13 0 971 KB
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP SOFT TISSUE TUMOR ( STT ) DI RUANG HESTI
RS KENCANA SERANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
NAMA: MOCH DHARMAWAN NIM: 191030200136
PROGRAM PENDIDIKAN NERS STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
FORMAT ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
NO 1
HARI/TANGGAL Senin,21-10-2019
JAM
INITIAL KLIEN
KEGIATAN
14:30 s/d 16:00
Orientasi ruang perawatan DKT
16:30
Orientasi Ruang Hesti (Perawatan Bedah dan Penyakit Dalam) Mengganti cairan infus Rl 20 tpm
17;00
18;00
Tn.S
Tn.S
Ny;N
Ny; N
Suhu ; 36,5 ℃ Nadi ; 90x/mnt Tensi ; 100/70 mmhg Rr ; 20x/mnt Suhu ; 38,5 ℃ Nadi ; 100 x/mnt Tensi ; 110/70mmhg Rr ; 24 x/mnt Memberikan terapi Parasetamol injeksi 1000 mg/iv
Operan Ship
Selasa, 22-10-2019
Mengkaji Tn.S Pasien phost operasi app
14 30 Wib
14:50
Tn ;S Mengobservasi keadaan umum pasien: K/u lemah terpasang
PARAF PEMBIMBING
15:00
Tn ; S
18 00 Wib
Tn ; S
18: 20
Tn ; S
19:00
Tn ; A
infus Rl drip katerolak 30 mg + Tramadol 100 mg 20 Tpm. Suhu 36,5℃ Nadi 62x/menit Respirasi 18x/menit Tensi 100/70mmhg Gcs E4M6V5 Sp02 100 ⁒
S: 36 ℃ Nadi : 68x/mnt Rr : 20x/mnt Td: 100/73 mmhg Mendokumentasi kan hasil periksaan.
Mengganti cairan infus Rl 20 tpm Tn;S , Tn ; A
2
Selasa,23-10-2019
19;30
Ny ; R
19;30
Ny ; R
20;00 14 30 Wib
Ny ; R
16 00
Suhu ; 37,2 ℃ Nadi ; 80 x/mnt Tensi ; 100/60 mmhg Rr ; 18 x/mnt Memberikan terapi ranitin 1 ampul injeksi/iv
Mengobservasi pasien K.U Sedang , ps mengatakan nyeri berkurang Memberikan terapi injeksi
parasetamol 1000 mg/iv Reaksi alergi tidak ada
3
Rabu,24-10-2019
15 00 Wib
16 30
S; 37,5℃ Nadi : 74x/mnt Rr : 22x/mnt Tensi : 100/70 Mengobservasi keadaan umum pasien : K.U Perbaikan pasien terlihat nyaman.pasien mengatakan nyeri berkurang. Urin terlihat jernih dan tidak ada darah jumlah 700-800 cc. Mengikuti visite dokter : instruksi terapi ganti oral: Cefixime 2x1 tab Sanmol 3x1tab Harnal 1x1 Off infus set Besok off dc pagi . Suhu : 36,5 ℃ Nadi : 80x/mnt Respirasi : 18x/mnt Tensi : 110/60 Mendokumentasi kan askep
18 00
19 00
4
Kamis,25-10-2018
19 30 14 30
Memberikan edukasi kepada pasien , respon mau mendengarkan dan pasien mengerti. Mengobsepasi pasien K.U Sedang pasien terlihat nyaman.
Pasien mengatakan Bak normal
5
Jum’at,26-10-2019
16 00
Memberikan edukasi kepada pasien tentang perawatan di rumah
18.30 Wib
Suhu : 36,2℃ Nadi : 80x/mnt Respirasi: 18xmnt Tensi : 100/65
18.50
Mendokumentasi kan Askep
19. 00
Memberikan edukasi kepada pasien respon pasien mengerti
14. 30
Pasien sudah pulang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH A. PENGKAJIAN Pengkajian tgl Tanggal MRS Ruang/Kelas
: 21-10-2019 : 19-9-2019 : Hesti 6 kelas 3
Jam : 14 30 NO. RM : 15 73 70 Dx. Masuk : STT Dokter yang merawat : dr. Harifudin SpB
Identitas Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 29 tahun Status Perkawinan: Kawin Agama : Islam Penanggung Biaya: Ny. Marsih Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Suku/Bangsa :Sunda Alamat : Kp kasemen 01/02 Serang.
