Askep Anak Diare [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE



MUHLIS R MIU,S.Kep 2019032054



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2020



LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2015). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi nya lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2016). Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2015). Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi anti biopik (donna L. Wong let, 2016) Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Suratmaja, 2017). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Khikmah, 2016). Dari berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari konsistensi cair atau lembek dapat disertai darah maupun tidak, dapat disertai dengan demam kadang mual dan muntah dehidrasi dan badan terasa lemas diare dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti virus, bakteri, psikologi maupun makanan, dan diare akut yaitu terjadi kurang dari 14 hari. B. Epidemiologi Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian karena angka morbiditas dan mortilitasnya masih tinggi. Data dari Riskesdas



2017 menyebutkan bahwa penyakit diare dari tahun ke tahun masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Di dunia sekitar lima juta anak meninggal dunia karena diare akut, dimana sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Beberapa survei menunjukkan bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita. Sedangkan menurut SKRT 2015 menyebutkan angka mortilitas balita mencapai 13%; Studi Mortalitas Dunia 2015 menyebutkan angka mortilitas anak karena diare sebanyak 17%; WHO (Asia) sebesar 15%; dan Riskesdas 2007 menyebutkan angka mortilitas karena diare balita (1–4 tahun) sebesar 25,2%. (Christy, 2018) C. Etiologi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2016) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan cemas. Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan” (Khikmah, 2016). Menurut Nelwan (2015), penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri, virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromona. Virus yaitu Rotavirus, 9 Adenovirus, Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia, Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis, Strongyloides Schistosomal)



stercoralis,



Isospora



Belii).



Cacing



(



Strogyloides



strercoralis,



D. Patofisiologi Menurut Vivian (2015), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula. Menurut Hidayat (2016), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam kemungkinan faktor diantaranya : 1. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. 2. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat isi meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare. 3. Faktor makanan Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. 4. Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan diare. E. Klasifikasi Klasifikasi diare menurut Wong (2015) adalah 1. Diare Akut



Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. 2. Disentri Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status gizi. 3. Diare Kronik/ Diare Persisten Ciri-ciri anak yang Dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (Kusumawati, 2015) F. Gejala Klinis Menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2015), diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari. Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau lendir pada feses. Demam bisa dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual dan muntah bisa dijumpai. Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri. Biasanya disebabkan oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai. G. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai keadaan umum, kesadaran, berat badan, temperatur, frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, turgor kulit, kelopak mata, serta mukosa lidah. Selain itu, perlu dicari anda-tanda dehidrasi dan kontraksi volume



ekstraseluler, seperti denyut nadi >90 kali/menit dan lemah, hipotensi postural/ortostatik, lidah kering, kelopak mata cekung, serta kulit yang dingin dan lembab. H. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2015) yaitu dengan pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C_). Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C. Difficile), antigen (E. Hystolitica). Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan parasit :amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur. Pada kasus ringan, diare bisa teratasi dalam waktu 2 detik) dapat menunjukan syok yang mengancam). Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus apel). Menurut Hidayat (2016), pengkajian tentang permasalahan diare dapat dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada bayi lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk cair kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun, warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi.Pada pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran mukosa kering, pada bayi ubunubun cekung, bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-tanda vital, yaitu peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida. 2. Diagnosa Keperawatan 1) Diare berhubungan dengan proses infeksi 2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (diare) 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan 4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare



5) Resiko syok hipovelemik 6) Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis akut berhubungan dengan kurangnya informasi (NANDA, 2018-2020) 3. Intrervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis akut atau diare menurut NIC-NOC (2018-2020) adalah sebagai berikut: 1) Diare berhubungan dengan infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan Diare pada pasien teratasi. NOC : Fungsi Gastrointestinal Kriteria hasil : a. Konsistensi feses padat b. Frekuensi BAB 3x/hari NIC : Management Diare a) Kaji dan observasi pola BAB (frekuensi, warna, konsistensi, jumlah feses) Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya tiap defekasi b) Berikan diet cair untuk mengistirahatkan usus Rasional : Menghindari iritasi, meningkatkan istirahat usus c) Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan tingkatkan kepadatannya secara bertahap Rasional : Untuk menjaga asupan makanan yang dibutuhkan tubuh d) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi Rasional : Menurunkan motilitas atau peristaltik ususdan menunjukkan sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan diare 2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (diare) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan pasien tidak kekurangan cairan NOC : Keseimbangan Cairan Kriteria hasil : a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB (urine normal)



