Diet Pada Penderita Diare (SAP) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DIET PADA PASIEN DIARE



Diare akut adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asoidosis metabolik karena kehilangan basa. Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan makanan, antibiotika dan infeksi sistemik. Menurut Noerasid, diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat sedangkan menurut American Academy of Pediatric (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), sehingga kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja). Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cairan lebih dari tiga kali sehari Berdasarkan Ditjen PPM dan PLP (1999), diiare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Hal ini desebabkan karena pada penderita diare terjadi anoreksia, sehingga makanan yang masuk kedalam tubuh lebih sedikit (tidak sesuai dengan yang seharusnya). Kemampuan pencernaan dalam mengabsorpsi sari-sari makanan juga akan terjadi penurunan, karena adanya gangguan pada saluran pencernaan. Setiap episode diare akan menyebabkan kurang gizi, jadi jika episode diare berkepanjangan maka akan terjadi gangguan pertumbuhan. Secara keseluruhan penyerapan zat-zat makanan berkurang sekitar 30% selama terjadi diare.



Tabel Derajat dehidrasi Gejala Tanda Tanpa Dehidrasi



& Keadaan Umum



Baik, Sadar Normal



Dehidrasi Gelisah Ringan – Rewel Sedang Dehidrasi Berat



Mata



Cekung



Mulut/ Rasa Haus Lidah



Kulit



Minum Dicubit Basah Normal, kembali Tidak Haus cepat Kering



Tampak Kehausan



Kembali lambat



Letargik, Sangat Kembali Sangat Sulit, tidak Kesadaran cekung sangat kering bisa minum Menurun dan kering lambat



% Estimasi Turun def. BB cairan 10



>100 %



Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: 1. Muntah. 2. Badan lesu atau lemah. 3. Panas. 4. Tidak ada nafsu makan. 5. Darah dan lendir dalam kotoran.



Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejalagejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.



Klasifikasi Diare Secara klinik diare dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Diare Akut Diare Akut adalah buang air besar berbentuk cairan yang berlangsung kurang dari 14 hari, bahkan biasanya terjadi kurang dari 7 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair dan tanpa darah, kadang disertai muntah dan panas. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan jika asupan makanan kurang, dapat berakibat kurang gizi



Tabel Komposisi Elektrolit pada Diare Akut



Macam



Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L Na



K



Cl



HCO3



Diare Kolera Dewasa



140



13



104



44



Diare Kolera Balita



101



27



92



32



26



55



14



Diare Balita



Non



Kolera 56



Sumber : Ditjen PPM dan PLP,1999



Penyebab diare akut ditinjau dari patofisiologinya adalah sebagai berikut : a. Diare sekresi yang disebabkan oleh virus atau kuman, hiperperistaltik usus halus, defisiensi imun (SIgA). b. Diare osmotik biasanya disebabkan oleh malabsorpsi makanan, Kurang Energi Protein, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Perubahan-perubahan yang terjadi pada diare akut adalah kehilangan cairan, perubahan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi. Dari segi nutrisi, diare akut berakibat buruk terhadap keadaan gizi, melalui 4 mekanisme, yaitu : a. Pemasukan makanan berkurang karena mengalami anoreksia, kebiasaan mengurangi makanan saat terjadi diare. b. Absorpsi makanan berkurang oleh karena kerusakan mukosa usus, vili menjadi pendek, atrofi dan enzim lactase dan disakaridase berkurang c. Gangguan fungsi metabolisme dan endokrin pada keadaan infeksi sistemik d. Kehilangan cairan dan elektrolit, serta kehilangan nitrogen melalui tinja, keluarnya plasma protein dan darah karena kerusakan jaringan usus



b. Diare Kronis Diare kronik (persisten) adalah buang air besar berbentuk cairan yang berlangsung lebih dari 14 hari, disertai kehilangan berat badan selama diare terjadi. Diare ini dapat menyebabkan status gizi menjadi memburuk dan dapat menyebabkan kematian. Penyebab diare kronik ini adalah infeksi, alergi protein, enteropati sensitive gluten, fibrosis sistik, defisiensi imun dan penyakit hati. Faktor yang sering menyebabkan diare kronik adalah defisiensi lactase dan malabsopsi laktosa.



Tabel Lamanya Episode Diare. Negara



Persentase lamanya episode diare (%) 1-7 hari



8-14 hari



>14 hari



Indonesia



83



14



4



Guatemala



53



27



19



Peru



79



14



7



Bangladesh



66



21



14



India



35



55



10 S



Sumber : (Deddy Satriya Putra, 2008)



Infeksi yang dapat menimbulkan diare kronik adalah infeksi ekstraintestinal (infeksi saluran kemih) dan infeksi intraintestinal antara lain: E.coli enteroadesif, E.coli enteropatogenik, kriptosporadium dansalmonella non tifus. Penderita yang sering terkena biasanya berusia kurang dari 3 bulan, gizi buruk, depresi system imonologik dan kekurangan enzim.



Penatalaksanaan Diare Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentase kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas. Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak (>100 ml/kgBB/hari) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.



Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi :



1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah: a. Jenis cairan Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringer laktat bila tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml b. Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan c. Cara pemberian cairan Cara pemberian dapat dilakukan secara oral maupun perenteral. d. Jadwal pemberian cairan Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan.Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke 3. 2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi Secara klinis, tentukan jenis diare koleform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah 3. Terapi simtomatik Obat antidiare bersifat simtomtik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Antimotilitas dan sekresi usus seperti loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigella, dan kolitis pseudomembran, karena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epitel usus. Bila pasien sangat kesakitan, maka dapat diberikan obat antimotilitas dan sekresi usus di atas dalam jangka pendek selama 1-2 hari saja dengan 3-4 tablet /hari, serta memperhatikan ada tidaknya glaukoma dan hipertropi prostat. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopropamid, dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal. 4. Terapi definitif Pemberian edukasi sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi. 5. Terapi diet Pasien dengan diare akut, akan diberikan diet sisa rendah. Diet sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dinaksut dengan sisa adalah bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta



serat daging yang berserat kasar. Selain itu, makanan lain yang merangsang saluran cerna harus dibatasi. Tujuan diet sisa rendah adalah untuk memberikan makanan yang sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume veses dan tidak merangsang saluran cerna. Syarat-syarat diet rendah sisa adalah: 1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas. 2. Protein cukup yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total. 3. Lemak sedang yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total. 4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total. 5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan. 6. Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar sesuai dengan toleransi perorangan. 7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan berbumbu tajam. 8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin. 9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil. 10. Bila untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin, dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.