Riwayat Sakit dan Kesehatan 1. Keluhan utama : Saat MRS
: Pasien mengalami benjolan di sekitar pangkal paha sejak 2 tahun
yang lalu. Saat Pengkajian : Pasien mengtakan sedikit nyeri pada benjolan P : Nyeri disebabkan karena gejala yang timbul dari penyakit. Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. R : Nyeri yang dirasakan bagian pangkal paha kanan (inguinal dekstra) S : Skala nyeri 5 T : Nyeri hilang timbul 2. Penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita selain STT . 3. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita sakit yang sama dengan pasien. 4. Riwayat alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi obat
Pernafasan Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: baik Kesadaran: Compos mentis Tanda vital TD: 100/70 mmHg Nadi: 62 x/mmhg Suhu : 36,5 ºc RR: 18
x/mnt
Pola nafas irama Teratur Tidak ada sesak nafas.
Suara nafas verikuler tidak ditemukan ronchi maupun wheezing
Masalah : Tidak ada masalah
Kardiovaskuler Irama jantung Reguler tidak ditemukan Nyeri dada, Bunyi jantung Normal tidak ditemukan suara murmur Maupun gallop, CRT kurang dari 3 detik, akral teraba hangat Persyarafan GCS Eye:4 Verbal:6 Motorik:5 Total:15 Refleks fisiologis ekstremitas atas positip , reflek fisiologis ekstremitas bagian bawah negatif Lain-lain: Istirahat / tidur: 6-8 jam/hari Gangguan tidur: tidak ada Masalah: Reflek fisiologis ekstremitas bagian bawah negative Penginderaan Penglihatan (mata) : Pupil Isokor Sclera/Konjungtiva tidak anemis, Pendengaran/Telinga mampu menerima suara dengan baik,tidak di temukan serumen, gangguan pendengaran tidak ditemukan.
Penciuman (Hidung) : Bentuk aroma sekitar ruangan
simetris Gangguan Penciuman tidak ditemukan mampu mencium
Masalah: tidak ada masalah Perkemihan Kebersihan Bersih, Terpasang urin bag Jumlah: 700-1500 cc/hr warna kuning Bau khas, Alat bantu terpasang kateter. tidak ditemukan Gangguan Anuria, Oliguri, Retensi,Nokturiamaupun Inkontinensia urin. Masalah:Tidak ada masalah Pencernaan Nafsu makan Baik Frekuensi 3 kali sehari satu piring nasi habis, minum 1500 cc/hari, Jenis: air mineral, Mulut Bersih lembab tidak ditemukan stomatitis, tenggorokan tidak ditemukan nyeri tekan,pembesaran tonsil maupun kesulitan menelan. Abdomen ditemukan nyeri tekan pada perut bagian bawah kanan,abdomen tidak tegang maupun kembung Peristaltik 20 x/mnt. Pembesaran hepardan lien tidak ditemukan. Buang air besar 1 x/hari Teratur. Konsistensi lembek Bau khas Warna kekuningan
Masalah: Nyeri abdomen kanan bawah Muskuloskeletal/ Integumen Kemampuan pergerakan sendi Bebas Kekuatan otot: 5 5 1 1 Kulit sawo matang Turgor baik tidak ditemukan oedem maupun tanda-tanda infeksi
Masalah : kelemahan kekuatan otot tungkai bawah tidak dapat digerakkan
Endokrin Pembesaran Tyroid Tidak membesar tidak ditemukan Hiperglikemi ,Luka gangrene. Masalah: tak ditemukan masalah Personal Higiene Mandi : 2x sehari Keramas : 2x 1 minggu Ganti pakaian : 2x
Sikat gigi : 2x sehari Memotong kuku: 1minggu sekali Masalah: tidak ditemukan masalah
Psiko-sosio-spiritual Orang yang paling dekat: Istri Anak pasien Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik Kegiatan ibadah: dilakukan Lain-lain : pasien tampak cemas, keluarga sering bertanya tentang penyakitnya