b. Tekanan darah nadi suhu dalam batas normal c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan NIC : Management cairan a) Pantau status hidrasi Rasional : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi dan mencegah syok hipovolemik b) Monitor intake cairan dan output Rasional : Untuk mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan. c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan orale. Rasional : Untuk mempertahankan cairan. d) Berikan terapi IV, sesuai program Rasional: Untuk memberikan hidrasi cairan tubuh secara parenteral 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi NOC : Status Nutrisi : Intake makanan dan cairan Kiteria Hasil : a) Memperlihatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat b) Pasien mampu menghabiskan diit satu porsi c) Tidak ada mual muntah NIC : a. Timbang BB pasien pada interval yang tepat Rasional : Untuk memantau perubahan atau penurunan BB b. Identifikasi faktor pencetus mual dan muntah Rasional : Untuk memberikan tindakan keperawatan mengatasi mual muntah c. Tanyakan makanan kesukaan pasien dan sajikan dalam keadaan hangat Rasional : Makanan kesukaan yang tersaji dalam keadaan hangat akan meningkatkan keinginan untuk makan. d. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalnya pindahkan barang-barang dan cairan yang tidak enak dipandang)



Rasional : Tempat yang bersih akan mendukung pasien untuk peningkatan nafsu makan e. Berikan antiemetik dan atau analgesik sebelum makan atau sesuai program Rasional : Mengatasi atau menghilangkan rasa mual muntah 4) Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi NOC : Kerusakan intergritas jaringan Kriteria hasil : a. Integritas Kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi) b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit c. Mampu melindungi kulit, mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami NIC : Pressure Treatment a) Kaji daerah perianal Rasional : Untuk mengetahui luas kerusakan jaringan anusb. b) Anjurkan pada keluarga untuk selalu membersihkan dan mengerikan daerah anus setiap kali BAB Rasional : Menjaga agar daerah anus tidak lembabc. c) Berikan salep pada daerah anus setelah dibersihkanRasional : Mengurangi iritasi pada daerah perianal



DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2017. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Depkes RI



Hidayat A. A. A. (2016). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika. Khikmah. (2016). Hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kusumawati. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan penanganan diare pada balita selama di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Heater., Herdman. (2018-2020) NANDA- Diagnosis keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC Nelwan, Erni, Juita. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (Edisi 4. Jilid ke- 1). Jakarta: Internal Publishing. Nursing Outcomes Classification (NOC). (2018-2020). Edisi Keenam. Elseiver Nursing Intervention Classification (NIC). (2018-2020). Edisi Kelima. Elseiver Suraatmaja, sudaryat. (2017). Gastroenterologi anak. Jakarta: CV. Sagung Seto Wong. (2015). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa Andry Harmono. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG NURI BAWAH RSU ANUTAPURA PALU



MUHLIS R MIU,S.Kep 2019032054



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2020



I.



II.



BIODATA A. Identitas Klien 1. Nama : An. R 2. Tanggal Lahir/Usia : 2 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Pendidikan :6. Alamat : Layana Indah 7. Tgl masuk : 09 /06/2020 8. Tgl pengkajian : 09/06/2020 9. Diagnose medic : Diare B. Identitas orang tua wali 1. Ayah/ wali a. Nama : Tn. B b. Usia : 28 Tahun c. Pendidikan : SMA d. Pekerjaan : wiraswasta e. Agama : Islam f. Alamat : Layana Indah 2. Ibu a. Nama : Ny. I b. Usia : 26 Tahun c. Pendidikan : SMA d. Pekerjaan : URT e. Agama : Islam f. Alamat : Layana Indah C. Identitas saudara kandung Klien tidak mempunyai saudara kandung RIWAYAT KESEHATAN A. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan Utama : ibu klien mengatakan anaknya mencret 5x sehari Riwayat Keluhan Utama



