CBR - Paud [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL BOOK REVIEW MK. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PRODI S1 BK -FIP



Skor Nilai :



Konsep DasarPendidikan Anak Usia Dini (Dr. YULIANI NURANI SUJIONO, M.Pd, 2013)



NAMA MAHASISWA NIM



: RIZKA SAVITRI NASUTION : 1203351030



DOSEN PENGAMPU : MATA KULIAH



Dra.DORLINCE SIMATUPANG M.Pd



: Pendidikan Anak Usia Dini



PROGRAM STUDI : BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS



: ILMU PENDIDIKAN



UNIVERSITAS NEGERI MEDAN SEPTEMBER 2020



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CBR mata kuliah Pendidikan Anak Usia Dini dengan tepat waktu . Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu ketentuan dari 6 tugas pokok yang wajib pada setiap mata kuliah salah satunya mata kuliah Pendidikan Anak Usia Dini. Tugas ini dibuat dengan usaha yang maksimal dari fikiran dan tenaga saya agar saya mampu menyelesaikannya dengan sebaik mungkin. Saya menyadari masih banyak kekurangan dari tugas yang saya buat ini mungkin dari segi bahasa,cara penulisan dan hal-hal lain yang kurang dari tugas ini Saya harap bu dosen dapat mengkritik sesuatu yang kurang dari tugas saya sebagai saran yang baik kedepannya bagi saya dan saya harap sesuai dengan ketentuan dalam pembuatan tugas ini. Saya ucapkan TerimaKasih yang sebesar besarnya kepada ibu Dra.DORLINCE SIMATUPANG M.Pd



KISARAN, Oktober 2020



Penulis



Rizka Savitri Nasution



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. .………...ii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. ………….1 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………........................1 1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………………….1 1.3 Manfaat………………………………………………………………………………...................1 1.4 Identitas Buku…………………………………………………………………………………….2



BAB II ISI BUKU………………………………………………………………………………3 2.1 Ringkasan Buku………………………………………………………………………………….3



BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………….................32 3.1 Kelebihan Buku………………………………………………………………………................32 3.2 Kekurangan Buku……………………………………………………………………………….32



BAB IV PENUTUP………………………………………………………………....................33 4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………...33 4.2 Saran……………………………………………………………………………………………33



DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..34



BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memiliki kesiapan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal. Konsep dasar pendidikan anak usia dini adalah gagasan dasar atau ide awal tentang pendidikan anak usia dini dari berbagai pihak, mulai dari para filsuf, teoritikus, hingga yuridis. Secara filosofis, pendidikan anak di kemukakan oleh pestalozzi, froebel, montessory dan lain sebagainya, meskipun pandangan mereka berbedabeda tetapi pada hakikatnya mereka sepakat bahwa anak adalah makhluk pembelajar yang perlu dikembangkan potensi alamiahnya. Secara teoritis, pendidikan anak usia dini harus berbeda dengan pendidikan pada umumnya sehingga tidak memperlakukan anak seperti orang dewasa berukuran kecil. Atas dasar ini guru harus memandang anak sebagai makhluk individual sekaligus sosial yang unik dan berbeda dengan orang lain.



A. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui lebih dalam tentang Konsep Dasar PAUD 2. Membandingkan buku 3. Mengkritik sebuah buku



B. Manfaat Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar PAUD, saya berharap makalah ini memberi manfaat bagi kita semua. Hasil penulisan dari makalah ini juga diharapkan mampu memberi manfaat bagi para pembaca dalam memahami Konsep Dasar PAUD.



1. Identitas Buku Buku Utama (Buku Pertama) Judul Buku



: Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini



Pengarang



: Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M. Pd



Kota Terbit



: Jakarta



Tahun Terbit : 2013 ISBN



: 978 - 979 - 062 - 079 – 7



BUKU PEMBANDING Judul Buku : Keterampilan Penerapan Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Pengarang



: Tim Dosen PG PAUD FIP UNIMED



Tahun Terbit



: 2017



Tempat Terbit Penerbit



: Medan : Unimed Press



BAB II RINGKASAN ISI BUKU



BAB I Hakikat dan Landasan PenyelenggaraanPendidikan Anak Usia Dini Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar. Pemahaman yang benar tentang hakikat dan landasan penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya dimiliki oleh setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan anak usia dini. Dimulai dari lingkungan keluarga dalam hal ini adalah orang tua dan atau pihak lain yang terdekat dengan anak, pendidik di berbagai lembaga pendidikan yang memberikan layanan pada anak usia dini, masyarakat dan juga para pemegang kebijakan mulai dari pemerintah pusat sampai daerah. Diharapkan melalui pemahaman yang benar, para pihak akan dapat memberikan layanan yang seoptimal mungkin bagi anak usia dini. Hakikat Anak Usia Dini Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (http: www.naeyc.org 2004:2-3). Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18). Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia



dini. Contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK) atau lembaga PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini haruslah didasarkan pada berbagai landasan, yaitu landasan yuridis, landasan fi losofi s dan landasan religius serta landasan keilmuan secara teoritis maupun empiris, dengan penjelasan sebagai berikut.1. Landasan YuridisPendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Selanjutnya berdasarkan UU RI Nomor. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (DEPSOS RI, Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2002:9). Landasan Keilmuan dan Empiris Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak. Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfi s artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu, di antaranya: psikologi, fi siologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neurosains (ilmu tentang perkembangan otak manusia). Dalam mengembangkan potensi belajar anak, maka harus diperhatikan aspek-aspek pengembangan yang akan dikembangkan sesuai dengan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan terintegrasi sehingga diharapkan anak dapat menguasai beberapa kemampuan dengan baik.Selanjutnya berdasarkan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Artinya masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa datang dan sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda satu dengan lainnya (individual diff erences). Hakikat Pendidik Anak Usia Dini Istilah Pendidik pada PAUD Istilah pendidik pada hakikatnya terkait sangat erat dengan istilah guru secara umum. Guru diidentifi kasi sebagai: (1) Orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru



dan diteladani; (2) Orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak; (3) Orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas dan (4) Suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus.Berhubungan dengan istilah pendidik pada Pendidikan Anak Usia Dini, maka terdapat berbagai sebutan yang berbeda tetapi memiliki makna sama. Istilah tersebut antara lain: sebutan guru bagi mereka yang mengajar di TK dan SD, istilah pamong belajar bagi mereka yang mengajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang menyelenggarakan pendidikan Kelompok Bermain. Istilah lain yang sering terdengar adalah tutor, fasilitator, bunda, ustadustadjah, kader di BKB dan Posyandu atau bahkan ada yang memanggil dengan sapaan yang cukup akrab seperti tante atau kakak pengasuh. Kesemua istilah tersebut mengacu pada pengertian satu, yaitu sebagai pendidik anak usia dini. Kompetensi Pendidik PAUD Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Pasal 40 Ayat 2, dinyatakan bahwa kewajiban pendidik adalah: (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Agar dapat melaksanakan kewajibannya tersebut, maka pendidik harus memiliki sejumlah kompetensi. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini meliputi: kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab VI). Peran Guru Anak Usia Dini Menurut Rogers dalam Catron dan Allen (1999:58-67), keberhasilan guru yang sebenarnya menekankan pada tiga kualitas dan sikap yang utama, yaitu: (1) guru yang memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, (2) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan kepribadian, dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya membantu menciptakan suasana selama belajar, dan (3) mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang peka/sentitif untuk mengenal perasaan anak-anak di dunia. Mengutip pendapat Catron dan Allen (1999: 59) peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan penstranser ilmu pengetahuan semata, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri. Dalam proses pembelajaran, tekanan harus diletakkan pada pemikiran guru. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk dapat: mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi suatu persoalan, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan membentuk pengetahuan, menggunakan berbagai metode belajar yang bervariasi yang memungkinkan anak aktif mengkonstruksi pengetahuan.Peran dari guru kelas boleh jadi bagian yang paling penting dari rencana pelajaran yang tak terlihat. Kekritisan dalam menentukan keefektifan dan kualitas dari perawatan dan pendidikan untuk anak kecil. Guru mungkin merupakan faktor yang paling penting dalam mendidik dan berpengalaman merawat anak. Peran Guru dalam Berinteraksi