Masalah: Defisit Pengetahuan
Pemeriksan Penunjang Laboratorium : Hb : 9,9 g/dl Leukosit : 10,610/µl Ht : 30 % Tromb0sit : 567.000 ribu Gds : 95 mg/dl Masa perdarahan : 3’50” Masa pembekuan : 7’45” Ureum : 34 g/dl Creatinin : 1,0 g/dl Hepatitis : ( - ) Negatif Radiologi/ USG, dll BNO : EKG ; Hasil dalam batas normal Terapi: Infus : INFUS RL 500cc/jam drip ketorolacc 1amp INJECTION: RANITIDIN 50mg METOCLORAMIDE 10 mg paracetamol IV 3x 1000mg
pria : 13-16 g/dl 5.000 – 10.000 /µl Pria : 37 – 47 % 200 – 400 ribu < 200 mg/dl 1 – 5 menit 5 – 10 menit 10 – 50 g/dl Pria : 0,6 -1,1 g/dl
ANALISA DATA No. 1.
Data DS : -
Problem
Etiologi
Nyeri
Agen pencedera fisik ( terpotong,Prosedur operasi)
Gangguan mobilitas fisik
Penurunan kekuatan otot
Tn. S mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah,nyeri dirasakan hilang timbul.
DO : Pasien tampak meringis P : Nyeri disebabkan karena gejala yang timbul dari penyakit. Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. R : Nyeri yang dirasakan bagian pangkal paha kanan (inguinal dekstra) S : Skala nyeri 5 T : Nyeri hilang timbul TD: 100/70 mmHg Nadi: 62 x/mmhg Suhu : 36,5 ºc RR: 18 x/mnt Teraphy : - Ketorolac 1amp
2.
DS : - Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas bawah - Nyeri di daerah op bila bergerak - Pasien terbaring ditempat tidur DO : 5 5 Kekuatan otot 1 1 -
Pasien post op STT Luka operasi diarea paha kanan Terpasang infus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( terpotong, prosedur operasi) 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Moch Dharmawan Ruang : Hesti 6 NIM : 191030200137 No.M.R. : 15 73 70 No
1
Tanggal
21-10-2019
Diagnosa Keperawatan (PES) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik (terpotong, prosedur operasi)
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah 1. Edukasi Tehnik dilakukan Nafas ; tindakan 3x24 Observasi : jam nyeri 1) Identifikasi hilang. kesiapan dan Kriteria hasil : kemampuan - Keluhan menerima nyeri informasi menurun (5) Terapeutik : - Gelisah menurun (5) 1) Sediakan media - Meringis penkes menurun (5) Edukasi : 1) Jelaskan tujuan dan manfaat tehnik napas 2) Jelaskan prosedur tehnik napas 3) Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mugkin 4) Anjurkan menutup mata dan berkonsentrasi penuh 5) Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui ihidung secara perlahan 6) Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuska n udara mulut
Rasional
1.Untuk melakukan tindakan selanjutnya 2.Menentukan nilai scala nyeri yang dialami pasien dan untuk menentukan tindakan selanjutnya 4.Memberikan rasa nyaman kepada pasien dan untuk mengurangi nyeri 5.Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang nyeri 9.Untuk mengetahui reaksi pasien adakah pengaruh analgetik terhadap pasien tersebut 10.Relaksasi merupakan Metode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanisme yang menghentikan siklus nyeri. 11.Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien dan proses penyembuhan cepat tercapai 12.Dengan istirahat cukup diharapkan proses penyembuhan pasien tercapai 17.Analgetik dapat mengurangi nyeri.
