Erna Tri P. - 086 - PMX Sgot SGPT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI PEMERIKSAAN SGPT DAN SGOT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Virologi



Oleh :



Erna Tri Prasetyawati P1337434118086 D III TLM REG B/ SMT V



D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2020



I.



JUDUL PRAKTIKUM “Pemeriksaan SGPT dan SGOT”



II.



PERTEMUAN KE – 9 Materi Pemeriksaan SGPT dan SGOT



III. HARI TANGGAL Praktikum dilaksanakan pada Rabu, 12 Oktober 2020



IV. TUJUAN 1. Untuk mengetahui kadar SGPT dan SGOT pada sampel pemeriksaan dalam serum darah menggunakan spektrofotometer 2. Mengetahui pemeriksaan SGPT dan SGOT dalam serum



V. METODE a. SGPT : IFCC (International Federation Of Clinical Chemistry) without pyridoxal phosphate (P-5’-P). Kinetic UV. b. SGOT : IFCC (International Federation Of Clinical Chemistry) without pyridoxal phosphate (P-5’-P). Kinetic UV.



VI. PRINSIP a. SGPT : Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis transiminasi dari L – alanine dan a – kataglutarate membentuk L – glutamate dan pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase ( LDH ) dan nicotinamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan ( absobance ) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm.



b. SGOT : Glutamat oxaloasetat transaminase (GOT) atau aspartat transaminase mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan L-glutamat. Kemudian laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.



VII. DASAR TEORI SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat Transaminase , SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT adalah enzim yang spesifik untuk hati yang hanya memberikan hasil yang signifikan terhadap adanya peningkatan penyakit hepatobilliary di hati. Kadar SGPT sering kali dibandingkan dengan kadar SGOT untuk tujuan diagnostik. SGPT meningkat lebih khas dari pada SGOT pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan SGOT meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan kongesti hati. Kadar SGPT ditemukan normal atau meningkat sedikit pada kasus nekrosis miokardium. Kadar SGPT kembali lebih lambat ke kisaran normal dari pada kadar SGOT pada kasus hati Peningkatan SGPT lebih lebih tinggi dari pada SGOT pada kerusakan yang akut hal ini di sebabkan SGPT merupakan enzim yang hanya terdapat pada sitoplasma sel hati, sebaliknya SGOT terdapat baik dalam sitoplasma maupun mitokondria akan lebih meningkat dari SGPT pada kerusakan hati yang lebih dalam dari sitoplasma sel (Speicher et al. dalam Dedy, 2008). Kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infus lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kerusakan otot jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat



TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis. Aspartate aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oxsaloasetic transaminase (SGOT), merupakan enzim yang keberadaan dan kadarnya dalam darah dijadikan penanda terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim tersebut normalnya berada pada sel-sel hati. Kerusakan pada hati akan menyebabkan enzimenzim hati tersebut lepas ke dalam aliran darah sehingga kadarnya dalam darah meningkat dan menandakan adanya gangguan fungsi hati. Pemeriksaan SGOT atau Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase adalah sebuah tes yang dilakukan untuk memeriksa kerusakan hati dan masalah yang berhubungan



dengan



organ



tersebut.



Pemeriksaan



AST



atau



Aspartate



Aminotransferase. SGOT atau AST harga normalnya pada laki-laki 5-17 U/L, pada perempuan 5-15 U/L. SGOT dalam darah meninggi biasanya karena ada hemolisis dan pada bayi baru lahir. Kenaikan 10-100 kali lipat dari normal bila terjadi Infark yang disebabkan oleh otot jantung, Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Nekrosis yang disebabkan oleh sel hati karena keracunan dan sirkulasi darah terganggu sehingga dapat terjadi shock atau hipoksemia.



VIII. ALAT BAHAN a. Alat 1) Spektrofotometer 2) Tabung reaksi 3) Rak tabung reaksi 4) Mikropipet (1000 µL, 500 µL) 5) Tip biru (1000 µL) tip kuning (500 µL) 6) Centrifuge 7) Plester 8) Waterbath 9) Tissue kering 10) Kapas kering dan kapas alcohol 11) Spuit 3 cc 12) Torniquet 13) Bantalan



14) Stopwatch 15) Limbah RT non infeksius 16) Limbah tajam infeksius 17) Limbah infeksius 18) Temapat limbah tip 19) Label b. Bahan 1) Aquadest 2) Serum 3) Reagen buffer SGPT dan SGOT 4) Reagen substrat SGPT dan SGOT 5) Alkohol 70%



IX. PROSEDUR KERJA a. Pra Analitik 1) Menggunakan APD 2) Menyiapkan alat dan bahan 3) Persiapan pasien dan sampel 4) Melakukan sampling darah, didiamkan hingga muncul sedikit serum pada darah 5) Centrifuge 3000 rpm 5 menit 6) Memisahkan serum dengan darah 7) Mengumpulkan urine 24 jam 8) Centrifuge urine dan ambil supernatannya untuk sampel uji



b. Analitik



i.



SGPT



1) Membuat monoreagen dengan perbandingan R1 : R2 yaitu 4:1 (masukkan 800 mikron R1 SGPT kedalam tabung reaksi dan tambahkan 200 mikron R2 SGPT kedalam tabung reaksi) 2) Homogenkan 3) Selanjutnya tambahkan 100 mikron sampel serum ke dalam tabung reaksi 4) Melakukan inkubasi selama 60 detik pada suhu 37˚C 5) Hidupkan spektrofotometer analytical bilyzer 15 menit sebelum dilakukukan pembacaan sampel dengan menghubungkan kabel dengan sumber listrik dan menekan tombol On 6) Pilih menu kemudian klik pemeriksaan SGOT 7) Terlihat tampilan “parameter test” Atur panjang gelombang 340 nm, temperature 37˚C, volume sampel, volume reagen,niali normal yang sesuai 8) Kemudian klik ok 9) Lakukan pembacaan larutan blanko pada spektrofotometer 10) Catat hasil absorbansi blanko 11) Lakukan pembacaan larutan sampel pada spektrofotometer 12) Catat hasil absorbansi sampel ii. SGOT 1) Memipet reagen 1 sebanyak 160μl, dimasukkan ke tabung 2) Memipet reagen 2 sebanyak 40μl, dimasukkan ke tabung 3) Memipet serum sebanyak 20μl, dimasukkan ke tabung 4) Menginkubasi sampel selama 50 detik pada suhu 37°C 5) Melakukan pembacaan blanko pada spektrofotometer 6) Melakukan pembacaan sampel pada spektrofotometer 7) Lakukan perhitungan



c. Pasca Analitik 1) Pelaporan hasil 2) Mencuci dan merapikan alat bahan 3) Disinfeksi meja kerja 4) Melepas APD 5) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir X. HASIL DAN PERHITUNGAN a. SGPT Absorbansi Blanko



= 0,041



Absorbansi sampel



= 0,542



Rumus perhitungan : SGPT (U/L) = delta/menit 1746 Kadar SGPT : 7,63 U/L Nilai normal SGPT : Temperature



25



30



37



Laki-laki



22



> 30



> 42



Perempuan



17



> 23



> 32



b. SGOT S𝐺𝑂𝑇 = 36,23 𝑈/𝐿



Nilai normal SGOT :



Perempuan



= < 40 U/L



Laki-laki



= < 41 U/L



XIII.



PEMBAHASAN Berdasarkan video praktikum pemeriksaan SGPT menggunakan sampel serum. Pada video pemeriksaan SGPT menggunakan spektrofotometer Analitical Biolizer ditemukan beberapa kesalahan dari mulai tahapan pra analitik, analitik, dan pasca analitik diantaranya yaitu pada saat melakukan penusukan area masih basah dengan alcohol dari proses disinfeksi sebelumnya hal tersebut dapat menyebabkan sampel yang akan diperiksa terkontaminasi dengan senyawa alcohol dan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan serta dapat menyebabkan hemokonsentrasi yang akan berdampak terhadap pasien. Kesalahan selanjutnya ialah Saat menuang darah dari spuit ke tabung, spuit kurang tegak lurus. Pembuang limbah yang tidak dipisah antara limbah tajam, limah infeksius, limbah non infeksius. Kemudian pada tahapan analitik pada saat pembilasan reagen dengan menggunakan mikropipet terdapat gelembung. Serta pada tahapan pasca analitik yaitu pada saat pencatatan hasil pemeriksaan petugas laboratorium masih menggunakan handscoon hal tersebut dapat membahayakan karena bakteri atau mikroorganisme lain dapat menempel pada alat tulis dan dapat menginfeksi petugas yang melakukan pemeriksaan. Berdasarkan video pemeriksaan SGPT didapatkan hasil yaitu 7,63 U/L, dimana hasilnya masuk kedalam range rendah karena nilai normal SGPT untuk perempunan pada suhu 37˚C adalah > 32 U/L. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kekurangan vitamin seperti vitamin B6, hasil yang rendah/dibawah nilai normal mungkin saja terjadi karena dilakukan pada saat kadar SGPT sedang rendah didalam darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan beberapa kali. Adapun faktor kesalahan yang sering dari interpretasi data yaitu ketidaksesuaian atau ketidaktepatan dalam pengukuran sampel dan reagennya. Adapun kemungkinan yang terjadi pada saat darah disentrifuge dengan tidak sengaja pecah sehingga serumnya menjadi rusak, Selain itu kurang terpisahnya antara serum dan plasma hasil sentifuge, dan juga lamanya waktu inkubasi. Berdasarkan video praktikum pemeriksaan SGOT menggunakan sampel serum. Pemeriksaan dari kedua video tersebut mengguanakan merk reagen yaitu Elitech Clinical System SAS.



Pada video pemeriksaan SGOT menggunakan spektrofotometer UV-Vis ditemukan banyak kesalahan dari mulai tahapan pra analitik yang menyumbang cukup banyak kesalahan beberapa diantaranya yaitu pada saat melakukan penusukan area masih basah dengan alcohol dari proses disinfeksi sebelumnya hal tersebut dapat menyebabkan sampel yang akan diperiksa terkontaminasi dengan senyawa alcohol dan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan serta dapat menyebabkan hemokonsentrasi yang akan berdampak terhadap pasien. Kesalahan selanjutnya ialah yang paling penting yaitu posisi probandus dan plebotolmis saling berhadapan karena hal tersebut dapat membahayakan plebotomis yang beresiko terinfeksi penyakit yang juga diderita pasien tersebut. Spuit tidak terkalibrasi dengan benar menyebabkan proses pengambilan darah tidak berjalan dengan lancer karena pada saat piston ditarik terasa berat dan dapat mempengaruhi aliran darah yang masuk ke dalam spuit. Melakukan disinfeksi area penusukan dengan hanya mengusap beberapa kali tidak berpola usap dari dalam keluar menyebabkan area penusukan tidak terdisinfeksi dengan benar dan masih ada bakteri yang tertinggal. Posisi spuit pada saat penarikan piston tidak sesuai dan terlalu menukik ke atas sehingga menyebabkan aliran darah yang mengalir ke spuit tidak lancar dan dapat membahayakan dan melukai pasien. Tidak menekan area setelah dilakukan penusukan sehingga darah tetap mengalir ke permukaan. Pada tahapan analitik ditemukan beberapa kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan beberapa diantaranya yaitu, tidak mengelap tip dengan rata sehingga dapat menyebabkan volume cairan yang diambil kurang sesuai. Tidakmelakukan pembilasan dengan tip sehingga cairan yang dipipet masih tersisa pada tip dan akan mempengaruhi volume. Melakukan penghomogenan kurang merata. Hal yang paling penting saat berada di dalam laboratorium adalah menerapkan Good Laboratory Practice dengan baik dan benar sesuai SOP yang berlaku, sedangkan di video tersebut tidak menggunakan handscoon saat melakukan pemipetan hal tersebut sangat membahayakan karena cairan infeksius dapat menginfeksi. Pada video pemeriksaan SGOT menggunakan spektrofotometer Analitical Biolizer terdapat beberapa kesalahan yaitu pada saat dilakukan penusukan area masih basah dengan alkohol dari proses disinfeksi sebelumnya hal tersebut dapat menyebabkan sampel yang akan diperiksa terkontaminasi dengan senyawa alcohol dan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan serta dapat menyebabkan hemokonsentrasi



yang akan berdampak terhadap pasien. Kemudian pembuang limbah yang tidak dipisah antara limbah tajam, limah infeksius, limbah non infeksius. Serta Pada saat mencatat hasil pemeriksaan di buku handscoon tidak dilepas hal tersebut dapat membahayakan karena bakteri atau mikroorganisme lain dapat menempel pada alat tulis dan dapat menginfeksi petugas yang melakukan pemeriksaan. Adapun faktor kesalahan dari interpretasi data yaitu ketidaksesuaian atau ketidaktepatan dalam pengukuran sampel dan reagennya. Adapun kemungkinan yang terjadi pada saat darah disentrifuge dengan tidak sengaja pecah sehingga serumnya menjadi rusak, Selain itu kurang terpisahnya antara serum dan plasma hasil sentifuge, dan juga lamanya waktu inkubasi. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan SGOT adalah injeksi per intramuscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST, pengambilan darah pada area yang terpasang intra vena dapat menurunkan kadar SGOT, hemolisis pada sampel darah yang diperiksa, dan obat-obatan dapat meningkatkan kadar SGOT/AST. Makna klinis dari pemeriksaan SGOT adalah peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal) contoh : kerusakan hepatoselular akut, peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal) contoh : aritmia jantung, dan peningkatan ringan (sampai 3 kali normal) contoh : sirosis.



XIV. SIMPULAN Setelah dilakukan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan SGPT didapatkan hasil yaitu 7,63 U/L, dimana hasilnya masuk kedalam range rendah karena nilai normal SGPT untuk perempunan pada suhu 37˚C adalah > 32 U/L dan pemeriksaan SGOT atau Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase adalah sebuah tes yang dilakukan untuk memeriksa adanya kerusakan hati. Tahapan pra analitik memberikan kontribusi kesalahan terbesar dalam keseluruhan proses di laboratorium karena masih dilakukan secara manual.



DAFTAR PUSTAKA 2020. Video Pemeriksaan SGPT – KIMIA DARAH ENZIMATIK/ KIMIA KLINIK LANJUT. Diakses di https://youtu.be/HAJ-1BuO7w Manual Kit Rajawali SGPT Nurqaidah, widarti dkk. 2019. Analisis Kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (Sgpt) Dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (Sgot) Pada Petani Yang Menggunakan Pestisida. Makassar : Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1. Diakses dari https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis Nurqaidah, widarti dkk. 2019. Pemeriksaan SGPT adalah sebuah tes yang dilakukan untuk memeriksa kerusakan hati. Makassar : Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 10, No.1. Diakses dari https://journal.poltekkesmks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis 2019. Video Pemeriksaan SGOT – KIMIA DARAH ENZIMATIK/ KIMIA KLINIK LANJUT. Diakses di https://youtu.be/Pv2tu310DnE Manual Kit Merk ELITECH CLINICAL SYSTEM SAS AST/SGOT Nurqaidah, widarti dkk. 2019. Pemeriksaan SGOT atau Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase adalah sebuah tes yang dilakukan untuk memeriksa kerusakan hati. Makassar



:



Jurnal



Media



Analis



Kesehatan,



https://journal.poltekkesmks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis



Vol.



10,



No.1.



LAMPIRAN a. SGPT



Pengambilan sampel darah



Pemindahan darah ke tabung



Centrifus sampel



Pemisahan serum



Reagen pemeriksaan



Pembuatan working reagen



Pemipetan sampel



Inkubasi sampel pada waterbath



Pemeriksaan SGOT dengan Spektrofotometri analitik Biolyzer



Pembacaan hasil pemeriksaan Pencatatan hasil pemeriksaan



b. SGOT



Pengambilan sampel darah



Pemindahan darah ke tabung



Centrifus sampel



Pemisahan serum



Reagen pemeriksaan



Pembuatan working reagen



Pemipetan sampel



Inkubasi sampel pada waterbath



Pemeriksaan SGOT dengan Spektrofotometri analitik Biolyzer



Pembacaan hasil pemeriksaan Pencatatan hasil pemeriksaan



Semarang, 12 Oktober 2020 Praktikan,



Erna Tri Prasetyawati



Dosen Pengampu,



Roni Afriansya, S.ST., M.Kes