Guru anak usia dini akan sering berinteraksi dengan anak dalam berbagai bentuk perhatian, baik interaksi lisan maupun perbuatan. Guru harus berinisiatif memvariasikan interaksi lisan, seperti dalam memberikan perintah, dan bercakap-cakap dengan anak. Atau yang bersifat interaksi nonverbal yang tepat seperti memberi senyuman, sentuhan, pelukan, memegang dengan mengadakan kontak mata, dan berlutut atau duduk setingkat dengan anak sehingga membawa kehangatan dan rasa hormat. Peran guru dalam pengasuhan Pendidik anak usia dini menganjurkan untuk mengasuh dengan sentuhan dan kasih sayang. Pengasuhan saling memengaruhi seperti pelukan, getaran, cara mengemong, dan menggedong adalah untuk kebutuhan perkembangan fi sik dan psikologis anak. Kontak fi sik melalui bermain, memberikan perhatian, dan pengajaran adalah penting dalam mendorong perkembangan fi sik, kesehatan emosionil, dan kasih sayang untuk guru.Memelihara interaksi membantu anak mengembangkan gambaran diri positif dan konsep diri seperti pengalaman hormat mereka dan ikut sertanya kontak fi sik dengan guru. Memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan menambah sentuhan keduanya yaitu perkembangan emosi dan kognitif. Peran guru dalam mengatur tekanan/stress Guru membantu anak untuk belajar mengatur tekanan akan menciptakan permainan dan mempelajari lingkungan yang aman pengelolaan tekanan dan dapat mengatasi kemampuan membantu perkembangan. Guru juga akan memberikan anak keterangan perkembangan yang tepat tentang peristiwa tekanan, memberikan penentraman hati lagi secara fi sik, dan mendorong anak untuk menjawab pertanyaan, mengutarakan perasaan, dan membicarakan pandangan mereka sendiri. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Kelembagaan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia memiliki peran yang penting dalam memacu peningkatan angka partisipasi anak usia dini yang mengikuti layanan Pendidikan Anak Usia Dini. Lembaga PAUD ini tersebar diberbagai lingkungan pendidikan, mulai dari pendidikan informal, formal maupun nonformal.Partisipasi masyarakat dalam mendukung program pengembangan anak usia dini sekarang ini semakin baik, karena pada dasarnya sudah banyak LPAUD yang berdiri atas dasar kebutuhan masyarakat. Pengetahuan tentang kelembagaan PAUD akan menjadi sinergi yang baik antarlembaga, sehingga misi untuk mengembangkan PAUD yang unggul di Indonesia dapat terwujud.Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun dan atau enam sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan nonpemerintah. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia menganut pendekatan menyeluruh, integratif, dan sistematik, atau yang sering disebut sebagai pendekatan sistem atau “Sistem Approach”, di mana didalamnya terdapat elemen/komponen: anak sebagai masukan dan juga hasil pembinaan; berbagai lembaga/departemen/instansi terkait yang menentukan kebijakan serta program dan



implementasinya; lembaga PAUD (Posyandu, BKB, TPA, KB, TK, dan TK Al-Qur’an) dan orang tua atau masyarakat, serta lembaga-lembaga kemasyarakatan lain yang ikut berperan. Elemen-elemen ini serta bersama-sama mengkoordinasikan kegiatannya, sehingga kegiatan yang dilakukan saling menunjang untuk dapat mencapai tumbuh kembang anak-anak balita secara utuh, menuju jenjang pendidikan dan perkembangan berikutnya. Gambaran sederhana tentang koordinasi, sinkronisasi menurut pendekatan sistem. PAUD sebagai suatu kesatuan sistem terdiri dari berbagai elemen/aspek yang satu dengan lainnya saling mendukung di dalamnya usaha mencapai tujuannya. Aspek-aspek yang dimaksud adalah: (1) anak sebagai masukan bagi program PAUD melalui proses pembinaan untuk memasuki jenjang pendidikan lainnya; (2) lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang menetapkan kebijakan, program. Sumber daya (SDM, material, dana), dan pengelolaannya; (3) orang tua, masyarakat, LSM, organisasi dan media massa sebagai menunjang penyelenggaraan PAUD. Program layanan Pendidikan Anak Usia Dini berbentuk program yang diberikan meliputi: kesehatan, terutama pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa makanan tambaahan dan susu dan psikososial. Program pembelajaran di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk: Meningkatkan keyakinan dalam beragama; Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak; Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional; Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur; Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa; Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman; Mengembangkan koordinasi motorik halus dan kreativitas dalam keterampilan dan seni; Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani. Bentuk pelaksanaan pembentukan perilaku adalah: kegiatan rutin, yang dilakukan setiap hari selama proses berlangsung dari awal sampai akhir serta kegiatan spontan, kegiatan yang dilaksanakan saat itu juga ketika suatu kondisi terjadi dan tentunya teladan atau contoh nyata yang dapat diamati oleh anak. Peran Lembaga Non Pemerintah dalam Pengembangan Anak Usia Dini Peran lembaga yang secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan PAUD baik pemerintah maupun nonpemerintah dapat dipaparkan melalui berbagai organisasi yang selama ini ada, di antaranya:GOPTKI adalah singkatan dari Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia. GOPTKI adalah salah satu komponen dalam penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak. Organisasi ini merupakan wadah bergabungnya penyelenggara/ pengelola TK yang berjenjang dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan pendidikan taman kanak-kanak bersama dengan pihak-pihak lainnya.IGTKI-PGRI adalah singkatan dari Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia-Persatuan Guru Republik Indonesia. IGTKI-PGRI merupakan organisasi guru-guru taman kanak-kanak yang membentuk suatu ikatan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru Taman Kanak-kanak. Keberadaan organisasi ini berjenjang dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional. Keberadaan organisasi ini berjenjang dari tingkat pusat/nasional, wilayah/provinsi, daerah/kotamadya, dan bila memungkinkan sampai ke tingkat cabang/kecamatan. Forum PAUD merupakan singkatan dari Forum Pengembangan Anak Usia



Dini. Forum PAUD merupakan suatu wadah komunikasi antarlembaga dan atau perorangan untuk bertukar informasi, pengetahuan, pengalaman, kordinasi dan konsultasi tentang pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini. Forum PAUD bertujuan untuk terwujudnya kesatuan langkah dalam pemenuhan hak-hak dan kepentingan terbaik guna pengasuhan dan pengembangan anak usia dini yang terpadu. Forum bersifat independen, non struktural, sukarela dan terbuka yang kegiatannya ditujukan untuk kepentingan anak usia dini. BAB II Tujuan, Fungsi Serta Komitmen dan Kebijakan PAUD di Indonesia Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar: anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan Ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Con-toh: pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita sayangi. anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakangerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (panca indera). Contoh: Menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai. anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar.



Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (www.depdiknas.com). Filosofipada anak usia dini adalah pendidikan yang berpusat pada anak yang mengutamakan kepentingan bermain. Permainan yang diperuntukkan bagi anak memberikan peluang untuk menggali dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Permainan pada anak dapat menimbulkan rasa nyaman, untuk bertanya, berkreasi, menemukan dan memotivasi mereka untuk menerima segala bentuk risiko dan menambah pemahaman mereka. Selain itu, dapat menambah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dari setiap kejadian terhadap orang lain dan lingkungan.Permainan pada anak usia dini sangat penting dan sangat istimewa karena dapat menambah pengalaman mereka, meningkatkan kecakapan hidup dan memecahkan masalah. Bermain dengan banyak media khususnya untuk anak usia dini dapat membantu peningkatan rasa percaya dirinya Komitmen dan Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini



Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia(Depdiknas, 2005:1). Mengingat anak usia dini yaitu anak yang berada pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat memengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya (Depdiknas,2005:2). Itu artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fi siologis, kognitif, bahasa, sosioemosional dan spiritual. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh semua anak, karena pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Keberlangsungan pendidikan bagi setiap warga negara perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak terutama pemerintah. Peran dan tanggung jawab pemerintah terhadap pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia telah diwujudkan dalam bentuk berbagai kebijakan dan kesepakatan baik dalam lingkup internasional maupun nasional. BAB III Teori Perkembangan Anak Usia Dini Penyelenggaraan pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia diarahkan pada pencapaian makhluk individu yang memiliki keunggulan sesuai dengan potensinya masing-masing serta mampu bekerja sama dan bersaing secara sportif di era globalisasi. Pendidikan anak usia dini yang bermutu hendaknya berbasis pada teori, pendekatan, prinsip dan asas sebagaimana seharusnya anak dilayani. Pengetahuan tentang hal tersebut diperlukan oleh pendidik ‘guru’ yang profesional, agar mereka dapat mengoptimalkan semua potensi yang terdapat dalam diri anak.Diharapkan setelah mempelajari bab ini, pembaca dan mahasiswa dapat:1. Menjelaskan hakikat perkembangan anak usia dini2. Menjelaskan teori pertumbuhan dan perkembangan3. Menjelaskan aspek perkembangan anak usia dini4. Mengidentifi kasi pola perkembangan anak usia dini5. Menjelaskan basis pendidikan anak usia dini6. Mengidentifi kasi berbagai pendekatan dalam pendidikan anak usia dini7. Mengidentifi kasi berbagai prinsip pembelajaran anak usia dini8. Mengkaji berbagai asas pembelajaran anak usia dini Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat diuraikan dalam beberapa butir pemikiran yang dilihat dari berbagai sudut pandang/aliran yang berbeda. Sudut pandang/ aliran secara teoritis ini meliputi behaviorisme, maturationisme, interaksionisme, dan teori yang berkenaan analisis kejiwaan. Teori Maturationis Teori maturationis (kematangan) pertama kali dikemukakan oleh Rousseau dan Gesell (dalam Crain, 1992:16-17) di mana mereka percaya bahwa anak-anak harus diberi kesempatan untuk



“berkembang”. Seorang anak diumpamakan seperti benih yang ditabur yang berisi semua unsurunsur untuk menghasilkan buah apel yang sangat bagus jika diberi gizi dari lahan, air, sinar matahari, dan suatu iklim yang ideal dalam jumlah yang sesuai.Menurut teori maturationis pengalaman memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan. Hal ini dipandang lebih baik apabila dibandingkan dengan teori behaviorisme. Teori maturationis meyakini bahwa perkembangan fi sik, sosial, emosional, dan intelektual mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang pada dasarnya berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensi mereka apabila mereka ditempatkan di dalam suatu lingkungan yang optimal dan perkembangan mereka akan menjadi lambat atau bahkan tertinggal apabila lingkungan tidak sesuai (Crain, 1992:18). Teori Interaksi Merujuk pada Brewer (2007:35-37) teori interaksi atau perkembangan ditemukan oleh Piaget. Para tokoh interaksi modern, seperti Bruner dan Forman sedang berkelanjutan untuk melakukan penyaringan teori dari Piaget dan untuk memperjelas konsep tentang perkembangan anak-anak. Piaget dalam Essa (2011:134) percaya bahwa anak-anak itu membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Anak-anak bukanlah suatu objek penerima pengetahuan yang pasif; melainkan, mereka dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman mereka ke dalam struktur mental yang kompleks. Selanjutnya Piaget menguraikan tentang pemikiran anak-anak yang meliputi konsep asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Asimilasi terjadi ketika anak sedang melakukan proses pencocokan informasi ke dalam kategori atau bagan yang ada. Jika seorang anak diberikan pengetahuan tentang “anjing” dan diperlihatkan suatu contoh tentang anjing, seperti misalnya anjing dari jenis bulldog. Contoh yang baru dapat berasimilasi, atau dimasukkan, di bagan yang sudah ada. Jika kemudian diberikan pengetahuan tentang seekor kucing, maka anak akan menciptakan suatu bagan yang baru, bahwa seekor hewan berbulu lembut dan dapat ditimang itu bukanlah anjing. Menciptakan suatu kategori yang baru adalah proses dari akomodasi anak di mana secepat-nya menciptakan suatu struktur mental yang yang berkaitan dengan semua hewan yang ada (Essa, 2011:134-136; Salkind, 2009:317-319). Kesadaran Personal Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal. Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak merasa kompeten. Kesadaran Personal Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal. Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan



sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak merasa kompeten. Pengembangan Emosi Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup. Membangun Sosialisasi Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan berbagi. Pengembangan Komunikasi Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak. Melalui komu-nikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anakanak lain dan orang dewasa pada situasi ber-main spontan. Secara spesifi k, bermain dapat memajukan perkembangan dari segi komunikasi berikut ini: (1) bahasa reseptif (penerimaan),yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan memahami konsep dasar, (2) bahasa ekspresif, yaitu kebutuhan mengekspresikan keinginan, perasaan; penggunaan kata-kata, frasefrase, kalimat; berbicara secara jelas dan terang, (3) komunikasi nonverbal, yaitu penggunaan komunikasi kongruen, ekspresi muka, isyarat tubuh, isyarat tangan dan (4) memori pendengaran/ pembedaan, yaitu memahami bahasa berbicara dan membedakan bunyi. Pengembangan Kognitif Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak. Pengembangan Kemampuan Motorik Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik. Pola Perkembangan AnakBagian ini menjelaskan secara ringkas mengenai ikhtisar dari pola perkembangan fisik, sosial, emosional, dan intelektual dari setiap anak. Perkembangan Fisik



Perkembangan fisik berlangsung secara teratur, tidak secara acak. Perkembangan bayi ditandai dengan adanya perubahan dari aktivitas yang tidak terkendali menjadi suatu aktivitas yang terkendali. Adalah merupakan hal yang mudah untuk mengamati aktivitas bayi yang tidak terkendali. Jika bayi sedang bersemangat, maka seluruh tubuhnya akan ikut bergerak, sedangkan kaki dan lengan juga akan ikut bergerak-gerak. Secara berangsur-angsur, bayi akan menjadi lebih mampu bergerak seperti dalam usahanya untuk mencapai sesuatu yang bebas atau merayap. Pergerakan yang dilakukan secara sengaja dan terkendali juga akan terorganisir ke dalam pola, seperti menarik dirinya persis sama benar dengan posisi berdiri, melepaskan tangannya, dan menggerakkan kaki untuk berjalan. Pola-pola ini kemudian berubah menjadi gerakan-gerakan anak dalam melakukan respons terhadap berbagai stimulasi yang berbeda. Jika anak menginginkan suatu mainan yang ada di seberang ruangan, pada awalnya satu-satunya pilihan untuk mendapatkan mainan tersebut adalah dengan berlari dan bergoyang-goyang. Seiring dengan perkembangan anak yang semakin maju, maka proses merayap dan akhirnya berjalan atau berlari akan menjadi suatu pola bagi perkembangan fisik anak. Perkembangan Sosial Seperti telah dicatat di bagian atas mengenai perkembangan fi sik, maka gerakan fi sik pertama anak tidaklah dapat dibedakan - di mana anak bergerak kemana-mana secara tiba-tiba ketika ada hal yang menarik perhatian mereka. Perkembangan sosial dan emosional bayi juga tidak dapat dibedakan, pada respons yang diberikan terhadap suatu stimuli seperti lapar atau dingin maka akan menimbulkan tangisan yang tidak dikhususkan bagi stimuli tersebut. Dalam suatu minggu tertentu, tangisan anak menjadi dibedakan sedemikian rupa sehingga para pengsuh anak dapat membedakan antara tangisan yang menunjukkan bahwa anak lapar, bosan, atau merasa sakit. Pada usia enam minggu atau dua bulan, bayi dapat bereaksi terhadap orang dewasa yang sedang tersenyum padanya dan mulai untuk meniru perilaku seperti mengeluarkan lidahnya atau menutup matanya. Pada delapan bulan atau sekitar usia tersebut anak telah mengembangkan hubungan yang kuat dengan pengasuhnya dan merasa khawatir apabila dipisahkan dari pengasuhnya tersebut. Anak yang baru belajar berjalan mulai mengembangkan hubungan kasih sayang dengan keluarga mereka. Anak yang berusia dua tahun sedang berusaha untuk memilih identitas diri mereka sendiri, dan ”aku dapat melakukan sendiri hal itu” adalah salah satu kalimat pernyataan yang paling sering diucapkan oleh anak.Ketika anak berusia tiga tahun, anak mulai membangun suatu hubungan dengan keluarga mereka dan juga dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarga mereka. Mereka juga mencoba untuk membuat sebuah strategi untuk menyatakan keinginan mereka dan beberapa ide tentang identifi kasi terhadap peran seks. Agresi Aspek yang lain tentang pembangunan sosial yang patut mendapat perhatian adalah agresi. Para guru dan orang tua mempunyai kaitan dengan perilaku yang agresif anak-anak. Hasil dari studi menunjukkan bahwa perilaku yang agresif di kelas dapat dikurangi dengan menyediakan bahan-