: Klien Masuk ke puskesmas tanggal 09 juni 2020 jam



08.30 Wita dengan keluhan mencret 5x sehari sebelum masuk puskesmas,Klien sudah minum obat diare tapi keluhan tidak berkurang akhirnya keluarga membawa klien ke puskesmas. Keluhan Pada saat pengkajian : Ibu klien mengatakan klien mencret 5xsehari dan klien tampak lemas,klien rewel. B. Riwayat Kesehatan Lalu 1. Prenatal care a. Keluhan saat hamil yang dirasakan oleh ibu



Ibu mengatakan selama hamil mengalami Mual, muntah. b. Imunisasi TT : Ya 2. Natal a. Jenis persalinan : Normal b. Penolong persalinan : Bidan c. Komplikasi yang dialami ibu pada melahirkan dan setelah melahirkan : tidak ada komplikasi pada saat anak lahir. 3. Post natal a. Kondisi bayi : Normal b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :kecacatan (untuk semua usia )  Klien tidak pernah mengalami kejang  Riwayat kecelakaan : Tidak ada riwayat kecelakaan III. Riwayat Imunisasi Lengkap No 1 2 3 4 5



Jenis Imunisasi BCG DPT (I,II,III) Polio (I,II,III,IV) Campak Hepatitis



Waktu Pemberian 1 bulan 2,3,4 bulan 1,2 ,3,4 bulan



Frekuensi 1x 3x 4 kali



9 bulan 0 bulan



1x 1x



Reaksi Setelah Pemberian Membentuk abses 1-2 bulan Demam 1 hari Tidak ada reaksi Tidak ada reaksi Tidak ada reaksi



IV.



Riwayat Tumbuh Kembang A. Pertumbuhan fisik 1. Berat badan : 10Kg 2. Tinggi badan : 85 Cm 3. Waktu tumbuh gigi : 8 Bulan,, B. Perkembangan tiap tahap Usia anak saat 1. Berguling : 4 bulan 2. Duduk : 6 bulan 3. Merangkak : 7 bulan 4. Berdiri : 8 bulan 5. Berjalan : 11 bulan 6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 4 bulan 7. Bicara pertama kali : sdh bicara 8. Berpakaian tanpa bantuan : An.R berpakaian dengan bantuan



V.



Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI : Pertama kali disusui sejak lahir Lama pemberian : saat ini masih disusui oleh ibunya B. Pemberian susu formula : tidak diberikan susu formula Pola pemberian nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini



Usia



Jenis nutrisi



Lama pemberian



0-6 bulan



ASI



6 Bulan



6-11 bulan



ASI, bubur susu,



5 bulan



buah,buahan 11 bulan -2 tahun



Nasi,lauk,sayur



11 bulan sampai dengan sekarang



VI.



Riwayat Psikososial 1. Anak tinggal bersama : An. R diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah yang sama 2. Tempat bermain : dirumah 3. Kamar klien : bersama orang tua 4. Rumah ada tangga : tidak ada tangga 5. Hubungan antar anggota keluarga : hubungan dalam keluarga baik 6. Pengasuh anak : tidak ada pengasuh



VII.



Riwayat Spiritual 1. Support system dalam keluarga dalam mengambil keputusan 2. Kegiatan keagamaan melakukan bersama-sama



VIII. Aktivitas



sehari-hari A. Nutrisi



: dalam keluarga mereka saling mendukung : dalam kegiatan keagamaan keluarga selalu



:



Kondisi 1. Selera makan



Sebelum sakit Baik



Saat sakit Kurang



2. Menu makan



Nasi, Sayur,Lauk



Bubur, Telur



3x



1x



Semua



-



-



-



Disuapi, kadang



Disuapi



makan sendiri



-



3. Frekuensi makan 4. Makanan yang disukai 5. Makanan pantangan 6. Cara makan 7. Ritual saat makan



-



B. Cairan Kondisi



Sebelum sakit Air putih, Susu



Saat sakit Air Putih, Susu



2. Frekuensi minum



6 gelas/hari



4 gelas/ hari



3. Kesulitan minum



Tidak ada



Tidak ada



1. Jenis minuman



C. Eliminasi ( BAB &BAK) Sebelum sakit



Saat sakit



Kondisi BAB



BAK



BAB



BAK



Di wc



Di pampers



Di pampers



Di pampers



1X



3-6X



5X



4-6x



Padat



Kuning



encer



Kuning



5. Kesulitan



-



-



-



-



6. Obat pencahar



-



-



-



-



2. Tempat pembuangan 3. Frekuensi 4. Konsistensi



D. Istirahat tidur Kondisi



Sebelum sakit



Saat sakit



 Tidur siang



13.00-15.00



Tidak teratur



 Tidur malam



20.00-05.00



Tidak teratur



2x sehari



Tidak teratur



Disusui oleh ibunya



An. Rewel



1. Jam tidur



2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur



E. Personal hygiene



-



Kondisi



Sebelum sakit



Saat sakit



An. I dimandi oleh



Dilap memakai waslap



1. Mandi  Cara



ibunya  frekuensi



2x



2x



 alat mandi



Sabun,



Waslap, air hangat



handuk,shampoo 2. Cuci Rambut  frekuensi  cara



3x dalam seminggu



Belum pernah



Dishampoo oleh



-



ibunya Belum pernah



3. Gunting kuku 1x seminggu



 Frekuensi



Menggunakan



 Cara



gunting kuku 2x sehari



4. Gosok gigi



Belum pernah



F. Aktivitas mobilitas fisik Sebelum sakit



Saat sakit



1. Kegiatan sehari-hari



Kondisi



-



-



2. Pengaturan jadwal harian



-



3. Penggunaan alat bantu



-



aktifitas



-



4. Kesulitan pergerakan tubuh



IX.



Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum 2. Kesadaran 3. Tanda tanda vital a. Tekanan darah b. Denyut nadi c. Suhu d. Pernapasan 4. Berat badan 5. Tinggi badan 6. Kepala



-



: Lemah : Compos mentis :: 122x/menit : 37,8 0c : 28x/menit : 10 kg : 85 cm



-



Terhalang oleh infuse



Inspeksi Keadaan rambut & hygiene kepala a. Warna rambut : Hitam b. Penyebaran : Merata c. Mudah rontok : Tidak mudah rontok d. Kebersihan : Bersih Palpasi Benjolan : ada/tidak ada : Tidak ada benjolan Nyeri tekan : ada/ tidak ada : Tidak ada nyeri tekan Tekstur rambut : kasar/halus : halus 7. Muka Inspeksi a. Simetris atau tidak : Simetris b. Bentuk wajah : Oval c. Gerakan abnormal : Tidak ada gerakan abnormal d. Ekspresi wajah : lemah Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 8. Mata Inspeksi :mata kiri dan kanan simetris,gerakan bola mata seimbang mata cekung,sclera mata tidak icterus,konjungtiva tidak anemis dan tidak ada peradangan,pupil isokor,reflex terhadap cahaya myosis,bulu mata tidak rontok,penglihtan baik Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 9. Hidung dan sinus Inspeksi :hidung tampak simetris,tidak tampak deviasi septum,tdk ada secret Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan 10. Telinga Inspeksi :telinga simetris kiri dan kanan,daun telingabentuk seperti huruf c,tidak tampak adanya cairan dan serumen Palpasi : tidak ada nyeri tekan Pemeriksaan uji pendengaran a. Rinne : Normal b. Weber : Normal c. Swabach : Normal Pemeriksan vestibuler : Normal 11. Mulut Inspeksi : tidak ada labioskiziz dan tidak ada palatoskiziz keadaan gigi sangat bersih,tidak ada caries gigi,mucosa bibir tampak kering 12. Tenggorokan inspeksi



:warna mucosa merah



palpasi 13. Leher Inspeksi Palpasi 14. Thoraks dan pernapasan Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi 15. Jantung Palpasi Ictus cordis Perkusi



Auskultasi



: tidak ada nyeri tekan :tidak terlihat pembesaran kelenjar tyroid,tidak terdapat kaku kuduk, :tidak terdapat nyeri tekan



:bentuk dada normo chest : vocal fremitus teraba marata pada semua lapang paru,tidak terdapat nyeri tekan : pernafasan euopnoe suara nafas vesikuler,tidak terdengar suara nafas tambahan :sonor



:tidak t teraba ictus cordis : Batas atas jantung ICS 2,:Batas bawah jantung ICS 5, Batas kiri ICS 5 Midclavicula sinistra Batas Kanan ICS 4 Midclavicula Dextra : Bunyi jantung 1 dan 2 terdengar tunggal dan tidak terdengar Bunyi jantung tambahan



16. Abdomen Inspeksi : perut t membuncit,tidak ada luka, Palpasi a. Hepar : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan b. Lien : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan Auskultasi Peristaltic : 38x/menit Perkusi : terdengar hipertympani 17. Genetalia dan anus :Normal 18. Ekstermitas Ekstermitas atas a. Motorik  Pergerakan kanan/kiri : Normal  Pergerakan abnormal : tidak mengalami pergerakan abnormal  Kekuatan otot kanan/kiri : Normal  Tonus otot kanan/kiri : Normal  Koordinasi gerak : kepala, tangan kaki dapat digerakkan b. Reflex  Bicep kanan/kiri : Normal  Triceps kanan/kiri : Normal c. Sensori



 Nyeri : Pada abdomen  Rangsang suhu : baik  Rasa raba : baik Ekstermitas bawah a. Motorik b. Kekuatan kanan/kiri : 5/5 c. Reflex  Babinsky kanan/kiri : Normal d. Sensori  Nyeri : dapat membedakan rangsangan nyeri  Rangsangan suhu : klien berespon terhadap suhu  Rasa raba : klien berespon saat dsentuh Data lain :19. Status Neurologi Saraf –saraf kranial a. Nervus I (Olfaktorius) penghidu : Penciuman normal b. Nervus II (Optikus) : Penglihatan : Penglihatan normal c. Nervus III, IV, VI  Konstriksi pupil : Normal  Gerakan kelopak mata : Terkontrol  Pergerakan bola mata : Normal  Pergerakan mata kebawah & dalam : Normal d. Nervus V (Trigeminus)  Reflex dagu :Normal  Reflex kornea : Normal e. Nervus VII (facial)  Gerakan mimic : Normal  Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : Normal f. Nervus VIII (Akustikus) Fungsi pendengaran : Normal g. Nervus IX dan X (glosopharingeus dan vagus)  Reflex menelan : Normal  Reflex muntah :Normal  Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Normal h. Nervus XI (Aksesorius)  Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : klien mampu memalingkan wajah kekiri dan kekanan  Mengangkat bahu : klien mampu mengangkat bahu i. Nervus XII (ypoglosus)  Deviasi lidah : tidak ada deviasi lidah Tanda – tanda perangsangan otak a. Tidak terdapat kaku kuduk



b. Kernig sign : Normal c. Reflex brudzinski : Normal X. Pemeriksaan tingkat perkembangan (0-6 tahun) Dengan menggunakan DDST 1. Motorik kasar : Bangkit terus duduk 2. Motoric halus : memegang ibu jari dan jari 3. Bahasa : berbicara 4. Personal social : minum dengan cangkir XI. Test diagnostic XII.KLASIFIKASI DATA DS : 1.ibu klien mengatakan anaknya mencret 5x sehari 2.ibu klien mengatakan anaknya lemas DO: 1.mata klien tampak cekung 2.klien tampak lemas 3.klien rewel 4.TTV : N:122x/menit RR:28x/menit SB:37,8 0c XIII.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.DIARE 2. XIV. ANALISA DATA NO . 1.



DATA



ETIOLOGI



PROBLEM



DS: 1.ibu klien mengatakan anaknya mencret 5xsehari 2.ibu klien mengatakan anaknya lemas



Faktor penyebab



DIARE



Masuk kedalam tubuh Mencapai usus halus



DO 1.klien tampak lemas 2.mata klien tampak cekung 3.klien rewel 4.ttv : N :122x/menit RR:28x/menit Sb:37,8 0c



Menyebabkan infeksi dan kerusakan jonjot usus Malabsorbsi makanan dan minuman Hiperperistaltik Peningkayan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mucosa usus Penyerapaan makanan ,air dan elektrolit terganggu



INTERVENSI KEPERAWATAN N O.



DIAGNOSA KEPERAWATAN



1.



