batang bor ukuran 1,5m 14. Pin spindle adaptor 15. Core barrel ukuran 1m 26



16. Tansen bit 17. Bit/ mata bor 18. Piston/alat penumbuk Adapun langkah – langkah kerja mesin bor yaitu : 1. Pembuatan lokasi/persiapan tempat pemboran dan dudukan mesin 2. Perpindahan mesin/moving 3. Perakitan mesin 4. Persiapan service/bahan bakar 5. Pemanasan mesin sebelum digunakan 6. Mesin siap digunakan Adapun untuk mengetahui berapa kemajuan bor atau kedalaman yang telah di bor dapat diketahui dengan menghitung jumlah batang bor yang dimasukkan, atau dengan menggunakan rumus : ( n. 3 ) Kedalaman = n . 1,5 atau juga dapat diketahui dengan rumus 2 Ket : n 1,5



= banyaknya batang bor yang masuk = panjang batang bor per batang



d. Hambatan dalam eksplorasi Dalam melaksanakan kegiatan pemboran tentunya timbul berbagai macam hambatan pada saat kegiatan itu berlangsung. Pada pengamatan dilapangan



ditemukan



beberapa



penghambat



sehingga



hal



ini



menyebabkan efesiensi kerja tidak tercapai dan tentunya target produksi yang telah direncakan tidak dapat dicapai. Hambatan itu antara lain, yaitu: 1. Keterlambatan persiapan kerja 2. Keterlambatan kerja karena istirahat 3. Keterlambatan yang terjadi pada saat start 4. Waktu untuk pengisian bahan bakar pada saat waktu produktif 5. Waktu yang diperlukan oleh pekerja untuk sampai ke front penambangan sebelum memulai aktifitasnya 6. Alat Bor sering mengalami gangguan terutama ketika sedang dioperasikan 7. Waktu berhenti kerja yang lebih cepat.



27



5.3 Metode perhitungan volume Metode yang digunakan dalam menghitung volume limonite dan saprolite dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode blok model dengan bantuan aplikasi surpac. Adapun langkah-langkah dalam menghitung volume yaitu : 1. Membuat penampang drill hole 2. Pilih menu define section untuk membuat constrain per baris drill hole 3. Pilih create new point untuk memulai membuat garis 4. Pilih close current untuk menutup/menyambungkan garis 5. Pilih menu solid, triangulate, between segment/inside segment 6. Pilih menu solid kemudian validation untuk pengecekan data 7. Pilih ikon solid tools kemudian pilih report volume of solid



28



Gambar 5.5 bentuk penampang drill hole Ket



:



Limonite



Saprolite



Badrock



Gambar 5.6 blok model zona limonite Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa total volume limonit yaitu 976.592 M3. Tonase



= Volume x Density = 976.592 x 1,4 = 1.367.228 Ton



29



Gambar 5.7 Blok Model Zona Saprolite Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa total volume saprolite yaitu 964.459 M3. Tonase



= Volume x Density = 964.459 x 1,4 = 1.350.242 Ton



Setelah diketahui berapa tonase pada zona limonite dan saprolite, maka dapat diketahui tonase total sebagai berikut : Tonase total



= Tonase limonite + Tonase saprolite = 1.367.228 + 1.350.242 = 2.717.470 ton



Jadi total tonase yang diperoleh dari hasil penelitian untuk zona limonite dan saprolite dari 61 titik lubang bor adalah 2.717.470 ton. Adapun perbandingan tonase antara zona limonite dan saprolite dapat dilihat pada diagram lingkaran berikut !



30



limonite dan saprolite



limonite



saprolite



31



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa : a. Dengan luas lahan Blok B 17 Ha terdapat sebanyak 61 titik bor yang telah di eksplorasi dengan spasi 50 m b. Berdasarkan peta distribusi nikel pada lapisan limonite dan saprolite, penyebaran kadar Ni dipengaruhi oleh bentuk topografi, vegetasi dan kemiringan lereng. c. Perbandingan jumlah tonase antara zona limonite dan saprolit adalah 1.367.228 : 1.350.242 dengan total tonase 2.717.470 6.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu untuk pekerjaan eksplorasi sebaiknya lebih rinci lagi dalam melakukan pengambilan data dan lebih melakukan efisiensi waktu dalam bekerja.



32



DAFTAR PUSTAKA agus H, 2005. Metode perhitungan cadangan departemen Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung. Dr. Muh.Altin Massinai.MT. Identifikasi sebaran nikel laterit dan Volume bijih Nikel berdasarkan korelasi data bor. Program studi geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam Universitas Hasanuddin. Makassar Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1999. Undang-undang Mineral dan Batubara No.4 Tahun 2009



33



Lampiran  Dokumentasi



34



35



36