bahan, ruang yang cukup sedemikian sehingga anak-anak tidak mempunyai alasan untuk bersaing antara anak yang satu dengan anak yang lain. Studi ini juga menyarankan untuk menghilangkan mainan yang dapat mengarahkan diri anak ke arah agresif dan tidak membiarkan anak-anak untuk mengambil manfaat dari perilaku yang agresif dengan mengendalikan korban atau berusaha untuk memperoleh perhatian dari guru. Adalah juga merupakan hal yang penting juga untuk meniru model perilaku saling bekerja sama, mendiskusikan dan menunjukkan solusi ke permasalahan yang lain selain dari agresi, dan bukan hanya untuk mengalihkan agresi ke benda mati. Perkembangan Emosional Perkembangan emosional, seperti perkembangan fi sik dan sosial, mengikuti tahapan perkembangan yang dapat diramalkan tentang pertumbuhan (Zigler dan Finn-Stevenson dalam Catron dan Allen, 1999:215). Bayi bereaksi terhadap emosi apa pun dengan mengeluarkan suara tangisan yang tidak dibedakan. Ketika bayi tumbuh, tangisan ini mulai dapat dibedakan dan digunakan untuk mencerminkan berbagai emosi. Dalam beberapa bulan kemudian, bayi mulai menjerit dengan penuh kemarahan meskipun tidak mengeluarkan air mata di mana hal ini disebabkan oleh adanya kesakitan fi sik. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun, mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka sudah dapat menunggu untuk jangka waktu yang singkat. Jika ibu mereka menjelaskan bahwa makan malam akan segera siap, maka mereka sudah dapat bersikap sabar untuk menantikan hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap pengendalian-diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Observasi yang dilakukan terhadap anak yang berusia tiga tahun menyatakan bahwa mereka berbicara pada diri sendiri dengan suatu keyakinan bahwa mereka telah berbuat suatu hal yang benar meskipun hal tersebut tidak dipikirkan dahulu sebelumnya. Basis Pendidikan Anak Usia Dini Terdapat 3 (tiga) basis pendidikan anak usia, yaitu: berbasis pada keholistikan dan keterpaduan, berbasis pada multi disilpin ilmu dan budaya, serta berbasis pada perkembangan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Berbasis pada keholistikan dan keterpaduan Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya terintegrasi dalam satu kesatuan program utuh dan proporsional. Secara makro, prinsip holistik dan terpadu mengandung arti penyelenggaraan PAUD dilakukan terintegrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam hal ini, diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di berbagai unit pendidikan, yaitu keluarga-sekolah dan mayarakat atau Tripusat Pendidikan.



Berbasis pada Multi Disilpin Ilmu dan Budaya Prinsip ini mengandung arti bahwa praktik pendidikan anak usia dini yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan mutakhir dalam bidang keilmuan yang relevan. Pendidikan anak usia dini berakar dari ilmu pendidikan. Sedang pohon ilmu pendidikan (Body of knowledge atau corpora ilmu pendidikan) dari ilmu pendidikan berasal dari multi referensial ilmu terdahulu seperti fi lsafat, psikologi, antropologi dan sosiologi (Semiawan, 2007:139). Pendidikan usia dini muncul karena dalam perkembangannya bersinggungan dengan ilmu lain (common ground) yang menjadi objek penelaahan yaitu pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun sehingga muncul ilmu baru yang bernama pendidikan anak usia dini. Berbasis pada Taraf Perkembangan Anak Pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak sehinga proses pendidikan bersifat tidak terstruktur, informal, emergen dan responsif terhadap perbedaan individual anak serta melalui aktivitas berlangsung suasana bermain.Sebenarnya pembentukan anak tidak hanya dilakukan pada saat setelah anak dilahirkan, namun pemberian stimulasi dapat dimulai ketika anak masih dalam kandungan. Pentingnya peran orang terutama ibu untuk memberikan seluruh kebutuhan anak, seperti: kesehatan, nutrisi, pendidikan, kesejahteraan dan spiritual hendaknya dilakukan secara holistik dan integral sebab semua kebutuhan tersebut terkait satu sama lain. Anak Usia Dini Belajar melalui Bermain Mengutip penyataan Mayesty (1990:196-197) bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan. Selanjutnya Piaget dalam Docket dan Fleer, (2000:60) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Docket dan Fleer, (2000:62) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat di mana anak hidup. Selanjutnya Roger dan Sawyers (1995:2-7), berpendapat bahwa bermain adalah (1) menemukan hal baru yang ingin diketahui, (2) kegiatan yang menimbulkan kesenangan, (3) kegiatan untuk dapat merasa mampu melakukan sesuatu, (4) memelihara motivasi intrinsik anak. Anak Berpikir melalui Benda Konkret Merujuk pada Forman dan Kuschner (1993:47-50) yang memaparkan tentang Th e Child Contructs Knowledge. Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-



benda yang nyata agar anak tidak menerawang atau bingung. Maksudnya adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi pelajaran. Terciptanya pengalaman melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang diajarkan oleh guru.Anak lebih mengingat suatu benda-benda yang dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan memory (long term memory dalam bentuk simbol-simbol).Pada kegiatan ini anak diharapkan dapat berpikir melalui media (benda-benda konkret) atau yang terdekat dengan anak secara langsung. Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melaui benda-benda yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan media yang nyata untuk memberikan pembelajaran terhadap anak.Sebagai contoh, apabila menjelaskan tentang bendabenda yang ada di alam lebih baik anak dibawa langsung ke lokasi agar dapat melihat, mengamati dan menikmati keadaan alam tersebut dan dapat melihat berbagai bentuk daun, pohon, buah-buahan dan sebagainya. Atau dalam kegiatan pembelajaran tentang bilangan pecahan dengan cara memotong pizza menjadi 8 bagian, membelah apel menjadi dua, memotong roti menajdi 4 bagian.



BAB IV Pemikiran Tokoh dan PakarPendidikan Anak Usia Dini Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Dalam rangka melaksanakan konsep pendidikan anak usia dini sebagaimana seharusnya, maka perlu dipelajari dengan seksama pandangan berbagai tokoh dan pakar pendidikan anak usia dini dari masa ke masa, baik yang berasal dari tokoh pendidikan manca negara maupun tokoh pendidikan di Indonesia khususnya yang memiliki pandangan tentang PAUD. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, pembaca dan mahasiswa dapat:1. Menjelaskan latar belakang dan pemikiran berbagai tokoh pendidikan manca negara.2. Menjelaskan latar belakang dan pemikiran tokoh pendidikan di Indonesia. yang memiliki kontribusi ter-hadap pengembangan pendidikan anak usia dini.Berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran/indikator di atas, maka selanjutnya dipaparkan topik bahasan pada bagian dibawah ini. Sejumlah tokoh dan pakar yang dipaparkan ini merupakan tokoh yang berasal dari luar negeri dan dari dalam negeri. Tokoh Pendidikan Manca Negara1. Johann Amos ComeniusJohann Amos Comenius, disebut juga Komensky lahir di Moravia tahun 1592. Masa kecilnya dilalui tanpa pendidikan yang memadai, sampai akhirnya ia baru mengeyam pendidikan di usianya yang ke-16. Pengalaman buruk selama bersekolah, dimana guru mengajar tanpa persiapan, tidak menggunakan metode yang baik dan berperilaku kejam pada siswanya, menyebabkan Comenius menjadi salah satu pemikir pendidikan yang terpandang di jamannya (Ag Soejono, 1988:8).Selanjutnya dalam Ag Soejono (1988: 9-13), dijelaskan bahwa pandangan Comenius tentang pendidikan sejalan dengan pandangannya sebagai seorang yang beragama. Comenius menuturkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan untuk Tuhan, artinya hidup manusia di dunia tiada lain adalah untuk mengabdi sebagai hamba Tuhan. Manusia adalah mahluk terbaik diatas mahluk lainnya dan diciptakan sebagai mahluk berpikir. Berdasarkan pemikirannya tersebut ia



menganjurkan bahwa setiap anak perlu diberi pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek, sebagai berikut:• Manusia harus dididik menjadi manusia yang saleh sesuai kehendak Tuhan. Hidup didunia adalah persia-pan untuk menuju ke Tuhan.• Sebagai mahluk tertinggi manusia wajib dididik untuk dapat menguasai dirinya sendiri dan mahluk lain-nya, melalui pendidikan budi pekerti, yang harus memimpin anak untuk hati-hati, bijaksana, sederhana, berani, jujur, adil dalam segala hal.• Sebagai mahluk berpikir, manusia wajib dididik untuk mengetahui dirinya sendiri, isi dunia yang lain, pekerjaan manusia, bahasa manusia, melalui pendidikan intelek. Johann Heinrich Pestalozzi Johann Heinrich Pestalozzi seorang ahli pendidikan Switzerland yang hidup pada tahun 17461827. Pemikiran Pestalozzi dalam memiliki pengaruhnya cukup besar terhadap dunia pendidikan karena pembaharuan yang dilakukankannya dalam praktik pendidikan saat ini dalam Soejono (1988:32-39) dan Essa (2003:125). Pestalozzi mendirikan sekolah di tanah pertaniannya dengan nama “Neuhof ” (Puckett dan Diffi ly, 2004:42-43). Di sekolah itu Pestalozzi mengembangkan idenya tentang keterpaduan antara kehidupan rumah, pendidikan kejuruan dan pertanian. Prinsipprinsip bimbingan yang diberikan pada anak, diantaranya:- Pendidikan harus didasarkan pada psikologi anak- Anak berkembang secara fi sik, mental, moral melalui pengalamanPengalaman-pengalaman harus meliputi kesan yang menyenangkan, pengamatan yang hati-hati, pengertian yang jelas dan pengaplikasian be-lajar dalam aktivitas sehari-hari.- Perkembangan belajar melalui hal-hal yang paling mudah yang lebih sulit/kompleks dan dari yang kong-krit ke abstrak, dari pengalaman menuju ke keputusan dan aturan-aturan.- Guru harus mempertimbangkan dan respek kepada hal-hal yang disenangi oleh anak. Kesiapan dalam belajar lebih lanjut, kebebasan berekspresi diri dan kebutuhan sosial dan emosional. Teori Audio Visual Memory (AVM) Merujuk dari beberapa sumber (Brewer 2007:3-4; Essa 2003:125; Puckett & Diffi ly, 2004:4345) Teori ini mengandung intisari bahwa melalui pengembangan AVM dapat dikembangkan potensi lain, seperti daya imajinasi, kreativitas, bakat, minat dari seorang anak, karena melalui pengembangan:Auditory, anak dapat mengoptimalkan pendengarannya.Visual, anak dapat mengunakan penglihatannya dengan baik.Memory, anak dapat menggunakan dan melatih ingatan secara baik. Konsep dalam Mengasuh, Membimbing dan Mendidik Pestalozzi berpendapat bahwa pendidikan anak perlu memperhatikan 5 konsep dalam mengasuh, mem-bimbing dan mendidik, yaitu:Heart, pendidik anak usia dini harus membelajarkan dengan ikhlas dari lubuk hatinya dan bukan berdasarkan paksaan.Hand, pendidik harus mempunyai keterampilan untuk berkreativitas sehingga stimulasi yang di berikan pada anak sesuai, tepat dan menarik.Health, pendidik harus sehat secara fi sik dan rohani karena sosok seorang pendidik akan sangat berpengaruh pada kelangsungan pembelajaran dan kehidupan anak.Head, pendidik harus mempunyai wawasan berpikir yang luas sehingga diharapkan wawasan anak yang



dididiknyapun akan semakin bertambah.Harmonis, pendidik harus dapat membuat anak aman, nyaman dan menyenangkan selama mengikuti kegiatan belajar.Dalam hal belajar bagi anak, pestalozzi sangat menekankan pengalaman belajar melalui indra pengamatan dan persepsi yang dapat memberikan pengalaman pada proses mental kepada anak. Indera adalah pintu gerbang dan sekaligus sebagai sarana untuk terjadinya proses mental pada anak. Lingkungan Pendidikan Inti pembelajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan dalam lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pembelajaran dari lingkungan oleh Lighthart dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (1) lingkungan alam, sebagai bahan mentah), (2) lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin, sebagai pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi, (3) lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi yaitu sebagai konsumen. Adapun yang dimaksud dengan ’bahan’ ini dapat saja berupa tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan ladang, pengrajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi tersebut. Pembelajaran Proyek Parsial/Bagian Dalam bentuk ini terdapat penggabungan antara bidang studi/pengembangan yang berdiri sendiri dengan bidang studi yang saling berhubungan. Bidang studi yang berdiri sendiri di berikan dengan model pembelajaran yang lama (biasa) sedangkan bidang studi yang saling berhubungan di berikan dengan bentuk proyek. Pembelajaran Proyek Okasional Bentuk proyek seperti ini hanya dilaksanakan pada saat-saat tertentu saja yang memungkinkan dilaksanakan pembelajaran proyek, baik secara total maupun secara parsial. Proyek okasional dapat dilaksanakan satu bulan sekali, pertengahan semester atau satu semester sekali.Dalam mendisain pembelajaran proyek harus ditentukan secara jelas pusat minat sebagai tema atau pokok masalah yang akan dikembangkan. Berdasarkan tema inilah bidang studi/pengembangan dikaitkan satu sama lainnya. Penentuan tema atau pokok masalah dapat dilakukan berdasarkan lingkungan hidup anak atau urutan kejadian. Dari lingkungan hidup anak misalnya dapat dimulai dari tema keluarga, rumah, teman bermain, sekolah, saluran air, tanah, tanaman, dan sebagainya Cara Belajar Anak Usia Dini Anak usia dini belajar melalui active learning, metode yang digunakan adalah memberikan pertanyaan pada anak dan membiarkan berpikir/bertanya pada diri sendiri, sehingga hasil belajar yang didapat merupakan konstruksi anak tersebut. Pada dasarnya anak memiliki kemampuan untuk membangun dan mengkreasi pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi anak untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga menjelaskan bahwa pengalaman belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan dengan objek nyata, dan



melalui pengalaman konkret. Anak mempunyai kesempatan untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.



BAB V Minat Bermain dan Perkembangan Anak Hakikat Bermain Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan. Piaget mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup (Dockett dan Fleer, 2000:14). Selanjutnya Dockett dan Fleer (2000:14-15) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Tujuan Bermain pada Anak Usia Dini Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia ini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya (Catron dan Allen, 1999: 163). Cosby dan Sawyer (1995:58-70) menyatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anakanak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk



menyempurnakan apa saja yang telah anak dapatkan, baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru. Hakikat Kecerdasan Gardner (1993:15-16) menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat. Ia memiliki pandangan yang pluralistik mengenai pemikiran. Menurutnya, pandangan tentang kecerdasan harus mengakui bahwa setiap orang mempunyai kekuatan pemahaman berbeda dan berdiri sendiri, menerima bahwa orang mempunyai kekuatan berbeda dan gaya pemahaman yang kontras. Titik tekan teori kecerdasan jamak adalah pada kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan untuk menciptakan suatu produk atau karya. Secara lebih terperinci Gardner (1993:17-23) menyatakan bahwa kecerdasan merupakan:Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya.Sebuah perangkat keterampilan menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam memecahkan per-masalahan dalam hidupnya.Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan penggunaan pemahaman baru.



BUKU PEMBANDING BAB I HAKEKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI A. PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI



Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan sebab pendidikan bagi anak usia dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur, pandai dan terampil. Para ahli pendidikan anak menyatakan bahwa pendidikan yang diberikan pada usia di bawah 8 tahun bahkan sejak anak masih dalam kandungan adalah penting sekali. Pada tahun pertama kehidupan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan pada tahun tahun pertama sangat penitng dan menentukan kuanlitas anak di masa depan . Selama tahun pertama otak bayi berkembang pesat , kepesatan perkembangan itu karena otak bayi menghasilkan triliunan sambungan antara sel otak yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan ini akan semakin kuat apabila seing digunakan. Sebaliknya , akan semakin melemah dan akhirnya musnah apabila jarang atau tidak pernah digunakan. B. PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini yang pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian



rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” C. TUJUAN PENDIDIKAN ANAK USAI DINI Sujiono (2009: 42-43) mengemukakan, secara umum tujuan pendidikan anak usia dini (PAUD) mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya . Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar: a. Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan tuhan dan mencintai sesama. b. Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensirik (panca indera). c. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar d. mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan ubungan sebab akibat. e. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri , sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki. f. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama berbagai bunyi, bertepuk tangan serta menghargai karya yang kreatif.



D. FUNGSI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Secara rinci PAUD berfungsi untuk: a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak indonesia untuk mengikuti pendidikan anak usia dini sesuai dengan potensi yang dimilikinya b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh dilingkungan keluarga, masyarakt. c. Membantu memperbaiki mutu dan relevansi pendidikan anak usia dini setara dengan mutu pendidikan dan negara lain.



E. PANDANGAN PARA FILSUF TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI a. Pandangan Pestalozzi (1746-1827) Pestalozzi memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pengaruh panca indera , dan melalui pengalaman-pengalaman tersebut potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikembangkan . Pestalozzi percaya bahwa cara



belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan, dan menyentuhnya. b. Pandangan Maria Montessori (1870-1952) Pandangan Montessori tentang anak tidak terlepas dari pengaruh pemikiran ahli yang lain yaitu Reusseau dan Pestalozzi yang menekankan pada pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/TK sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan pengarah diri. c. Pandangan Froebel (1782-1852) Pandangan Friendrich Wilheim August Froebel tentang anak banyak dipengaruhi ole Pestalozzi serta para filsuf Yunani. Froebel yang merupakan kelahiran jerman ini memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. 4 Setiap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika tidak dibina dan dikembangkan. d. Pandangan J.J. Rousseau Rousseau menyarankan konsep “kembali ke alam” dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak. Bagi Rousseau pendekatan alamiah berarti anak akan berkembang secara optimal, tanpa hambatan. Menurutnya pula bahwa pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontalitas dan rasa ingin tahu. Reusseau percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol terhadap pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan melalui indera. Untuk mengetahui kebutuhan anak, guru harus mempelajari ilmu yang bekaitan dengan anak-anak. e. Pandangan Kontruktivis Pandangan Kontruktivis dimotori oleh dua ahli pskologi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Pada dasarnya paham Kontruktivis ini mempunyai asumsi bahwa anak adalah pembangunan pengetahuan yang aktif. Anak mengkontruksi/membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan. f. Pandangan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki pembawaan masingmasing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Akan tetapi relatif kemerdekaan itu sangat relatif karena terbatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki oleh orang lain. Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik baginya dirinya, sehingga anak patut diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus



dicampuri atau dipaksa. Pamong hanya boleh memberikan bantuan apabila anak menghadapi hambatan yang cukup berat dan tidak dapat diselesaikan. Hal tersebut merupakan cerminan dari semboyan “tut wuri handayani”. BAB II LANDASAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Ada empat hal yang dijadikan landasan PAUD yaitu: (1) Landasan filsofis , (2) landasan yuridis , (3) landasan keilmuan , dan (4) landasan empiris. A. Landasan Filsofis Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan. Bangsa indonesia yang menganut falsafah pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya. Bangsa indonesia menganut falsafah pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia s eutuhnya sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut. B. Landasan Yuridis Landasan hukum terkait dengan pentingnya PAUD tersirat dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 b ayat 2 , yaitu : negara menjamin kelangsungan hidup, pengembangan indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keppres No. 36 tahun 1990 yang mengandung kewajiban negara untuk pemenuhan hak anak. C. Landasan Keilmuan Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfosis, artinya bahwa kerangka kelimuan PAUD dibangun dari berbagai interdisiplin ilmu diantaranya, psikologis, filosiologis, ilmu pendidikan anak, sosiologis, antropologi, humaniora, kesehatan gizi, dan neuro sains(Sujiono , 2009). Berdasarkan kajian psikologis dan ilmu pendidikan , masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau fondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB III KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI Pertumbuhan memiliki arti pertambahan dimensi anak. Cakupan dimensi antropometrik anak yang sering diukur terutama pada anak hingga usia lima tahun adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala serta lingkar lengan atas. Susilo menyatakan bahwa pertumbuhan, yaitu bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan berarti maturasi organ tubuh terutama sistem saraf. Pada tahap ini akan terjadi peningkatan kemampuan (skill) anak dalam melakukan gerakan kasar, gerakan halus, biacara, bahasa, sosialisasi, dan kemandirian. Ilustrasi perkembangan, misalnya diawali dari bayi baru lahir dengan kemampuan baru bisa telentang saja, bertambah usia anak kemudian mampu tengkurap dan telentang sendiri.



B. DIMENSI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DAN PENGEMBANGANNYA Perkembangan anak usia dini terdiri atas beberapa dimensi yang perlu dikembangkan. Menurut Permendikbud No 137 Tahun 2004 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini, perkembangan anak adalah integrasi perkembangan meliputi aspek nilai agama dan moral. Fisikmotorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosi, serta seni. 1. Perkembangan Nilai agama dan moral Agama adalah suatu keimanan yang yakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembangan nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi kebenarankebenaran dari sang pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbagai situasi. Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan dan pemikiran . Perkembangan moral seorang anak erat hubungannya dengan cara berpikir. Artinya bagaimana seorang anak memiliki kemampuan untuk melihat, mengamati, memperkirakan, berpikir, menduga, mempertimbangkan, dan menilau akan mempengaruhi perkembangan moral anak usia dini. 2. Perkembangan fisik-motorik Perkembangan motorik pada anak usia dini dapat diartikan sebagai proses dan perubahan keterampilan motorik(gerak) manusia dari lahir sampai usia 8 tahun yang melibatkan aspek perilaku. Perkembangan motorik pada usia dini menurut Payne dan Issacs dalam Khalaj (2003) dibagi atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. 1. Keterampilan motorik kasar (Gross motor skill) Keterampilan motorik kasar adalah keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot besar . 2. Keterampilan motorik halus (Fine motor skill) Keterampilan motorik halus adalah keterampilan gerak yang menggunakan otot kecil. 3. Perkembangan Kognitif Kognitif adalah istilah yang sering dikemukakan yang berkaitan dengan kemampuan berfikir. Lebih jelas Gagne dalam Jamaris (2006) mengungkapkan bahwa kognitif adalah proses terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syarat-syarat yang berada di pusat susunan syaraf. Ahli psikologis kognif, Jean Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yang didasarkan kepada mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. 4. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Bahasa adalah suatu sistem lambang yang dipergunakan manusia untuk menyampaikan pikiran, keinginan dan harapan melalui proses komunikasi verbal maupun non verbal. Bahasa memberi



sumbangan yang besar pada perkembangan diri anak. Dengan bantuan bahasa, anak mampu tumbuh menjadi pribadi yang dapat berpikir, merasa, bersikap, berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan seperti orang-orang disekitarnya . Anak juga bervariasi dalam penguasaan bahasa dengan cara yang tidak dapat dijelaskan melalui kerangka lingkungan saja.



5. Perkembangan Sosio-emosional Ada sejumlah teori tentang perkembangan Sosio-emosional anak yang mendasari peraktik pendidikan dalam mengembangkan sosio-emosional diantaranya adalah teori ekologi Brofenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup dari Erikson . Teori Ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner yang focus utamanya adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak.



6. Perkembangan Seni Seni merupakan salah satu dimensi perkembangan anak usia dini yang harus dikembangkan. Dalam standar tingkat pencapain perkembangan anak usia dini (Permendikbud No . 137/2014) dikemukakan seni pada anak usia dini meliputi: kemampuan mengeksplorasi dan ,mengeskpresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik,drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari serta drama. BAB IV PROGRAM PAUD DI INDONESIA A. KEBERADAAN LAYANAN PAUD DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Keberadaan PAUD tertuang pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VII Pasal 28 ayat 1-6. Adapun bunyi secara lengkap pasal 28 ayat 1-6 sebagai berikut:  Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.  Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan / atau informal.  Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat.  Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.  Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.



B. JALUR DAN BENTUK LAYANAN PAUD Jalur dan bentuk layanan PAUD diselenggarakan melalui tiga jalur formal, nonformal, dan infromal. 1. Jalur PAUD formal Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Taman Kanak-Kanak (TK) TK adalah bentuk satuan pendidikan anak usia dini yang ditujukan bagi anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (PP No.27/1990). Tujuan penyelenggaran TK adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak didik untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (kepmendikbud No. 0486/U/i 992, BAB II pasal 3 ayat 1). TK bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar untuk kelompok A (4-6 tahun) dan kelompok B (5-6 tahun) sesuai dengan kurikulum yang berlaku, memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan dan bagi orang tua yang memerlukan , upaya pelayanan gizi dan kesehatan melalui makan bersama dalam setiap kegiatan belajarnya. Pembinaan TK dilakukan oleh Depdiknas dan lembaga lain yang terkait , seperti GOPTKI dan IGTKI-PGRI. 2. Jalur PAUD Non formal Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitip Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. a. Kelompok bermain Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia dini khususnya usia 3 tahun sampai dengan memasuki pendidikan dasar. Sasaran kelompok bermain dikelompokkan menjadi 3 , yaitu kelompok usia 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun. Adapun kegiatan belajar di kelompok bermain secara garis besar dikelompokkan menjadi dua , yaitu (1) penanaman nilai-nilai dasar yang meliputi nilai agama, dan budi pekerti , dan (2) pengembangan kemampuan berbahasa, motorik, emosi, sosial, dan daya cipta yang meliputi seluruh aspek perkembangan. b. Taman Penitipan Anak (TPA) TPA dianggap sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orangtuanya berhalangan (bekerja, mencari nafkah, atau halangan lain) sehingga tidak berkesempatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya melalui penyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan prasekolah bagi anak sejak lahir bulan hingga memasuki pendidikan dasar. Jenis layanan program TPA antara lain berupa (1) layanana anak (perawatan, pengasuhan, penclidikan), (2) layanan kepada masyarakat (penyuluan, fasilitasi penelitian, magang/job training) bagi mahasiswa yang berkembang di lapisan bawah, seperti TPA tipe pasar rumah sakit dan panti sosial TPA yang berkembang di lapisan menengah ke atas. Penyelenggaraan TPA umumnya dilaksanakan oleh yayasan atau LSM dan hanya sebagian kecil yang



1)



2) 3) 4)



dilakukan oleh pemerintah. Prinsip penyelenggaraan Taman Penitipan Anak dapat dirumuskan menjadi Tempat,Asah,Asih, dan Asuh (Susilo, 2016) Tempat, tempat untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga yang teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik yang kuat, lincah, daya tahan optimal dan disiplin tinggi. Asah, berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki pengalaman yang beruna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Asih, asih pada dasarnya merupakan pemenuhan kebutuhan anak untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Asuh, melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak.



c. Satuan PAUD sejenis (SPS) Satuan PAUD sejenis adalah bentuk satuan PAUD selain Taman Kanak-kanak, Kelompok bermain dan Taman pendidikan anak yang penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan berbagai program layanan anak usia dini yang ada di masyarakat seperti Posyandu, Bina keluarga balita, Taman pendidikan Al-Qur’an, Pelayanan anak kristen, Bina iman anak, atau Layanan terkait lainnya. 3. Jalur PAUD Informal Undang undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (5) menyatakan, “pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. BAB V PRINSIP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI A. PRINSIP PEMBELAJARAN Prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran pada anak usia dini adalah sebagai berikut : 1. Berorientasi Pada Kebutuhan Anak Orientasi belajar anak usia dini bukan untuk mengejar prestasi, seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan lain yang sifatnya akademis. Namun orientasi belajar yang sesungguhnya adalah mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak. 2. Pembelajaran Anak Sesuai Dengan Perkembangan Anak Pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan anak, baik usia maupun kebutuan individual anak. Setiap anak berbeda perkembangannya dengan anak lain,



ada yang cepat ada yang lambat. Oleh karena itu , guru harus memahami kebutuhan khusus atau kebutuhan individu anak. 3. Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Ukuran kecerdasan anak bukan pada kemampuan kognitif, melainkan pada kematangan emosi. Dengan demikian meskipun anak telah mampu membaca, menulis, dan berhitung dengan baik, belum tentu anak tersebut cerdas. Justru sebaliknya, ada kemungkinan stimulasi yang berlebihan untuk pengembangan kognitif, sehingga pengembangan kecerdasan yang lain(lingustic, kinestetik, interpersonal dan seterusnya) menjadi terabaikan. 4. Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini Pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari sederhana ke yang kompleks dan dari diri sendiri ke lingkungan. 5. Interaksi Sosial Anak Anak sangat membutuhkan interkasi , ketika anak berinteraksi dengan orang dewasa, orang tua, guru dan teman sebayanya maka anak tersebut akan belajar. Tanpa belajar bahasa, pada usia 4-5 tahun ia telah mempunyai kosakata lebih dari 14.000 kosa kata. 6. Lingkungan Yang Kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Artinya lingkungan belajar harus bebas dari benda-benda tajam yang dapat mengancam keselamatan anak termasuk bahan mainan dan cat pewarna yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit saat digunakan. 7. Merangsang Kreatifitas Dan Inovasi Kegiatan pembelajaran di PAUD harus merangsang daya kreatifitas dengan tingkat inovasi tinggi. Proses kreatifitas dan inofasi dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru. 8. Mengembangkan Kecakapan Hidup Berbagai kecakapan dilatih agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerdas, terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 9. Memanfaatkan Potensi Lingkungan Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan sekitar atau bahan-bahan yang disiapkan pendidik, termasuk bahan-bahan untuk membuat permainan eduktif. Bahan bekas yang berserakan dilingkungan sekitar dapat dikelola secara kreatif kemudian diolah secara inovatif menjadi permainan yang edukatif yang dapat memicu rasa ingin tahu anak. 10. Pembelajaran Sesuai Dengan Kondisi Sosial Budaya Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan sosial budaya dimana anak tersebut berada. Berbagai objek yang ada disekitar anak, kejadian dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar.



11. Belajar Melalui Bermain Bermain merupakan kegiatan sesuai dengan keinginan anak yang paling menyenangkan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak sepanjang hidup mereka. Anakanak menganggap bahwa hidup mereka untuk bermain kegiatan dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, untuk mencapai suatu tujuan belajar. B. BENTUK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DI PAUD Strategi pembelajaran sebagai usaha guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ada bermacam-macam strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu : karakteristik tujuan pembelajaran, karakteristik anak dan cara belajarnya, tempat berlangsungnya kegiatan belajar , tema pembelajaran , serta pola kegiatan. 1. Strategi Pembelajaran Yang Berpusat Pada Anak a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang . Anak juga merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi berdasarkan : pendekatan, perkembangan dan pendekatan belajar aktif. 1) Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak  Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.  Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan  Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.  Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.  Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.  Anak menggunakan otot kasarnya b. Sintaks pembelajaran yang berpusat Pada anak Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :  Tahap merencanakan (Planning time)  Tahap bekerja ( work time)  Review/recall 2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas anak menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social , dst. Dengan bermain anak mengalami suatu proses yang mengarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya. b. Sintarks Pembelajaran melalui bermain Strategi pembeljaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama yaitu:



  



Tahap prabermain Tahap bermain Tahap penutup



3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita Pencapaian tujuan pendidikan taman kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.  Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasiykkan  Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.  Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai norma dan keagamaan. b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah . Langkah-Langkah dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Menetapkan tujuan dan tema cerita 2. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih 3. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih 4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita yang terdiri dari:  Menyampaikan tujuan dan tema cerita  Mengatur tempat duduk  Melaksanakan kegiatan pembukaan  Mengembangkan cerita  Menetapkan teknik bercerita  Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita  Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita 4. Strategi pembelajaran terpadu a. Rasional strategi pembelajaran terpadu Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan , yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan dapat berkembang secara optimal. BAB VI



MANAJEMEN PAUD A. PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen dalam pendidikan anak usia dini adalah proses pengelolaan yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan anak usia dini yang telah ditetapkan sekolah. B. FUNGSI MANAJEMEN Fungsi –fungsi manajemen terdiri atas: 1. Perencanaan (planning) Perencaan adalah sebagai hasil pemikiran yang mengarah ke masa depan, yaitu menyangkut serangkaian tindakan yang berdasarkan pamahaman yang mendalam terhadap semua faktor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus. 2. Pengorganisasian (organizing) Organizing pada hakikatnya mempunyai tiga komponen, yaitu fungsi, personalia, dan faktor-faktor sarana fisik. Proses organisasi berusaha mempersiapkan ketiga komponen tersebut demikian , pengorganisasian didefinisikan sebagai suatu proses menciptakan hubungan antara personalian, fungsi-fungsi dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama. 3. Pengarahan (directing) Pengarahan dapat diartikan sebagai suatu aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan pikiran dan tenaganya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Pengoordinasian (coordinating) Koordinasi merupakan daya upaya untuk mensinkronkan dan menyatukan tindakan – tindakan sekelompok manusia. Koordinasi merupakan otak di dalam batang tubuh dari keahlian manajemen. 5. Pengawasan (controling) Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang harus dilakukan dalam manajemen , karena dengan pengawasan dapat diketahui hasil yang telah dicapai. Dalam hal ini berarti bahwa dengan pengawasan akan dapat mengukur seberapa jauh hasil yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan untuk mengatahui kemungkinan terjadinya penyimpangan dan hambatan, sekaligus untuk memperlancar tercapainya tujuan. C. Penataan lingkungan 1. Pengertian penataan lingkungan belajar Penataan lingkungan belajar merupakan penataan lingkungan fisik, baik di dalam maupun di luar ruangan. Penataan lingkungan termasuk seluruh aksesoris yang digunakan, baik di dalam maupun diluar ruangan seperti: bentuk dan ukuran ruangan, pola pemasangan lantai, warna dan hiasan dinding , bahan dan ukuran , bentuk, warna, ukuran , jumlah dan bahan berbagai alat main yang digunakan sesuai dengan perencanaan.



2. Fungsi menata lingkungan belajar anak  Mempersiapkan lingkungan fisik yang aman, nyaman, menarik dan didesain sesuai dengan perencanaan  Mendukung anak untuk mandiri, bersosialisasi dan menyelesaikan masalah 3.     



Prinsip yang harus diperhatikan dalam menata lignkungan belajar PAUD Membuat anak merasa aman Membuat anak merasa nyaman Mendorong anak untuk dapat bereksplorasi Mendukung anak untuk dapat berinteksi dengan lignkungannya Sesuai dengan tahapan perkembangan anak



4. Penataan ruang belajar Penataan ruang belajar memperhatikan kebebasan anak bergerak , dengan memperatikan:  Kelompok usia anak  Jumla anak yang akan dilayani, kebutuhan gerak setiap anak 3 m2 diluar yang dipakai loker dan furnitur lainnya  Lamanya anak dilayani di lembaga PAUD  Dapat digunakan oleh berbagai kegiatan  Antar ruang kegiatan dibatasi oleh loker setinggi anak saat berdiri agar dapat diobservasi oleh guru secara menyeluruh.  Penataan ruangan memfasilitasi anak bermain sendiri, kelompok kecil, dan kelompok besar  Cahaya, sirkulasi udara, lantai/karpet bebas kutu, jamur, dan debu  Penggunaan cet tembok dan kayu yang tidak mudah luntur saat dipegang  Lantai tidak berbahan licin dan harusnya mudah dibersihkan  Stop kontak tidak mudah dijangkau anak  Pegangan pintu setinggi jangkauan anak  Dinding sebaiknya tidak dilukis permanen  Bebas dari asap rokok  Bebas dari bahan yang mudah terbakar 5. Toilet Toilet termasuk prasarana viral yang harus dimiliki PAUD. Tempat ini harus dirancang dan dirawat dengan baik, karena selain untuk pembelajaran anak, tempat ini memudahkan penyebaran virus dan bakteri. Karena itu untuk toilet yang bersih itu seharusnya memenuhi unsure berikut:  Toilet anak terpisah dari toilet dewasa  Ruangan toilet dekat dengan anak, agar muda terawasi oleh guru



      



Tersedia air bersih yang bisa diakses anak secara mandiri Tersedia sarana pembersih /sabun cair dan pengering tangan/ tissue Tersedia tempat pembuangan benda kotor Lantai tidak diusahakan selalu kering Ukuran alat sanitary ukuran anak agar anak dapat menggunakan dengan mudah Pencahayaan ruang toilet yang cukup dengan sirkulasi udara yang baik Semua alat dan sanitary diruang mandi selalu terjaga kebersihannya



C. Penataan ruang luar (out door) Ruang luar merupakan lingkungan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak. Diluar ruang anak lebih bebas bergerak, karena seharusnya ruang luar memfasilitasi perkembangan motorik kasar anak. 1. Hal-hal yang harus diperhatikan dengan ruang luar  Luas area bermain  Ruang bermain outdoor dipastikan tidak terdapat binatang yang menyengat  Bak pasir harus ditutup bila tidak digunakan  Area basah ditempatkan diluar, dekat dengan sumber air 2.        



Mainan di ruangan luar Bebas dari bahan yang bercahaya Penataan sarana cukup luas bagi anak bergerak bebas Ketinggian mainan sebaiknya tidak lebih dari 1,5 meter dan tingkat kemiringannya dekitar 40o Dasar seluncuran cukup lembut Dipastikan tidak mudah patah atau putus Dikontrol dan diperbaiki secara regular Seluncuran, ayunan. Jungkitan dan sarana bermain outdoor dalam kondisi baik Jika bahan menggunaka kayu, dipastikan permukaan kayu licin untuk mencegah anak tertusuk serpihannya



3. Merancang pagar  Pagar pembatas area outdoor dengan tempat umum di luar lembaga diperlukan memastikan bahwa anak-anak tidak bisa terdorong ke dalam situasi bahaya  Desain dan ketinggian pagar harus sedemikian rupa untuk mencegah anak dapat keluar dengan cara merangakak di bawah  Mekanisme penguncian harus disediakan untuk mengatasi potensi berbahaya ketika gerbang tidak ditutup  Pagar dapat menjadi sentra berkebun anak



BAB III PEMBAHASAN



A. Kelebihan buku BUKU UTAMA



Buku Konsep Pendidikan Anak Usia Dini ini memiliki kelebihan yaitu penulis memberikan inf ormasi yang sangat cocok untuk dibaca oleh siapapun yang ingin mengerti dan memahami anak dalam usia dini atau pra sekolah. Kemudian buku ini dilengkapi juga dengan tabel, gambar dan contoh yang memudahkan pembaca memahami isi buku. Selanjutnya dilengkapi dengan beberapa pendapat para ahli. Menyajikan berbagai informasi yang belum banyak diketahui oleh orang tentang perkembangan anak anak usia dini. BUKU PEMBANDING Penjelasan di dalam buku mudah di mengerti dan di pahami.Pemakaian kosa kata yang digunakan penulis mudah dimengerti dan dipahami.Penulisan dalam buku diketik secara rapi .Banyak pendapat tentang isi buku menurut para ahli sehingga membuat buku tersebut terlihat sempurna.Sampul depan buku sangat bagus pengaturan warnanya.Isi dan lembaran buku tersusun sangat rapi dan setiap lembaran pada buku tersebut terdapat bingkai yang mempunyai tulisan dalam buku tersebut menjadi rapi. A. Kelemahan buku BUKU UTAMA Buku Psikologi Pendidikan Anak usia dini ini memiliki kekurangan pada penggunaan kata asing yang belum tentu dipahami oleh orang awam. Selain itu dalam isi buku tersebut kurang lengkap dalam menjelaskan yang terjadi pada anak usia ini yang mana ini merupakan faktor penting juga dalam proses perkembangan anak untuk kedepannya. BUKU PEMBANDING



Pada kalimat di dalam buku ada ejaan kata yang salah. Tidak terdapat rangkuman pada setiap akhir bab, Tidak dijelaskan siapa saja nama Tim Penyusun dalam buku tersebut. Tidak tertera profil dan biodata penulis.



BAB IV PENUTUP KESIMPULAN Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di indonesia berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional). Anak usia dini



adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik, halus dan kasar), intelegensi (daya pikie, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non-fisik , dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik , akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.



SARAN Dalam makalah ini saya tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dapat membuat makalah Critical Book Report yang lebih baik untuk kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA Tim dosen PG PAUD FIP UNIMED. Keterampilan Penerapan Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Medan: UNIMED PRESS, 2017



http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/2A_BUKU_KONSEP_DASAR_PAUD.pdf