Diare



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL NOC



berhubungan Setelah



dengan infeksi



dilakukan 1.Kaji dan observasi 1.Membantu



tindakan



pola



keperawatan 2x24 (frekuensi, jam



RASIONAL



INTERVENSI NIC



BAB membedakan warna, penyakit klien



diharapkan konsistensi, jumlah dan mengkaji



Diare pada pasien feses)



beratnya



teratasi.



defekasi



tiap



NOC : Fungsi



2.Berikan diet cair 2.Menghindari



Gastrointestinal



untuk



iritasi,



Kriteria hasil :



mengistirahatkan



meningkatkan



a.Konsistensi feses usus



istirahat usus



padat b.Frekuensi



BAB



3.Untuk



3x/hari



3.Anjurkan



pasien menjaga



untuk makan dalam asupan porsi kecil, tetapi makanan yang sering



dan dibutuhkan



tingkatkan



tubuh



kepadatannya secara bertahap 4.Kolaborasi pemberian



4.Menurunkan obat motilitas atau



sesuai indikasi



peristaltik usus



dan



menunjukkan sekresi degestif untuk menghilangka n kram dan diare



CATATAN KEPERAWATAN N O 1.



DIAGNOSA KEPERAWATA N Diare berhubungan dengan infeksi



WAKTU



IMPLEMENTASI



09-062020 08.30



1.mengkaji mengobservasi



WAKTU EVALUASI dan 09-06-



2020 pola 14.00



S: ibu klien mengatakan anaknya masih bab encer 2x



BAB (frekuensi, warna, konsistensi,



jumlah



feses) Hasil:bab



encer



5x,berwarna kuning



O:-mata masih cekung -klien masih rewel -ttv : N:120x/menit RR:24x/menit SB :37,5 0c A:masalah diare belum teratasi



2.memberikan diet cair untuk mengistirahatkan usus Hasil :klien diberikan diet lunak



3.menganjurkan keluarga



pada untuk



memberi makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan



tingkatkan



kepadatannya



secara



bertahap Hasil :keluarga klien memahami apa yang disampaikan



oleh



perawat 4.Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi Hasil



:klien



mendapatka therapy Ivfd asering Zinc 1x20 mg/oral Oralit ½-1gelas setiap bab



P:lanjutkan interveensi ; 1.kaji dan observasi pola bab 2.berikan diet cair 3.pemberian therapy sesuai advis dokter -IVFD asering -zinc 1x20mg/oral -oralit ½ -1 gelas setiap bab



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) BRONKOPNEUMONIA Pokok Bahasan



: Diare pada anak



Sub Pokok Bahasan



: Penanganan Diare secara mandiri



Penyaji



: Muhlis R Miu



Sasaran



: Orang tua



Hari Dan Tanggal Pelaksanaan



: Rabu, 17 Juni 2020



Tempat



: Rumah



I.



Pelaksanaan Kegiatan



1. Topik Penanganan diare pada anak 2. Sasaran dan target Sasaran



: Orang tua



Target



: Orang tua yang anaknya menderita diare.



3. Materi Terlampir 4. Metoda Ceramah, tanya jawab, dan diskusi. 5. Media dan Alat Leaflet 6. Waktu dan Tempat a. Hari/tanggal



7.



: Rabu, 17 Juni 2020



b. Waktu



: 10.00 WITA



c. Tempat



:



Rumah orang tua masing-masing



Pengorganisasian. Pemateri



: Muhlis R Miu



II. No



Kegiatan Penyuluhan



Waktu 5 menit



15 menit



Kegiatan Therapis Pembukaan:



Kegiatan Peserta







Perkenalan mahasiswa.







Menjelaskan tujuan.







Menjelaskan kontrak waktu.



Memperhatikan.



Pelaksanaan : 



Menggali pengetahuan orang  tua tentang Diare







Memberikan



an pendapat reinforcement 



positif atas jawaban peserta. 



Meluruskan konsep pengertian 



Memberikan Meluruskan



reinforcement  konsep



dan



memperhatikan Mengemukak an pendapat



positif atas jawaban peserta. 



Mendengarka n



Menggali pengetahuan orang tua tentang faktor penyebab Diare.







Mendengarka n.



Diare 



Mengemukak



faktor 



penyebab Diare.



Mendengarka n.







Menggali pengetahuan orang tua tentang tanda dan gejala Diare.







Memberikan



 n



reinforcement



Meluruskan konsep tentang 



Mengemukak an pendapat



tanda dan gejala Diare. 



Menggali pengetahuan orang tua tentang cara perawatan yang  Memberikan



reinforcement



positif atas jawaban peserta. 



Mendengarka n.



tepat Diare. 



dan



memperhatikan



positif atas jawaban peserta. 



Mendengarka



Meluruskan konsep tentang cara perawatan anak dengan Diare.







Mendengarka n



dan



memperhatikan







Mengemukak an pendapat







Mendengarka n







Mendengarka n



dan



memperhatikan 10 menit



Penutup: 



Meminta memberikan



peserta



untuk 



pertanyaan



atas



Memberikan pertanyaan



penjelasan yang tidak dipahami. 



Menjawab pertanyaan



yang 



diajukan.



Memperhatik an







Menyimpulkan diskusi.







Melakukan evaluasi.







Berpartisipasi







Mengucapkan salam.







Menjawab pertanyaan







Menjawab salam



Lampiran 1 MATERI PENYULUHAN



I. Pengertian Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2015). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi nya lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2016). Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2015). Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi anti biopik (donna L. Wong let, 2016) Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Suratmaja, 2017). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Khikmah, 2016).



Dari berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari konsistensi cair atau lembek dapat disertai darah maupun tidak, dapat disertai dengan demam kadang mual dan muntah dehidrasi dan badan terasa lemas diare dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti virus, bakteri, psikologi maupun makanan, dan diare akut yaitu terjadi kurang dari 14 hari. II. Etiologi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2016) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan cemas. Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan” (Khikmah, 2016). III. Klasifikasi Klasifikasi diare menurut Wong (2015) adalah 1. Diare Akut Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. 2. Disentri



Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status gizi. 3. Diare Kronik/ Diare Persisten Ciri-ciri anak yang Dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (Kusumawati, 2015) IV. Patofisiologi Menurut Hidayat (2016), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam kemungkinan faktor diantaranya : 1.



Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.



2.



Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat isi meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.



3.



Faktor makanan Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.



4.



Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan diare.



V. Tanda dan gejala Menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2015),



diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari. Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau lendir pada feses. Demam bisa dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual dan muntah bisa dijumpai. Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri. Biasanya disebabkan oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai. VI. Komplikasi Menurut Nelwan (2015),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi merupakan tanda awal pada inflammatory bowel disease menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom hemolitik-uremikum”. Sedangkan Menurut Suraatmaja (2017), kebanyakan penderita sembuh tanpa adanya komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Hipernatremia, Hiponatremia, demam, edema, asidosis, hipokalemia, illeus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal VII.Cara perawatan Diare. 1.



Tes puasa untuk menentukan intoleransi makanan atau alergi



2.



Pemeriksaan radiologi untuk memeriksa peradangan dan kelainan struktural usus



3.



Kultur tinja untuk memeriksa bakteri, parasit atau tanda-tanda penyakit lainnya



4.



Kolonoskopi untuk memeriksa seluruh usus besar



5.



Sigmoidoskopi untuk memeriksa rektum (usus bagian akhir) dan usus besar bagian bawah untuk tanda-tanda penyakit usus



6.



Kolonoskopi atau sigmoidoskopi sangat membantu untuk menentukan apakah Anda memiliki penyakit usus jika mengalami diare akut atau kronis (Kususmawati, 2015).



VIII. Pencegahan



Penyakit diare dapat dicegah dengan : 1.



Mencuci tangan menggunakan air dan sabun sebelum dan sesudah makan



2.



Mengosumsi makanan yang sudah matang



3.



Kosumsi makanan dan munuman yang bergizi. .



I.



Referensi 1.



Depkes RI. 2017. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Depkes RI



2.



Hidayat A. A. A. (2016). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.



3.



Khikmah. (2016). Hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.



4.



Kusumawati. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan penanganan diare pada balita selama di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.



5.



Heater.,



Herdman.



(2018-2020)



NANDA-



Diagnosis



keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC 6.



Nelwan, Erni, Juita. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (Edisi 4. Jilid ke- 1). Jakarta: Internal Publishing.



7.



Nursing Outcomes Classification (NOC). (2018-2020). Edisi Keenam. Elseiver



8.



Nursing Intervention Classification (NIC). (2018-2020). Edisi Kelima. Elseiver



9.



Suraatmaja, sudaryat. (2017). Gastroenterologi anak. Jakarta: CV. Sagung Seto



10.



Wong. (2015). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa Andry Harmono. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC