Sle Askep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI “Lupus” adalah nama latin untuk “srigala”, dan di kenalluas dalam ilmu kedokteran bahwa “ruan kupu-kupu” yang di lihat dipipi sebagai penderita lupus serupa dengan wajah srigala sehingga di sebut lupus-erythematosus kali pertama untuk menyebut kelainan kulit oleh orang prancis, (pierre casenave,1951). SLE (Systemisc



lupus



erythematosus)



adalah



penyakit



autoimun,



artinya



tubuh



mneghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada di tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak organ tubuh sendiri (Djauzi,2009). SLE atau LES (lupus eritematosus sistemik)adalah penyakit radang atau inflamasi multisystem yang penyebabnya di duga karena adanya perubahan system imun (Albar, 2003). Secara sederhana, lupus erythematosus terjadi karena tubuh menjadi alergi terhadap dirinya sendiri. Dalam istilah imunologi dapat di katakan,lupus adalah kebalikan apa yang terjadi kanker maupun AIDS. Pada lupus, tubuh melakukan reaksi yang berlebihan terdapat stimulus asing dan memproduksi banyak antibodi atau protein-protein yang malawan jaringan tubuh sendiri. Karena itu lupus di sebut dengan penyakit autoimun (auto berarti dengan sendirinya) (Wallace,2007).



B. ETIOLOGI Samapi saat penyebab LES (lupus eritematus sistemik) belum di ketahui, di duga ada beberapa faktor yang terlibat seperti faktor genetic, inpeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi LES ( luppus eritmatosus sistemik). Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedahkan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan dari reaksi imunologi ini dapat menghasilkan anti bodi secara terus menerus, anti bodi ini juga berperan dalam kelompok imun sehingga mencetuskan penyakit implamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan dalam fatogenesis melibatkan gangguan. Penilitian terakhir yang menunjukkan beberapa gen berikut HLA_DR 2 dan HLA-DR 3, Berperan dalam mengkode unsur sistem imun. Gen lain yang ikut



berperan seperti gen yang mengkode sel reseptor T, imunoglobulin, dan sitokin. Sistem neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap sistem imun. Penilitian menunjukkan bahwa sistem neuroendokrin dengan sistem imun saling mempunyai hubungan timba balik. Beberapa penilitian berhasil menunjukkan bahwa hormon prolaktin dapat merangsang respon imun. Adanya satu atau beberapa faktor pemicu pada individu yang mempunyai predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal pada sel CD4 mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self antigen. Akibatnya muncul sel T autoreaktif yang menyebabkan induksi dan ekspansi sel B, baik yang memproduksi autoanntibodi maupun yang berupa sel memori. Wujut pwmicu ini masih belum jelas. Sebagian di duga hormon seks, sinar UV, infeksi. Pada SLE autoantibodi terbentuk ditunjukan terhadap antigen yang terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non histon. Kebanyakan di antaranya adalah dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan kompleks protein RNA. Ciri khas autoantigen ini mereka tidak tissue spesific dan merupakan komponen integrasi dari semua jenis sel. Antibodi ini secara bersama-sama di sebut ANA (anti nuclear antibodi). Dengan antigen spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar disirkulasi. Klirens kompleks imun menurun, meningkatnya kelarutan kompleks imun, gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan penurunan uptake kompleks imun, imun pada limpa terjadi pada SLE. Sehingga kompleks imun tersebut deposit ke luar sistem fagosit mononuklear. Endapannya di berbagai organ mengakibatkan aktivitas komplemen



sehingga



terjadi



peradangan.organ



tersebut



bisa



berupa



ginjal,sendi,pleura, pleksus korodeus, kulit,dll. Lupus seringkali disebut penyalit wanita walaupun juga bisa di derita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada prian maupun wanita, meskipun 10-15 kali sering di temukan pada wanita. Faktor hormonal yang menyebabkan wanita sering terserang penyakit lupus dari pada pria.meningkatnya gejalah penyakit ini pada masa belum menstruasi atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama esterogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini. Kadang-kadang obat jantungan tertentu dapat menyebabkan sindrom mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat di hentikan



C. TANDA DAN GEJALAH Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Dapat timbul mendadak disertai dengan tanda-tanda tekanannya berbagai sistem dalam tubuh. Dapar juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun di iuti oleh gejalah yang terkenanya sistem imun. Pada tipe menahun terdapat remisi dan eksaserbsi. Resminya mungkin berlangsung bertahun-tahun. Onset penyakit dapat spontan atau di dahului oleh faktor presipitasi seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus / bakteri, obat. Setiap serangan biasanya di sertai gejalah umum yang jelas seperti demam, nafsu makan berkurang, kelemahan,berat badan menurun, dan iritabilitas. Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang di sertai menggigil. 



Gejalah muskuloskeletal Gejalah yang paling sering pada SLE adalah gejalah muskuloskeletal, berupa artritis (93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal proksimal didikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal, siku dan pergelangan kaki. Selain pembekakan dan nyeri mungkin juga terdapat efusi sendi. Artritis biasanya simetris, tanpa menyebabkan deformitas, kontraktur atau ankilosis. Adakala terdapat nodul reumatoid. Nekrosis vaskular dapat terjadi pada berbagai tempat, dan ditemukan pada pasien yang mendapatkan pengobatan dengan streroid dosis tinggi. Tempat paling sering terkena ialah kaput femoris.







Gejala mukokutan Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85% kasus SLE. Lesi kulit yang paling sering di temukan pada SLE ialah lasi kulit akut, subakut,diskoid,dan livido retikulasi.



Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak edamatus pada hilang dan kedua pipi. Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini dapat sembuh tampa luka. Pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari dapat timbul ruan kulit ynag terjadi karena hipersensitivitas. Lesi ini termasuk lesi kulit akut. Lesi kulit subakut yang khas berbentuk anular. Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema,hiperkeratosis dan antrofi. Biasanya tampak sebagian bercak eritematosa yang meninggi, tertutup oleh sisik



keratindi sertai adanya penyumbatan folikel. Kalau sudah berlangsung lama akan berbentuk silikatriks Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk kecil sampai yang besar. Sering juga tampak perdarahan dan eritema periungual. Livido retikularis suatu bentuk vaskulitis, sangat sering ditemui pada SLE. 



Ginjal kelainan ginjal di temukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi paling sering ialah proteinuria atau hematuria. Hipertensi, sindrom nefrotik kegagalan ginjal jarang terjadi, hanya terdapat pada 25% kasus SLE yang urinya menunjukkan kelainan. Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal, yaitu nefritis lupus difus dan nefritis lupus membranosa. Nefitis lupus merupakan kelaianan yang paling berat. Klinis biasanya tampak sebagai sindrom nefrotik, hipertensi serta gangguan fungsi ginjal sedang sedang sampai berat. Nefritis lupus membranosa lebih jarang di temukan. Di tandai dengan sindrom nefrotik, gangguan fungsi ginjal ringan serta perjalanan penyakit yang mungkin berlangsung cepat atau lambat ttapi progresif. Kelaian ginjal yang lain mungkin di temukan pada SLE ialah pielonefritis kronik, tuberkulosis ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian SLE kronis







Susunan saraf pusat Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu psikosis organis dan kejang-kejang Penyakit otak organik biasanya di temuakan bersamaan dengan gejalah aktif SLE pada sistem lain-lainya. Pasien menunjkan gejalah halusinasi disamping gejalah khas organik otak seperti sukar menghitung dan tidak sangup mengigat kembali gambar-gambar yang perna dilihat. Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak organis yang secara klinis tak dapat di bedahkan dengan psikosis lupus. Perbedaan antara keduannya baru dapat di ketahui dengan menurunkan atau menaikkan dosis steroid yang di pakai. Psikosis lupus membaik jika dosis steroid di naikan dengan sebaliknya. Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe grandmal. Kelainan lain yang mungkin di temukan ialah afasia, hemiplegia.







Mata Kelainan mata berupa konjungtivitas, perdarahan subkonjungtival dan adanya badan sitoid di retina.







Jantung Peradangan bebagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan arutmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan tersebut.







Paru-paru Pada lupus biasa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari kejadian tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak napas.







Saluran pencernaan Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin di sertai mual dan diare. Gejalahnya menghilang dengan cepat jika gangguan sistemiknya mendapat pengobatan adekuat. Nyeri yang timbul mungkin di sebabkan oleh peritonitis steril atau arteritis pembuluh darah kecil mesenterium dan usus yang mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat juga menimbulkan pankreatitis.







Hemik-limfatik Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan sevikal, dengan karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid lainya adalah splenomegali yang biasanya disertai oleh pembesaran hati. Kerusakan lien berupa infark atau trombosis berkaitan dengan adanya lupus antikoagulan anemia dapat di jumpai pada periode perkembangan penyakitLES, yang diperantai oleh proses imun dan nonimun.



D. KOMPLIASI Komplikasi yang terjadi pada penyakit SLE bisa terjadi akibat penyakitnya sendiri ataukomplikasi dari pengobatannya. Komplikasi akibat penyakit SLE sendiri yang paling seringterjadi adalah infeksi sekunder karena system immune penderita yang immunocompromised.Selain itu, sering juga terjadi komplikasi penyakit aterosklerosis akibat peningkatanantiphospholidip antibody. Komplikasi akibat pengobatan SLE adalah infeksi oportunistik akibat terapiimunosupresan jangka panjang, osteonekrosis, dan penyakit aterosklerosis dan infark miokardprematur Komplikasi lupus eritematosus sistemik antara lain : 1.



Serangan pada Ginjal



a. Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal) b. Kelainan ginjal berat (gagal ginjal) c. Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui urin) Serangan pada Jantung dan Paru



2.



a. Pleuritis b. Pericarditis c. Efusi pleura d. Efusi pericard e. Radang otot jantung atau Miocarditis f. Gagal jantung g. Perdarahan paru (batuk darah) Serangan Sistem Saraf



3.



a. Sistem saraf pusat 1)



Cognitive dysfunction



2)



Sakit kepala pada lupus



3)



Sindrom anti-phospholipid



4)



Sindrom otak



5)



Fibromyalgia (kondisi kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, dan



kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon, dan sendi-sendi.). b. Sistem saraf tepi Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki c. Sistem saraf otonom gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan otak yang sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem saraf otonom 4.



Serangan pada Kulit Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya



disebut lesi diskoid. Ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada akhir 70an: a.



Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat sensitif



terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa lupus kult subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai luka psoriasis atau lesi tidak berparut berbentuk koin.



b. Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat mencakup area yang luas di bagian tubuh c. Lesi non spesifik d. Rambut rontok (alopecia) e. Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat menjadi borok f. Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena matahari dan kadang di sertai pusing. 5.



Serangan pada Sendi dan Otot a. Radang sendi pada lupus b. Radang otot pada lupus



6.



Serangan pada Darah a. Anemia b. Trombositopenia c. Gangguan pembekuan d. Limfositopenia



7.



Serangan pada Hati a. Hepatosplenomegali non spesifik b. Hepatitis lupoid(Djauzi, 2009).



E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan urin, darah lengkap ( Hb, lekosit, trombosit, LED=laju endap darah ) Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit Lupus Eritematosus Sistemik ( LES ) adalah pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan urin. Hasil pemeriksaan darah pada penderita LES menunjukkan adanya anemia hemolitik, trombositopenia, limfopenia, atau leukopenia; erytrocytesedimentation rate (ESR) meningkat selama penyakit aktif, Coombs test mungkin positif, level IgG mungkin tinggi, ratio albuminglobulin terbalik, dan serum globulin meningkat. Selain itu, hasil pemeriksaan urin pada penderita LES menunjukkan adanya proteinuria, hematuria, peningkatan kreatinin, dan ditemukannya Cast, heme granular atau sel darah merah pada urin. 2. ANA test, antidsDNA.



a. ANA test = Anti Nuclear Antibody test. Nuclear adalah inti sel (nukleus). Antibodi adalah protein yang dikeluarkan oleh sel-sel kekebalan tubuh kita (limfosit) untuk memerangi kuman-kuman yang menyerang kita. Nah, pada Lupus, antibodi ini justru menyerang sel-sel kita sendiri terutama inti dan struktur di dalam inti. Antibodi jahat ini secara umum dinamakan sebagai autoantibodi. Jadi, ANA adalah autoantibodi yang menyerang inti sel kita. ANA test termasuk dalam salah satu kriteria penting untuk mendiagnosa lupus. ANA test positif tidak selalu terkena lupus. Karena ANA test positif bisa terjadi pada beberapa penyakit lain. b. AntidsDNA = anti double stranded DNA. DNA (deoxyribonucleic acid) adalah pembentuk gen kita, yang tersusun dalam rantai ganda (double stranded/ double helix). Gen ada di dalam inti sel kita. Jadi antidsDNA ini merupakan bagian dari ANA, yang menyerang DNA. AntidsDNA ini cukup spesifik untuk Lupus. Artinya, pada penyakit lain, jarang didapatkan. c. Antibodi terhadap DNA, antibodi terhadap DNA (Anti ds-DNA) dapat digolongkan dalam antibodi yang reaktif terhadap DNA natif ( double strandedDNA). Anti ds-DNA positif dengan kadar yang tinggi dijumpai pada 73% SLE dan mempunyai arti diagnostik dan prognostik. d. Ada 11item kriteria, dan untuk mendiagnosa Lupus, minimal ditemukan 4 kriteria yang positif. Inilah kesebelas item kriteria itu: 1) Ruam malar/ ruam kupu-kupu (malar rash/ butterfly rash). Kulit pada kedua pipi dan batang hidung menjadi berwarna kemerahan, kalau menyembuh akan berwarna gelap. Jika dilihat, bentuknya seperti kupu-kupu. Ruam ini menjadi signature sign dari Lupus, meskipun tidak selalu



terdapat pada semua



penyandang Lupus. 2) Ruam diskoid. Ruam ini berbentuk bundar, kemerahan, kalau menyembuh akan berwarna kehitaman. 3) Luka pada mulut (oral ulcer). Luka kecil-kecil seperti sariawan, yang berulang di mulut, kadang juga di lidah. 4) Fotosensitivitas. Foto: sinar/ cahaya. Jadi maksudnya peka terhadap cahaya matahari, atau lebih spesifik lagi sinar ultra violet. Kalau terkena sinar, maka kulit penyandang Lupus akan menjadi kemerahan, dan bahkan gejala Lupusnya bisa kambuh atau memberat. 5) Radang sendi (arthritis). Sendi-sendi akan terasa nyeri, bahkan kemerahan dan kadang juga bengkak.



6) Gangguan ginjal. Gangguan ginjal disini bukan batu ginjal atau infeksi ginjal, melainkan keradangan ginjal. Lebih tepatnya lagi keradangan pada filter ginjal (glomerulus). Gangguan ini mudah diperiksa dengan pemeriksaan urin lengkap pada saat tidak mens. Disini akan didapatkan protein dan sel darah merah pada urin yang normalnya tidak ada, atau kalau ada, dalam jumlah yang sangat sedikit. 7) Radang pada selaput serosa. Selaput serosa adalah selaput yang membungkus beberapa organ tertentu dari tubuh kita. Yang paling sering adalah radang selaput pembungkus jantung (pericarditis, pericard= selaput pembungkus jantung, itis = radang), radang selaput paru (pleuritis). Keadaan ini dapat langsung ditemukan oleh dokter saat pemeriksaan, tetapi kadang perlu konfirmasi dengan foto ronsen dan echo cardiography (semacam USG khusus untuk memeriksa jantung). 8) Gangguan pada sistem syaraf. Dapat terjadi penurunan kesadaran bahkan sampai koma. Kejang-kejang yang kadang dikira ayan (epilepsi). Bahkan bisa terjadi gangguan ingatan. Nyeri kepala (nyeri yang bukan pusing, pusing = rasa berputar) tidak termasuk salah satu kriteria ini. 9) Gangguan pada sistem darah. Gangguan ini bisa pada sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) atau trombosit (keping-keping darah yang berfungsi untuk pembekuan darah). Anemia hemolitik adalah hancurnya selsel darah merah sebelum waktunya (sel darah merah yang normal akan dihancurkan setelah 120 hari) dikarenakan faktor autoimun. Lekosit jumlahnya akan menurun, trombosit juga akan menurun. 10)



Pemeriksaan imunologi yang positif. Maksudnya disini adalah



pemeriksaan autoantibodi khusus. Yang paling sering diperiksa adalah antidsDNA. Bila anti dsDNA negatif, biasanya akan diperiksa antiSm. Pada ANA test positif Lupus dapat didiagnosa jika minimal 4 dari 11 kriteria diatas. (Djauzi, 2009).



F. PENATALAKSANAAN Tidak ada obat untuk SLE. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala. 1.



Penatalaksanaan untuk SLE dengan gejala ringan: a. NSAID : untuk mengatasi gejala reumatik, radang selaput dada dan radang lainnya b. Krim kortikosteroid : untuk mengatasi gejala ruam pada kulit c. Obat anti malaria (hydroxychloroquine) : untuk mengatasi gejala di kulit dan artritis d. Pembatasan diet 1)



Rendah garam



2)



Tinggi asam folat : Alpukat, daging, kuning telur



3)



Omega 3 : minyak ikan, ikan tuna, salmon



4)



Cukup kalsium : susu, keju, bayam, brokoli



5)



Rendah lemak : hindari gorengan, jeroan, daging berlemak tinggi,



santan 2.



Penatalaksanaan untuk SLE dengan gejala berat a. Glukokortikoid sistemik b. Sitotoksik imunosupresif Contoh obat: Cyclophosphamide



3.



i.



Mychophenolate Mofetil



ii.



Azathioprine



Pendidikan Kesehatan a. Penjelasan tentang lupus dan etiologinya b. Klasifikasi dan gejalanya masing-masing c. Masalah fisik d. Masalah psikis e. Pemakaian obat dan efek samping f. Pemaparan pada yayasan lupus (YLI (Yayasan Lupus Indonesia))



Pendidikan Kesehatan ke keluarga dan pasien untuk perawatan di rumah a. Pasien dianjurkan untuk cukup istirahat dan menghindari kelelahan. Namun tidak terlalu membatasi aktifitas. b. Pasien dianjurkan memakai baju tertutup, topi, payung dan anti UV spf 30 bila pergi ke luar ruangan.



c. Pasien dianjurkan untuk menghangatkan sendi yang sakit dengan cara kompres lembab. d. Pasien dianjurkan untuk berolahraga namun juga memperhatikan tingkat kelelahan. e. Pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok. Keluarga pasien dijelaskan mengenai dampak sosial yang akan dialami pasien. (Wallace, 2007). F. PENCEGAHAN 1. mengelolah stres Gejalah lupus biasa datang tiba-tiba dan kondisinya bisa ringan ataupun buruk. Nah, salah satu faktor pemicunya adalah stres. Bahkan, pengidap lupus yang mengalami stres berpeluang mengalami gejalah yang cukup burusk. Oleh sebab itu, mengelolah stres sangat di sarankan bagi pengidap lupus. Untuk mengeloahnya, coba identifikasi semua sumber stres dapat hidup. Meminta bantuan orang lain ketika memiliki gejalah lupus yang menbatasi fungsi tubuh, seperti rasa sakit, kekuatan, dan kelelahan. Temukan kegiatan untuk membuat tubuh lebih rileks dan habiskan waktu bersama keluarga dan kerabat guna meminimalisir peluang stres. 2. rutin berolahraga Olaraga teratur penting bagi pengidap lupus untuk mempertahankan berat badan ideal. Kelebihan berat badan bisa memicu peradangan dari gejalah lupus. Manfaat yang bisa di dapat melalui olahraga adalah meningkatkan kekuatan sendi yang otomatis bisa mengurangi nyeri sendi. Namun, perluh di ingat bahwa olahraga yang terlalu berat dan berlebihan juga tidak di sarankan untuk pengidap lupus. Cobalah untuk melakukan olahraga ringan seperti berenang atau berjalan, santai. 3. Terapkan pola makan sehat Pola makan yang sehat juga termasuk kedalam bagian gaya hidup sehat atau pengidap lupus. Pola makan sehat untuk pengidap lupus berfokus pada makanan yang



bermanfaat untuk kesehatan jantung. Contoh makanan yang baik untuk jantung, yaitu. buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan dan daging unggas. Pastikan pengidap juga mendapatkan banyak kalsium untuk kesehatan tulang dan sendi. Jika pengidap lupus memilki kondisi retensi cairan atau tekanan darah tinggi, sebaliknya kurang asupan garam. 4. Tidur cukup Salah satu gejalah lupus yang paling menyusahkan adalah kelelahan. Nah, tidur adalah cara yang efektif untul mengumpulkan energi dan membangun sistem kekebalan tubuh pengidap lupus. Pastikan untuk mendapatkan setidaknya tujuh jam waktu tidur setiap malam dan berikan waktu untuk istirahat di siang hari. 5. Kurang Paparan Matahari Dua pertiga pengidap lupus mengalami peningkatan sensitivitas terhadap sinar utraviolet dan beresiko memicu kambuhnya lupu. Sebagian besar obat yang di gunakan untuk mengobati lupus juga membuat pengidap lebih pekah terhadap sinar matahari. Untuk menyiasatinya, pengidap perlu mengunakan tabir surya dan usahakan menutupi bagian kulit saat terpapar sinar matahari. 6. perbanyak vitamin D Karena pengidap lupis disarankan untuk menghindari sinar matahari, maka mereka juga berpeluang kekurangan vitamin D. Individu pada umumnya mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar matahari. Kurangnya paparan sinar matahari dapat kemungkinan berkontribusi terhadap kekurangan vitamin D pada pengidap lupus. Karena itu, suplemen vitamin Ddapat dikonsumsi dengancatatan kadarnya rendah. 7. Jangan Merokok Seperti kita ketahui, tidak ada manfaat kesehatan yang bisa di dapatkan melalui rokok. Merokok meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker buruk lagi semua orang. Bagi orang sehat saja sudah merugukan apalagi bagi pengidap lupus? Merokok akan memicu peradangan dan flare lupus. Selain itu, juga meningkatkan risiko pengerasan pembuluh darah, yang di sebut aterosklerosis di mana pengidap lupus sudah berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini dari pada orang tanpa lupus. Kasus :



B



B II TINJAUAN



A



KASUS



An.L dilarikan ke RS sekitar jam 11.00 WITdan ditemaptkan di Ruang anak,. Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di o



persendian. Hasil pemeriksaan ditemukan Suhu : 37 C , Nadi :130x/menit, Resp : 32x/menit dengan BB : 12 kg, TB: 88 cm, LK : 45 cm, LLA :15 cm dan pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL. Hb 8,5 gr/dL, ANA test : 44,85 IU/mL A.



Pengkajian 1. Identitas Klien Nama



: An.”L”



TTL



:Ambon, 15 April 2010



Umur



: 10



tahun Jenis kelamin



:



Perempuan Agama : Kristen Tanggal masuk RS



: 5 November 2020



Dx Medis



: Systemic Lupus Eritematosus



Alamat



:OSM



Identitas Penanggung jawab Nama



:Ny.”N”



Pendidikan



: SLTP



Pekerjaan



:



Wiraswasta Alamat : OSM Hub.dengan pasien



:



Ibu kandung 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Pasien 1) Keluhan Utama Ibu klien mengatakan klien masih sedikit pucat dan malas beraktivitas karena nyeri di persendian 2) Riwayat Kesehatan Sekarang



10 hari SMRS anak batuk pilek demam tidak tinggi. 7 hari SMRS terdapat nyeri pada kedua tungkai dan menolak berjalan, anak belum terlalu pucat, tidak mau makan minum demam dan batuk pilek menetap. 4 hari SMRS anak demam tinggi, suhu tidak diukur, tidak dapat berjalan, muncul bercak merah dari perut hingga tungkai, anak pucat. HMRS anak pucat, demam nglemeng, batuk pilek. Hasil pemeriksaan darah AL 33.500/uL, Hb 4,6 gr/dL. 3. Riwayat Kesehatan Dahulu a. Antenatal Selama kehamilan ibu klien memeriksakan diri rutin di bidan. Usia 6-7 bulan plasenta menutup jalan lahir,ibu klien minum penambah darah dan vitamin selama hamil, tidak ada riwayat penyakit selama kehamilan. b. Intranatal Anak lahir spontan dengan VE, UK 36 minggu, BBL 2800 gram, PB 49 cm di PKU Bantul. Anak tidak langsung menangis, diberikan resusitasi tahap awal. c. Postnatal Tidak ada trauma lahir, imunisasi lengkap di bidan d. Penyakit yang pernah diderita Klien menderita kekurangan zat kapur di usia 6 bulan, ISK diusia 8 bulan, flek/ TB paru di usia < 1 tahun. e. Riwayat Hospitalisasi Klien sebelumnya pernah dirawat di PKU Bantul dengan ISK f. Riwayat Injury Klien tidak mempunyai riwayat injury atau kecelakaan g. Riwayat Alergi Ibu klien mengatakan anak hanya alergi dingin, tidak ada alergi obat dan makanan



Genogram



Ibu Ny.N 34th



Ayah Tn. N 37 th



Klien An.L3 th



Ket: : meninggal : perempuan : laki-laki : garis perkawinan : garis keturunan : tinggal serumah 4. RiwayatImunisasi NO



Jenis Imunisasi



1



BCG



Waktu Pemberian BBL



Frekuensi 0,05



Reaksi Setelah Pemberian Rewel,nyeri,demam,muncul Bengkakdiareasuntikan



2



DPT



2bln



0,5



Demam,rewel



3



OOlio



1bln



0,5ml



Nyeri,demam



4



Campak



9bln



0,5ml



Bengkak,nyeri



5



Hepatitis B



Bayibarulahir(12jam) 0,5ml



5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan a. Pertumbuhan Fisik 1) Berat badan : 12kg 2) Tinggi badan :88cm 3) Waktu tumbuh gigi : 1thn b. Perkembangan Tiap tahap Usia anak saat



Demam,munculruamdikulit



1) Berguling :3bln 2) Duduk : 5bln 3) Merangkak :5bln 4) Berdiri : 9bln 5) Berjalan : 12bln 6) Senyum kepada orang lain pertama kali :4bln 7) Bicara pertama kali :12bln 8) Berpakaian tanpa bantuan :2thn 6. Riwayat Nutrisi a. Pemberian ASI 1) Pertama kali disusui : bayi lahir 2) Cara pemberian : meneteh 3) Lama pemberian : 24jam(8-12kali) b. Pemberian susu formula 1) Alasan pemberian : anak tidak mau menyusui lagi 2) Jumlah pemberian : disesuikan 3) Cara pemberian :menggunakan botol dot 7. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini Usia



jenisnutrisi



lamaemberian



0-4bulan



ASI



4-12bulan



ASI&susuformula



-



Susuformula&makanan(Nasi,Ikan



-



Saatini



Sayur)



8. Riwayat Psikososial a. Anak tinggal dengan: orang tua b. Lingkungan berada di : tempat yang aman c. Apakah rumah dekat : jauh d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada e. Hubungan antar anggota keluarga : baik



24jam(8-12kali)



f. Pengasuh anak : tidak ada 9. Riwayat Spiritual a. Support sistem dalam keluarga : baik b. Kegiatan keagamaan :baik



10. Reaksi Hospitalisasi a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap 1) Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena anak sakit 2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya 3) Bagaimana perasaan orang tua saat ini : cemas,khawatir 4) Apakah orang tua selalu berkunjung : iya 5) Siapa yang akan tinggal dengan anak : keluarga/ibu 11. Aktivitas sehari-hari a. Pola Nutrisi Selama sakit anak makan nasi 3x sehari, klien menghabiskan diet yang diberikan. Nafsu makan anak meningkat selama dirawat. Klien minum susu dan air putih sampai 1,5 liter dan mulai dibatasi minumnya. b. Pola Eliminasi Selama dirawat anak tidak mengalami gangguan BAK, frekuensi 6x sehari warna dan bau khas. Klien BAB setiap hari sekali konsistensi lunak warna kuning. Sebelum dirawat anak BAB 3 hari sekali. c. Pola Aktivitas Selama sakit anak sempat malas beraktivitas terutama berjalan karena nyeri sendi, aktivitas sudah mulai meningkat. d. Kebutuhan Istirahat Klien tidur malam dengan nyenyak 8 jam dan tidur siang 1-2 jam.



12. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum KU



: Sedang, composmentis



TTV



o



: Suhu : 37 C Nadi : 130x/menit Resp : 32x/menit



Antropometri : BB : 12 kg LLA :15 cm



TB



: 88 cm



LK



: 45 cm



13. Pemeriksaan Sistemik Cepalo-Caudal a. Kepala Bentuk kepala simetris, kesan wajah tenang, muka agak pucat, tidak tampak kemerahan/ butterfly rash, tidak ada alopesia, konjungtiva agak anemis, mulut bersih, mukosa lembab. b. Integumen Sisa bintik-bintik kemerahan di kulit daerah perut sampai tungkai, turgor baik,CRT 2 detik, tidak ada lesi dan ruam c. Thorax 1) Paru-paru Inspeksi : ekspansi simetris, nafas pendek, tidak ada nyeri dan batuk, tidak ada retraksi Perkusi : Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kiri. Suara resonan pada intercosta 1-5 dada kanan Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa abnormal, taktil fremitus simetris Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, stridor 2) Jantung Inspeksi : Tidak ada retraksi, warna kulit merata, iktus cordis normal Perkusi : Suara dullness di intercosta 1-4 kiri Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa abnormal Auskultasi



: S1tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising jantung.



d. Abdomen Inspeksi



: supel, simetris, tidak ada spidernevi, tidak ada asites.



Auskultasi : Terdapat bising usus normal



Perkusi



:Suara timpani kuadran kiri atas, resonan di kuadran lain



Palpasi



:Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran limfe



e. Genitalia Genitalia bersih, tidak ada lesi, belum menarche f. Ekstermitas Atas : terpasang threeway, kekuatan otot (+), akral kadang teraba dingin, palmar kadang pucat Bawah : simetris, kekuatan otot (+), udem (-), sendi bengkak (-) 14. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun ) Dengan menggunakan DDST a. Personal sosial Anak mudah berkenalan dan bergaul dengan orang lain, tidak suka ditinggal sendiri b. Motorik halus Anak dapat memegang mainan pada usia 6 bulan, dan mencoret-coret pada usia 1,5 tahun. Saat ini klien senang bermain boneka dan menyusun lego c. Motorik kasar Anak malas beraktivitas terutama berjalan karena riwayat nyeri sendi d. Bahasa Anak dapat mengucapkan 1-3 kata namun tidak membentuk kalimat. 15. Program terapi Protokol SLE fase akut: Obat



Dosis



Waktu



Rute



Metil prednisolone



360 mg/hari



5 hari



IV



12 mg/hari



7 hari



Oral



30mg/kg BB/ hari Prednison 0,5-2mg/kg



1-1-0,5



BB/hari



tablet



Transfusi WBC Gol AB 150 cc 6 September 2013 (Hb 4,6 gr/dL) 16. Analisis Data Nama Klien



: An. L



Tanggal



: 06November 2020



Usia



: 3 tahun 4 bulan tahun



Jam



Data DS : a. Ibu



klien



mengatakan



anak



sering



: 10.00 WIT



Masalah



Penyebab



Gangguan



penurunan komponen



perfusi jaringan



seluler yang diperlukan



tampak pucat



untuk



DO :



pengiriman



oksigen / nutrisi ke sel



a. Hb 8,5 gr/dL b. Riwayat Hb 4,6 gr/dL dengan transfusi WBC c. CRT 2” d. N : 130x/menit R: 32x/menit e. Wajah dan konjungtiva agak anemis f. Akral kadang teraba dingin DS :



Resiko infeksi



Prosedur invasif



a. Ibu klien mengatakan anak dipasang infus sejak



masuk



RS



tanggal



5



September 2013 b. Ibu klien mengatakan IV line terakhir diganti pada tanggal 16 september 2013 DO : o



a. Suhu : 37 C N: 130x/menit R: 32x/menit 3



b. WBC : 17,3x10 / uL c. ANA test : 44,85 IU/mL d. Hb 8,5 gr/dL e. Terpasang IV line three way DS :



Intoleransi a. Ibu klien mengatakan anak tidak mau berjalan karena nyeri sendi tungkai



DO : a.



Anak tampak sering tiduran, digendong atau hanya di tempat tidur saja 3



b. WBC : 17,3x10 / uL



aktivitas



Nyeri pada persendian



B. Diagnosis Keperawatan



1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel 2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif 3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri pada persendian



C. Rencana Keperawatan



Nama Klien



: An. L



Tanggal



: 17 September 2013



Usia



: 3 tahun



Jam



:10.00 WIB



No



Diagnosis Keperawatan



Perencanaan Tujuan



1.



Intervensi



Gangguan perfusi jaringan b.d 06 Nov 2020 jam 10.00 penurunan komponen seluler yang Setelah diperlukan



untuk



diberi



pengiriman keperawatan



selama



Rasional



1. Observasi TTV, warna kulit,tingkat 1. Memberi informasi keadekuatan asuhan



kesadaran dan keadaan ekstermitas



3x24 2. Atur posisi semi fowler



2. Pengembangan paru akan lebih



oksigen / nutrisi ke sel d.d



anemia klien dapat teratasi 3. Kelola pemberian transfusi WBC



DS :



dengan kriteria :



bila perlu



1. mengatakan anak sering 1. TTV normal



4. Jadwalkan



tampak pucat DO : 2. Riwayat Hb 4,6 gr/dL dengan transfusi WBC 3. CRT 2” agak anemis dingin



–istirahat 3. Mengurangi kerja jantung dan



3. CRT