mencucu secara perlahan 7) Demonstrasikan menarik napas dalam selama 4 detik, menahan napas selama 2 detik dan menghembuska n napas dalam selama 8 detik 2. Manajemen nyeri : Observasi : 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri) 2) Identifikasi skala nyeri 3) Identifikasi respon non verbal Terapeutik : 1) Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu dengan aromaterapi kopi 2) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri 3) Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi : 1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 2) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri 3) Ajarkan tehnik nonfarmakologi s untuk mengurangi nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik
2
21-10-2019
.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan mobilitas fisik tidak terjadi dengan kriteria hasil : -Pergerakan ekstremitas meningkat (5) -Kekuatan otot meningkat (5) -Rentang gerak (ROM) meningkat (5) -Nyeri menurun (5) -Gerakan terbatas menurun (5) -Kelemahan fisik menurun (5)
Observasi: 1.Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2.Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 3.Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi 4.Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik : 1. Fasilitsi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu misalnya pagar tempat tidur 2. Fasilitasi melakukan pergerakan,jika perlu 3.Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan Edukasi: 1. .Jelaskan tujuan dan prosedur
1.Untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien 2.Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan yang dapat pasien lakukan 3.Untuk mengetahui perubahan dari status TTV pasien 4.Untuk mengetahui sejauh mana kondisi pasien 5.Agar mobilisasi cepat tercapai dan pasien sehat 7.Sebagai dukungan kepada pasien 8.Agar pasien dan keluarga mengerti dan terlibat dalam pemantauan 9.Untuk melatih kekuatan otot pasien
mobilisasi 2. .Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3..Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalnya duduk ditempat tidur,duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi.
D. CATATAN PERKEMBANGAN Nama Klien : Tn. S Diagnosis Medis : Post op STT Ruang Rawat : Hesti 6 Tgl/ No. DX Implementasi Jam 21-10-2019 1. 1. Edukasi Tehnik Nafas ; Observasi : 14 30
1) Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik : 2) Menyediakan media penkes Edukasi :
16 00
16 30
18 00
SOAP S : - pasien mengatakan nyeri pada pangkal paha kanan, nyeri hilang timbul dan nyeri pada saat bergerak. - pasien mengatakan bila nyeri timbul melakukan tehnik tehnik napas dalam O : - keadaan umum pasien lemah , - kesadaran compos mentis, P : Nyeri disebabkan karena gejala
3) Menjelaskan tujuan dan manfaat yang timbul dari penyakit. tehnik napas 4) Menjelaskan prosedur tehnik napas Q : Nyeri yang dirasakan seperti 5) Menganjurkan memposisikan tubuh tertusuk-tusuk. senyaman mugkin 6) Menganjurkan menutup mata dan R : Nyeri yang dirasakan bagian berkonsentrasi penuh pangkal paha kanan (inguinal 7) Mengajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui dekstra) hidung secara perlahan S : Skala nyeri 5 8) Mengajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan udara mulut T : Nyeri hilang timbul mencucu secara perlahan - therapi : ketorolacc 1amp 9) Mendemonstrasikan menarik napas dalam selama 4 detik, menahan napas - Suhu : 36℃ Nadi : 68 x/mnt selama 2 detik dan menghembuskan Td : 100/73 mmhg napas dalam selama 8 detik A : Nyeri belum teratasi 2. Manajemen nyeri ; Observasi :
P : Intervensi keperawatan dilanjutkan : 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi kualitas dan intensitas durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri) 2) Mengidentifikasi skala nyeri 2. Mengidentifikasi faktor yang 3) Mengidentifikasi respon non verbal memperberat nyeri Terapeutik : 4) Memberikan tehnik non farmakologis 3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri yaitu dengan aromaterapi kopi 5) Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri 6) Memfasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi :
4. Kolaborasi pemberian analgetik
7) Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 8) Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri 9) Mengajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri dengan aromaterapi kopi Kolaborasi : 10) Berkolaborasi pemberian analgetik.
21-10-2019 14 30
2.
16 00
17 30
18 00
21-10-2019 15.00
3
1. Mengidentifikasi nyeri 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi Tensi : 100/73 mmhg 4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu misalnya pagar tempat tidur (bed plang). Respon pasien masih berbaring ditempat tidur 5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan 6. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi 7. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini. Respon pasien mengerti dan mau melakukannya. 8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalnya duduk ditempat tidur,duduk disisi tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke kursi. Respon pasien masih berbaring ditempat tidur.
b. Menyediakan materi penkes
O : Keadaan Umum pasien lemah Pasien masih terbaring ditempat tidur A :Gangguan mobilitas fisik Masih terjadi P: Intervensi keperawatan dilanjutkan : 5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan 4. Memasang bed plang 8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalnya duduk ditempat tidur,duduk disisi tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke kursi.
S:-
1. Edukasi Kesehatan Observasi : a. Mengidentifikasi kemampuan kesiapan menerima informasi Terapeutik :
S : Pasien mengatakan belum dapat menggerakan kakinya, nyeri di daerah luka op bila bergerak
dan
O: -
Cemas berkurang Pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakitnya
c. menjadwalkan penkes kesepakatan d. Memberikan kesempatan bertanya
sesuai
A : Defisit pengetahuan tidak terjadi P : Intervensi Dihentikan
untuk
Edukasi Proses Penyakit e. Menjelaskan penyebab dan faktor resiko penyakit Terapeutik: f.
Menjelaskan penyebab dan fakor resiko penyakit. g. Menjelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit h. Menjelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit i. menjelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
22-10-2019 15. 00
1.
1. Mengidentifikasi lokasi nyeri frekuensi S : pasien mengatakan nyeri berkurang kualitas dan intensitas nyeri→ nyeri di pangkal paha kanan O : Keadaan umum pasien sedang kesadaran compos mentis 2. Mengidentifikasi faktor yang P : Nyeri disebabkan karena gejala memperberat nyeri→nyeri dirasakan yang timbul dari penyakit. bila bergerak Q : Nyeri yang dirasakan kadang3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas kadang seperti tertusuk-tusuk . dalam →pasien mngikuti tehnik napas R : Nyeri yang dirasakan bagian 4. Kolaborasi pemberian analgetik pangkal paha kanan (inguinal dekstra) S : Skala nyeri 4 T : Nyeri hilang timbul S : 37,5℃ Nadi : 74x/mnt Rr : 22x/mnt Tensi : 100/70 mmhg
A: Nyeri teratasi sebagian
P :Intervensi keperawatan dilanjutkan : 1. Kolaborasi pemberian terapi
22-10-2019
2
15.00 16.00
23-10-2019
20.00
S : Pasien mengatakan sudah lebih baik 4. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan 5. Memasang bed plang 8. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalnya duduk ditempat tidur,duduk disisi tempat tidur,pindah dari tempat tidur ke kursi. Respon pasien masih berbaring ditempat tidur.
1
4.Kolaborasi pemberian terapi
O : keadaan umum pasien membaik kesadaran compos mentis pasien tampak segar A : Gangguan mobilitas fisik masih terjadi P : Intervensi keperawatan dipertahankan
S : pasien mengatakan nyeri tidak ada O : Keadaan umum baik kesadaran compos mentis pasien terlihat nyaman P : tidak ada Nyeri disebabkan karena gejala yang timbul dari penyakit . Q
: Nyeri tidak dirasakan .
R : tidak ada Nyeri yang dirasakan bagian pangkal paha kanan (inguinal dekstra) S : Skala nyeri 0 T : Nyeri S : 36,5℃ N : 80x/mnt Rr : 18x/mnt Td : 110/60 mmhg
A: Nyeri teratasi P : Intervensi di lanjutkan dengan kolaborasi pemberian therapy -Terapi ganti oral: Cefixim 2x1 tab Sanmol 3x1 tab Harnal 1x1 -aff infus set rawat jalan
LAPORAN PENDAHULUAN STT (SOFT TISSUE TUMOR) A. PENGERTIAN Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ). STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006). Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang
B. ETIOLOGI 1. Kondisi Genetik Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis. 2. Radiasi Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik. 3. Infeksi Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT. 4. Trauma Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
D. PATOFISIOLOGI Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu : 1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi 2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi. 3. Invasi lokal. 4. Metastasis jauh
E. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Medik a. Bedah Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini. c. Terapi Radiasi Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan. 2. Penatalaksanaan Keperawaatan a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien b. Perawatan luka pada pasien c. Pemberian obat d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah dilakukan operasi.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Biodata
: nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama 3. Riwayat penyakit sekarang 4. Riwayat penyakit dahulu 5. Riwayat penyakit keluarga 6. Pengkajian fisik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan X-ray X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur. 3. CT scan CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir. 4. Pemeriksaan MRI Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik. 5. Pemeriksaan histopatologis a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut: 1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik 2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear 3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku. b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi. c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi. d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma
Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit
Soft Tissue Tumor (STT)
Pre Operasi
Adanya inflamasi
Post Operasi Terputusnya kontinuitas jaringan
Adanya luka post op
Perubahan fisik Menstimulasi respon nyeri Anatomi kulit abnormal Nyeri Kurang pengetahuan Cemas
Peradangan pada kulit
Bercak – bercak merah
Tempat masuk mikroorganisme
Resti infeksi
Kerusakan integritas kulit
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre Op 1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi 3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
J. PERENCANAAN No
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan 1.
Defisit pengetahuan
a. Anxiety control
brhubungan
b. Coping
kurang
dengan
a. Anxiety
(penurunan kecemasan)
rpapar
informasi
Kriteria Hasil : a. Klien
Gunakan
pendekatan
yang menenangkan mampu
Ditandai dengan:
mengidentifikasi
dan
a. Gelisah
mengungkapkan
gejala
b. Insomnia
cemas
c. Resah
reduction
R/ meningkatkan bhsp -
Jelaskan
semua
prosedur dan apa yang dirasakan
b. Mengidentifikasi,
selama
prosedur
d. Ketakutan
mengugkapkan
e. Sedih
menunjukkan tehnik untuk
mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri
mengontrol cemas
prosedur tindakan
g. Kekhawatiran
dan
c. Vital sign dalam batas
R/
-
normal d. Postur
agar
pasien
Temani pasien untuk memberikan
tubuh,
ekspresi
keamanan
dan
wajah, bahasa tubuh dan
mengurangi takut
tingkat
R/
aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
mengurangi
kecemasan pasien -
Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis R/
membantu
mengungangi kecemasan
tingkat
-
Identifikasi
tingkat
kecemasan R/ mengetahui tingkat kecemasan pasien -
Bantu
pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan R/membantu
pasien
agar lebih tenang -
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan,
persepsi R/ membantu pasien tenang dan nyaman -
Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi R/ cemas berkurang, pasien merasa tenang -
Berikan obat R/untuk
mengurangi
kecemasan 2.
Nyeri
berhubungan
a. Pain Level
terputusnya
b. Pain control
dengan
kontinuitas jaringan
c. Comfort level
a. Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil :
lokasi, karakteristik,
:
a. Mampu mengontrol nyeri
durasi, frekuensi,
secara
(tahu penyebab nyeri,
kualitas dan faktor
atau
mampu menggunakan
presipitasi
tehnik nonfarmakologi
R/ mengetahui tindakan
a. Laporan verbal nonverbal
b. Fakta
dari
observasi c. Posisi
antalgik
untuk mengurangi nyeri,
dan obat yang akan
mencari bantuan)
diberikan
b. Melaporkan bahwa nyeri
- Observasi reaksi
(menghindari
berkurang dengan
nonverbal dari
nyeri)
menggunakan manajemen
ketidaknyamanan
nyeri
R/ mengetahui tingkat
d. Gerakan melindungi
c. Mampu mengenali nyeri
e. Tingkah
laku
berhati-hati f. Muka
frekuensi dan tanda nyeri) topeng
(nyeri) g. Gangguan
tidur
(mata
sayu,
tampak
(skala, intensitas,
capek,
sulit atau gerakan kacau,
nyeri pasien - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
d. Menyatakan rasa nyaman
untuk mengetahui
setelah nyeri berkurang
pengalaman nyeri
e. Tanda vital dalam rentang normal
pasien R/membantu pasien mengungkapkan perasaan nyerinya - Evaluasi bersama
menyeringai) h. Terfokus
pasien dan tim pada
diri sendiri
ketidakefektifan
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi
kesehatan lain tentang
kontrol nyeri masa lampau
waktu,
R/untuk memberikan
kerusakan proses
intervensi yang tepat
berpikir,
- Kontrol lingkungan
penurunan interaksi orang
yang dapat dengan
lain
dan
lingkungan) j. Tingkah distraksi,
lain
dan
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
laku contoh
jalan-jalan, menemui
mempengaruhi nyeri
kebisingan R/membantu mengurangi nyeri
orang atau
pasien - Kurangi faktor
aktivitas
presipitasi nyeri
berulang-ulang
R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom (seperti
pasien - Pilih dan lakukan
berkeringat,
penanganan nyeri
perubahan
(farmakologi, non
tekanan
darah,
farmakologi dan inter
perubahan nafas,
personal)
nadi dan dilatasi
R/ membantu
pupil
mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan otonom tonus (mungkin rentang
pasien dalam otot dalam dari
lemah ke kaku) m. Tingkah
laku
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi R/ memberikan intervensi yang tepat - Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh
non farmakologi
gelisah, merintih,
R/mengurangi nyeri
menangis,
dengan cara
waspada, iritabel,
pengobatan non
nafas
farmakologis
panjang/berkeluh kesah
- Berikan analgetik untuk mengurangi
n. Perubahan dalam
nyeri
nafsu makan dan
R/ nyeri dapat
minum
berkurang - Evaluasi keefektifan
Faktor
Yang
Berhubungan :
R/ nyeri terkontrol
Agen injury (biologi, kimia, psikologis)
kontrol nyeri
fisik,
- Tingkatkan istirahat R/ menguragi nyeri b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat R/ untuk memberikan intervensi yang tepat - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi R/ benar dalam pemberian obat - Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu R/ menentukan obat yang tidak alergi untuk pasien - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri R/ memberikan obat yang sesuai dengan keluhan - Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali R/ mengetahui kondisi
pasien - Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat R/ membantu mengurangi nyeri
3.
Kerusakan integritas Tissue Integrity :
Pressure ulcer prevention
kulit
a. Wound care
berhubungan Skin and Mucous Membranes
dengan adanya luka Wound Healing :primary and post operasi
-
secondary intention
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Batasan karakteristik
Kriteria Hasil :
R/ menjaga integritas
:
a. Integritas kulit yang baik
kulit pasien
a. Gangguan pada
bisa dipertahankan
bagian tubuh
(sensasi, elastisitas,
bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa
temperatur, hidrasi,
R/agar kulit tetap
pigmentasi)
lembab
kulit (dermis) c. Gangguan permukaan kulit (epidermis)
b. Tidak ada luka/lesi pada
-
-
kulit
Jaga kulit agar tetap
Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Perfusi jaringan baik
R/ menjaga integritas
d. Menunjukkan pemahaman
kulit tetap baik
Faktor yang
dalam proses perbaikan
berhubungan :
kulit dan mencegah
(ubah posisi pasien)
terjadinya sedera berulang
setiap dua jam sekali
Eksternal : a. Hipertermia atau hipotermia b. Substansi kimia c. Kelembaban udara d. Faktor mekanik (misalnya : alat
-
e. Mampu melindungi kulit
R/ membantu agar
dan mempertahankan kelembaban kulit dan
pasien nyaman -
perawatan alami
R/ mengetahui kondisi
infeksi
proses penyembuhan luka
Monitor kulit akan adanya kemerahan
f. Tidak ada tanda-tanda
g. Menunjukkan terjadinya
Mobilisasi pasien
integritas kulit -
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
yang dapat
derah yang tertekan
menimbulkan luka,
R/ agar kulit tetap
tekanan, restraint)
terjaga tidak terjadi
e. Immobilitas fisik f. Radiasi
luka baru -
Monitor aktivitas dan
g. Usia yang ekstrim
mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit
R/ membantu pasien
i. Obat-obatan
agar bisa mobilisasi -
Monitor status nutrisi
Internal :
pasien
a. Perubahan status
R/ mengawasi pasien
metabolik
agar tidak kekurangan
b. Tulang menonjol c. Defisit imunologi
nutrisi -
Memandikan pasien dengan sabun dan air
Faktor yang
hangat
berhubungan :
R/mempertahankan
a. Gangguan
personal higyene
sirkulasi b. Iritasi kimia
pasien -
Observasi luka
(ekskresi dan
:lokasi, dimensi,
sekresi tubuh,
kedalaman luka,
medikasi)
karakteristik, warna
c. Defisit
cairan, granulasi,
cairan,kerusakan
jaringan nekrotik,
mobilitas fisik,
tanda-tanda infeksi
keterbatasan
lokal.
pengetahuan,
R/ menguragi tanda-
faktor mekanik
tanda infeksi
(tekanan,
-
Lakukan teknik
gesekan)
perawatan luka
kurangnya nutrisi,
dengan steril
radiasi, faktor
R/mencegah adanya
suhu (suhu yang
infeksi
ekstrim)
3.
Resti infeksi
a. Immune Status
berhubungan dengan
b. Knowledge : Infection
luka post operasi
control c. Risk control
Faktor-faktor resiko :
a. Infection Control (Kontrol infeksi) - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
a. Prosedur Infasif
Kriteria Hasil :
R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan
a. Klien bebas dari tanda dan
infeksi
pengetahuan untuk
gejala infeksi b. Mendeskripsikan proses
- Pertahankan teknik isolasi
menghindari
penularan penyakit, factor
R/ menurunkan resiko
paparan patogen
yang mempengaruhi
kontminasi silang
c. Trauma
penularan serta
d. Kerusakan
penatalaksanaannya,
jaringan dan
c. Menunjukkan
peningkatan
kemampuan untuk
paparan
mencegah timbulnya
lingkungan
infeksi
e. Ruptur membran amnion f. Agen farmasi (imunosupresan)
d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukkan perilaku hidup sehat
- Batasi pengunjung bila perlu R/ menurunkan resiko infeksi - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
g. Malnutrisi
R/ mencegah terjadinya
h. Peningkatan
kontaminasi silang
paparan
- Gunakan sabun
lingkungan
antimikrobia untuk cuci
patogen
tangan
i. Imonusupresi
R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan
pada organisme
imun buatan k. Tidak adekuat
infeksius - Cuci tangan setiap
pertahanan
sebelum dan sesudah
sekunder
tindakan keperawatan
(penurunan Hb,
R/ menurunkan resiko
Leukopenia,
infeksi
penekanan respon
- Pertahankan lingkungan
inflamasi)
aseptik selama
l. Tidak adekuat
pemasangan alat
pertahanan tubuh
R/ mempertahankan
primer (kulit tidak
teknik steril
utuh, trauma
- Tingkatkan intake
jaringan,
nutrisi
penurunan kerja
R/ membantu
silia, cairan tubuh
meningkatkan respon
statis, perubahan
imun
sekresi pH,
- Berikan terapi
perubahan
antibiotik bila perlu
peristaltik)
R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik
infeksi b. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal R/mengidentifikasi keadaan umum pasien dan luka -
Monitor hitung granulosit, WBC R/ mengidentfikasi adanya infeksi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi R/ menghindari resiko
infeksi - Berikan perawatan kulit pada area epidema R/ meningkatkan kesembuhan - Inspeksi kondisi luka / insisi bedah R/mengetahui tingkat kesembuhan pasien - Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep R/ membantu meningkatkan status pertahanan tubuh terhadap infeksi - Ajarkan cara menghindari infeksi R/ mempertahankan teknik aseptik - Laporkan kultur positif R/ mengetahui terjadinya infeksi pada luka
DAFTAR PUSTAKA Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta : Sagung Seto SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC