Isi Puskesmas Sunyaragi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang layak dimiliki oleh setiap masyarakat. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal diperlukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan guna memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari 2 aspek yaitu: pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu: kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu: promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan penyakit). Kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang mempunyai 2 aspek penting yaitu teoritis (ilmu dan akademis) dan praktisi (aplikasi). Pendalamam ilmu secara teoritis bagi mahasiswa kedokteran tidak akan mencukupi dalam mewujudkan upaya kesehatan, maka diperlukan suatu kegiatan yang memperkenalkan mahasiswa melalui kondisi dan situasi pelayanan masyarakat yang nyata melalui program Praktek Belajar Lapangan (PBL) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Th 1999 tentang tujuan pendidikan yang menyatakan bahwa seharusnya pendidikan tinggi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya khasanah ilmu teknologi dan seni. Dalam kesempatan ini kami mendapatkan tugas untuk melakukan praktik belajar lapangan (PBL) di salah satu puskesmas yang berada di Kota Cirebon , yaitu Puskesmas Sunyaragi. Puskesmas Sunyaragi merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di pantai utara provinsi Jawa Barat. Kota Cirebon memiliki 5 kecamatan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.



Kecamatan Kejaksan Kecamatan Kesambi Kecamatan Pekalipan Kecamatan Lemahwungkuk Kecamatan Harjamukti



2



Wilayah kerja Puskemas Sunyaragi terletak di Kelurahan Sunyaragi Kecamatan Kesambi Kota Cirebon yang berjarak kurang lebih 10 km dari pusat Kota Cirebon, dengan luas wilayah 34,59 Ha/m2, yang berbatasan dengan: 1. 2. 3. 4.



Sebelah utara: Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan Sebelah selatan: Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk Sebelah timur: Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk Sebelah barat: Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi



Secara administratif, Kelurahan Jagasatru terbagi menjadi 10 RW serta 51 RT. Keterjangkauan pelayanan kesehatan salah satunya dapat dilihat dari keadaan dan kondisi geografis wilayah tersebut, dimana Kelurahan Sunyaragi secara geografis terletak di daerah perkotaan dan mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Struktur organisasi Puskesmas Sunyaragi Puskesmas Sunyaragi dipimpin oleh seorang kepala puskesmas yang berlatar belakang pendidikan sebagai sarjana kesehatan masyarakat. Di dalam struktur organisasi UPTD Puskesmas Sunyaragi, Kepala Puskesmas dibantu oleh Kepala Bagian Sub Bagian Tata Usaha dalam hal administrasi seperti sistem informasi puskesmas, keuangan rumah tangga, dan kepegawaian. Kepala puskesmas membawahi penanggung jawab UKM esensial & keperawatan kesmas, penanggung jawab UKM pengembangan, penanggung jawab UKP kefarmasian & laboratorium, dan penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas & jenjaring fasilitas pelayanan kesehatan.



Visi dan misi Puskesmas Sunyaragi Puskesmas Sunyaragi adalah salah satu Unit Pelayanan Teknis Daerah dibidang kesehatan dimana Puskesmas Sunyaragi merupakan perpanjangan tangan Dinas Kesehatan Kota Cirebon dalam upaya menjalankan kebijakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja Kelurahan Sunyaragi. Agar Puskesmas dapat bekerja dengan baik, searah dan sesuai dengan kebijakan baik yang ada di Dinas Kesehatan Cirebon maupun kebijakan dari daerah kota Cirebon, maka UPTD Puskesmas Jagasatru pada tahun 2018 ini memiliki visi dan misi barumenyesuaikan dengan visi misi Kota Cirebon dan Dinas Kesehatan yang baru : VISI



3



Bersama UPT Puskesmas Sunyaragi Berbagi Rasa Menuju Cirebon Kota Sehat dan Ramah MISI 1. Mewujudkan sumber daya kesehatan dan lingkungan pelayanan yang religius. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang aspiratif dengan melibatkan masyarakat. 3. Mewujudkan sumber daya kesehatan yang professional dan santun. 4. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman.



STRATEGI 1. Meningkatkan nilai keagamaan bagi tenaga kesehatan. 2. Mewujudkan lingkungan pelayanan yang religius. 3. Meningkatkan kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas berdasarkan aspirasi masyarakat. 4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan puskesmas. 5. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang professional. 6. Menciptakan pelayanan kesehatan yang santun. 7. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman bagi konsumen. 8. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman bagi provider.



MOTTO Motto kebijakan manajemen penyelenggaraan pelayanan kesehatan di UPT PUSKESMAS SUNYARAGI adalah “Bersama Berbagi Rasa”.



TATA NILAI Dalam mencapai visi dan misinya, UPT PUSKESMAS SUNYARAGI berkomitmen untuk menerapkan tata nilai RASA, sebagai berikut :  Dikelola secara religius dan mampu meringankan beban klien dengan memberikan nilai religius kepada setiap pelanggan/klien yang berkunjung maupun masyarakat;



4



 Berorientasi pada kepentingan pelanggan/klien maupun masyarakat dengan kemampuan menyalurkan aspirasi dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan berkualitas tinggi.  Memberikan pelayanan dengan santun, membangun budaya ramah dan menghargai klien maupun masyarakat;  Berperan profesional denga memberikan pelayanan yang aman bagi pelanggan/klien, masyarakat, maupun petugas. Kegiatan Praktik Belajar Lapangan (PBL) di puskesmas merupakan suatu kegiatan yang tepat dalam memperkenalkan, melatih, dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal pelayanan kesehatan dan juga untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terdapat di puskesmas. Karena latar belakang tersebut penulis melakukan Kunjungan langsung ke puskesmas tersebut. 1.2. Tujuan pembelajaran Tujuan dilaksanakannya Praktek Belajar Lapangan (PBL) yaitu: 1. Melatih mahasiswa kedokteran agar mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhanan, moral yang luhur, etika, disiplin, hukum dan social budaya. 2. Melatih mahasiswa kedokteran agar mampu melaksanakan praktik kedokteran dengan mawas diri dan pengembangan diri. 3. Melatih mahasiswa kedokteran agar mampu berkomunikasi secara efektif secara verbal dan non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain. 4. Melatih mahasiswa kedokteran agar mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu kedoktera. 5. Melatih mahasiswa kedokteran agar mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri dan pasien



5



BAB II LANDASAN TEORI Dalam melaksanakan kegiatan upaya kesehatan dibutuhkan peran dari pemerintah dan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya masing-masing. Tenaga kesehatan contohnya dokter diperlukan dalam melaksanakan kegiatan guna mewujudkan upaya kesehatan masyarakat. Seorang dokter dalam melaksanakan kegiatan upaya kesehatan harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya. Standar kompetensi dokter dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalisme yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah dan ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.



Gambar 1: Pondasi dan pilar kompetensi Komunikasi efektif merupakan kemampuan dokter dalam menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain. Informed consent merupakan bentuk komunikasi efektif yang dilaksanakan sesuai standar kompetensi dokter. Informed consent merupakan suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian informed consent dapat didefinisikan sebagai peryataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat memberikan persetujuan atau penolakan. Selain



6



informed consent, berkomunikasi dengan masyarakat merupakan bentuk lain dari komunikasi efektif yang harus dikuasai oleh seorang dokter. Komunikasi dengan masyarakat dilakukan dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan dan memecahkannya bersama-sama . Selain itu komunikasi dengan masyarakat dapat diwujudkan dengan melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Keterampilan klinis merupakan kompetensi sorang dokter dimana dokter mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri dan orang lain. Kemampuan anamnesis merupakan keterampilan klinis yang harus dikuasai oleh seorang dokter. Keterampilan klinis yang harus dikuasi oleh seorang dokter anatara lain adalah kemampuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis merupakan kegiatan mengumpulkan riwayat penyakit seorang pasien. Anamnesis yang baik mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman dengan 4 pikiran: a. riwayat penyakit sekarang, b. riwayat penyakit dahulu, c. riwayat kesehatan keluarga, d. riwayat social dan ekonomi. ( Bickley. 2014 ) Selain menguasai kemampuan anamnesis, sorang dokter harus mampu melakukan pemeriksaan fisik yang komprehensif pada pasien. Komponen pemeriksaan fisik yang komprehensif meliputi: 1. Keadaan umun: Perhatikan keadaan umum pasien, tinggi badan, perawakan dan perkembangan seksual. Tanyakan beran badan, postur tubuh, aktivitas motoric serta cara berjalan 2. Tanda-tanda vital : Ukur tinggi dan berat badan, ukur tekanan darah, hitung frekuensi denyut nadi dan respirasi, dan ukur suhu tubuh. 3. Kepala, Mata, Telinga, Hidung dan Tenggorokan Kepala : periksa rambut, kulit kepala, tengkorak kepala dan wajah. Mata : melakukan tes ketajaman visus dan pemeriksaan skrining lapang pandang. Perhatikan posisi dan kelurusan kedua mata. Observasi kelopak mata dan inspeksi sklera serta konjungtiva tiap-tiap mata. Dengan penyinaran yang arahnya menyilang dari samping, inspeksi tiap-tiap kornea, iris dan lensa. Bandingkan kedua pupil, dan lakukan tes reaksi terhadap cahaya. Telinga : inspeksi aurikel, kanalis auditorius dan membrane tymphani. Periksa ketajaman pendengaran, jika ketajamannya berkurang periksa dengan te weber dan bandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang.



7



Hidung : lakukan pemeriksaan pada hidung bagian luar, lakukan ninspeksi mukosa nasalis, septum nasalis dan concha nasalis. Lakukan palpasi untuk memeriksa apakah terdapat nyeri tekan pada sinus frontalis dan maxilaris. Tenggorokan : lakukan inspeksi pada bibir, mukosa oral, gusi gigi, lidah, palatum, tonsil dan faring. 4. Leher Inspeksi dan palpasi kelenjar limfe servikal. Perhatikan apakah terdapat massa atau pulpasi kelenjar limfe. Rasakan apakah terdapat deviasi trachea. Lakukan observasi untuk mengamati suara dan usaha pasien dalam bernapas. Inspeksi dan palpasi kelenjar thyroid. 5. Punggung Inspeksi dan palpasi tulang belakang dan otot punggungh 6. Pemeriksaan fisik thoraks : A. Toraks Anterior a. Inspeksi 1) Perhatikan bentuk dada (iga sternum, dan kolumna vertebralis). Pemeriksa memeriksa dari ujung kaki penderita. 2) Cari adanya deviasi/ kelainan bentuk dada. 3) Perhatikan gerakan napas :  Perhatikan ruang interkosta (SIC) mencembung, mencekung, atau adanya retraksi pada saat inspirasi  Frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernapas.  Kontraksi inspirasi sternomastoideusDengarkan pernapasan pasien untuk mengetahui frekuensi dan irama pernapasan, stridor dan mengi. 4) Pemerika berada di sebelah kanan penderita dan cari adanya pulsasi iktus kordis, identifikasi lokasinya. b. Palpasi Palpasi dada untuk mengetahui 1) Nyeri tekan. 2) Pengakajian terhadap abnormalias yang dapat dilihat. 3) Ekspansi pernapasan. 4) Fremitus taktil 5) Mencari krepitasi 6) Identifikasi iktus kordis, menentukan letak, amplitudo (kuat angkat) dan thrill. Tehnik Pemeriksaan 1) Letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada dan bandingkan pernafasan antara kanan dan kiri (fremitus taktil).



8



2) Ukuran lingkar dada pada saat inspirasi kuat dan ekspirasi kuat. c. Perkusi Bertujuan untuk mendapatkan informasi batas-batas, ukuran, posisi dan kualitas jaringan atau alat (paru, jantung) yang berada didalamnya. Dengan perkusi kita dapat mengetahui apakah organ yang kita perkusi berisi udara, cairan, atau masa padat.  Paru bagian depan 1. Bandingkan kanan dan kiri. 2. Perkusi secara sistematis dari atas ke bawah. 3. Perhatikan posisi jantung, dan bandingkan hasil perkusinya. 4. Tentukan garis tepi hati (liver).  Menentukan batas paru hati 1. Penderita tetap berbaring, lakukan perkusi dari atas ke bawah 2. Di daerah yang merupakan batas paru dan hati, suara sonor akan berubah menjadi redup / pekak 3. Berilah tanda batas tersebut, pada orang normal sehat batas ini terletak antara costae ke-5 dan ke-6  Perkusi daerah jantung Pekak jantung sering menempati daerah yang luas. Dengan memulainya dari sisi sebelah kiri dada, lakukan perkusi mulai dari bunyi sonor paru ke arah pekak jantung. Batas-batas jantung :  Pinggang jantung : SIC ke-3 linea para sternalis sisnistra.  Apeks : SIC ke-5 ± 2 cm medial linea midklavikula sinistra.  Batas kanan : SIC ke-4 linea para sternalis dekstra. d. Auskultasi  Auskultasi daerah paru Auskultasi paru merupakan tehnik pemeriksaan paling penting dalam menilai aliran udara melalui percabangan trakeobronkial. Auskultasi akan membantu menilai keadaan paru dan rongga pleura di sekitar tempat auskultasi. Tehnik pemeriksaan : 1. Penderita diminta untuk menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka. 2. Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkanlah setiap kali secara lengkap satu periode inspirasi dan ekspirasi. 3. Bandingkan kanan dan kiri. 4. Mulailah di daerah depan di atas klavikula. 5. Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi dinding.



9



6. Perhatikanlah apabila ada perubahan suara, dan tentukan secara pasti lokasinya. 7. Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi. 8. Pemeriksaan vocal fremitus a. Letakkan stetoscope pada bagian dada depan. b. Penderita diminta menarik nafas. c. dengarkan gerakan nafas, bandingkan gerakan nafas kanan dan kiri. d. Penderita diminta untuk mengatakan angka 77 (tujuhtujuh).  Auskultasi daerah jantung 1. Penderita dalam posisi berbaring terlentang dengan sudut 30°. 2. Penderita diminta bernapas biasa dan suasana rireks 3. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung baru perhatikan adanya suara tambahan 4. Mulailah auskultasi pada beberapa tempat : a. Di daerah apeks (dengan bell stethoscope) b. Di ICS 2 kiri ke arah sternum (dengan membran) c. Di ICS 4 dan 5 kiri ke arah sternum (dengan bell stethoscope) 5. Perhatikan irama dan frekwensi suara jantung 6. Usahakan mendapatkan kesan intensitas suara jantung 7. Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsasi (denyut nadi) 8. Catat hasil auskultasi. B. Toraks Posterior a. Inspeksi 1. Penderita diminta duduk tegak/berdiri. 2. Perhatikan letak dan bentuk scapula 3. Perhatikan jalan dan bentuk kolumna vertebralis (catat adanya kifosis, scoliosis dan lordosis) b. Palpasi Ketika melakukan palpasi dada, fokuskan perhatian terhadap nyeri tekan, abnormalitas pada kulit, ekspansi respiratorius dan fremitus. Kenali daerah-daerah yang nyeri saat ditekan.  Tes ekspansi dada 1. Letakkan ibu jari kedua tangan di sekitar ketinggian costae X dengan jari-jari yang memegang secara longgar dinding dada (rib cage) sebelah lateral dan sejajar dengan dinding tersebut. 2. Minta pasien untuk menarik napas yang dalam.



10



Amati jarak antara kedua ibu jari tangan ketika kedua nya bergerak saling menjauh pada saat inspirasi, dan rasakan luasnya serta kesimetrisan rib cage pada saat dinding dada mengembang dan berkontraksi  Tes fremitus taktil Fremitus merupakan getaran atau vibrasi yang ditransmisikan melalui percabangan bronkopulmonaris ke dinding dada dan dapat dirasakan dengan palpasi ketika pasien berbicara. Untuk mendeteksi fremitus, gunakan permukaan ventral atau permukaan ulnar tangan. Minta pasien untuk mengulang perkataan tujuh-tujuh. c. Perkusi Perkusi dada menggunakan dinding dada serta jaringan di bawahnya sebagai landasan ketukan agar menghasilkan bunyi yang dapat didengar dan getaran yang dapat dirasakan. Membandingkan antara dua daerah, gunakan tehnik perkusi yang sama pada kedua daerah tersebut. Lakukan perkusi sebanyak dua kali pada setiap lokasi. Mengenali peranjakan (ekskursi) diafragma dengan menentukan jarak antara ketinggian bunyi redup pada ekspirasi penuh dan ketinggian bunyi redup pada inspirasi penuh, normalnya sekitar 5 atau 6 cm. Tehnik pemeriksaan: 1. Mulailah lakukan perkusi dari atas ke bawah secara sistematis 2. Bandingkan kanan dan kiri (biasanya daerah perkusi paru kanan lebih tinggi hilangnya dari daerah kiri, karena adanya hati) 3. Tepi bawah paru umumnya didapatkan pada setinggi prosesus VTh X atau VTh XI 4. Tentunya pula gerakan pernapasan d. Auskultasi Tehnik pemeriksaan 1. Penderita diminta untuk menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka. 2. Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkanlah setiap kali secara lengkap satu periode inspirasi dan ekspirasi. 3. Bandingkan kanan dan kiri. 4. Perhatikanlah apabila ada perubahan suara, dan tentukan secara pasti lokasinya. 5. Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi 6. Pemeriksaan vocal fremitus a. Letakkan stetoscope pada bagian dada belakang.



11



b. Penderita diminta menarik nafas. c. Dengarkan suara nafas, bandingkan suara nafas kanan dan kiri. d. Penderita diminta untuk mengatakan angka 88 atau 77. 7. Pemeriksaan Fisik Abdomen A. Inspeksi Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi Anda berdiri di sebelah kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga Anda dapat melihat dinding abdomen secara tangensial. Perhatikanlah : 1) Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal, mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit lainnya. 2) Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda inflamasi atau hernia. 3) Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal dan femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran organ setempat atau massa. 4) Simetri dinding abdomen. 5) Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa. 6) Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya. 7) Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat terlihat. 8) Pulsasi : Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah epigastrium. B. Auskultasi Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15 atau 20 detik pada seluruh abdomen. Auskultasi Abdomen Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :  Apakah suara usus ada?  Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?



12



 Perkiraan asal dari suara (kualitas)? Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering disebut "rushes". Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut "tinkles," dan kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang. Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa sentimeter diatas umbilikus sepenjang tepi lateral otot rektus dan bila ada penyempitan akan terdengar murmur misalnya insufiensi renal atau pada hipertensi akibat stenosis arteri renalis. Untuk mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya Lokasi masing-masing arteri. C. Perkusi Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan usus. a. Orientasi Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah tangan kanan.Perkusi Abdomen. Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang membesar. Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites. b. Hepar Untuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut:



13



 Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan daerah paru kanan, hasilnya suara sonor dari paru. • Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih pekak dan perhitungan mulai dari titik ini. • Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan titik akhir dan kemudian diukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang ukuran disebut liver span yang mempunyai angka normal 6-12 cm. c. Lien Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor paru dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya. Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila Anda mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut : 1) Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri. Daerah ini biasanya timpanik. Kemudian mintalah penderita untuk menarik napas panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar,suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada pembesran lien. Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal (falsely positive splenic percuission sign) 2) Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup yang luas, berarti terdapat pembesaran lien. Perkusi limpa Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat terganggu oleh berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi. D. Palpasi Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi tangan dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan. Hindarkan suatu gerakan yang mengentak. Dengan perlahan, rasakan semua kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang tegangan



14



ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba merelakskan penderita, dan melakukan palpasi pada waktu ekspirasi. Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen. Dengan menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalm untuk mengetahui adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya, konsitensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua tangan, satu di atas yang lain. Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas); vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang). a. Mengetahui adanya iritasi peritoneal Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih bila disertai spasme otot, menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietale. Temukanlah daerah ini setepatnya. Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah rasa sakitnya. Kemudian lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu jari untuk menentukan daerah nyeri, atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri lepas. Tekan jari Anda pelanpelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan Anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada penekanan), dikatakan bahwa nyeri lepas tekan positif. b. Hepar Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke- 11 dan ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan tangan kanan. Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atasatau obliq, tekanlah dengan lembut kea rah dalam dan ke atas.



15



Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda, dan Anda dapat meraba permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol. Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita. Letakkanlah kedua tangan Anda bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada inspirasi hepar dan juga lien dan ginjal akan berada pada posisi teraba. c. Lien Letakkan tangan kiri Anda untuk menyangga dan mengangkat costa bagian bawah sebelah kiri penderita. Dengan tangan kanan diletakkan di bawah arcus costa, lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba lien yang membesar. Mintalah penderita untuk bernapas dalamdalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien pada ujung jari Anda. Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak dapat teraba) apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas. Perhatikanlah adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak antara lien dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah. Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan menyebabkan lien terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba. d. Ginjal  Ginjal kanan : Letakkan tangan kiri Anda di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan Anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus. Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak



16



inspirasi, tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk “menangkap” ginjal diantara kedua tangan Anda. Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelanpelan, lepaskan tekanan tangan kanan Anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba, tentukan ukurannya, dan ada/tidaknya nyeri tekan. Gambar.9. Lokasi ginjal dengan pandangan posterior  Ginjal kiri Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan kanan Anda untuk menyanggga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri untuk meraba pada kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan. Ginjal kiri yang normal jarang dapat teraba.  Nyeri ketok ginjal Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi periksalah juga pada daerah sudut costovertebralis. Kadang-kadang tekanan ujung jari dapat menimbulkan nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan nyeri ketok ginjal, letakkan satu tangan pada sudut kostovertebra, dan pukullah dengan sisi unler kepalan tangan Anda. (Bickley, 2012)



BAB III HASIL KEGIATAN PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL



No 1



Aspek yang dinilai Jujur



Baik



Cukup



Kurang



Feedback



17



2



3 4 5



6



7 8



Bertangg ung Jawab Compassi on Mawas Diri Hubunga n dokterpasien Tidak diskrimin atif Mengharg ai orang lain Partisipas i



Penilaian keseluruhan



Sufficient/ Insufficient



KEGIATAN DI PUSKESMAS



No



Kegiatan: (isi dengan √)



18



Theurapetic skills examination&operati on



Leve l of Com pete ncy



Lihat (L); Asisten (A) ; Diskusi (D); Kerja (K) L



A



D



K



Pemeriksaan Fisik 1



2 3



Penilaian keadaan umum Penilaian antropologi (habitus dan postur) Inspeksi leher



4A



4A 4A



4



Palpasi kelenjar ludah (submandibular, parotid)



4A



5



Palpasi nodus limfatikus brachialis



4A



6



Palpasi kelenjar tiroid



4A



7



Penilaian respirasi



4A



8



Inspeksi dada



4A



9



Palpasi dada



4A



10



Perkusi dada



4A



11



Auskultasi dada



4A



12



Palpasi denyut apeks jantung



4A



13



Palpasi arteri karotis



4A



14



Perkusi ukuran jantung



4A



15



Auskultasi jantung



4A























ParafPembim bing



19



16



Pengukuran tekanan darah



4A



17



Pengukuran tekanan vena jugularis (JVP)



4A



18



Palpasi denyut arteri ekstremitas



4A



19



Penilaian denyut kapiler



4A



20



Penilaian pengisian ulang kapiler (capillary refill)



4A



21



Deteksi bruits



4A



22



Inspeksi bibir dan kavitas oral



4A



23



Inspeksi tonsil



4A



24



Penilaian pergerakan otot-otot hipoglosus



4A



25



Inspeksi abdomen



4A



26



Inspeksi lipat paha/ inguinal pd saat tekanan abdomen meningkat



4A



27



Palpasi (dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta, rigiditas dinding perut)



4A



28



Pemeriksaan bimanual ginjal



4A



29



Pemeriksaan nyeri ketok ginjal



4A



30



Perkusi kandung kemih



4A



31



Palpasi kelenjar limfe



4A















20



Penunjang 1



Persiapan dan pemeriksaan morfologi sel darah



4A



2



Pemeriksaan darah lengkap/ rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)



4A



3



Pemeriksaan profil pembekuan (bleeding time, clotting time)



4A



4



Laju endap darah/kecepatan endap darah (LED/KED)



4A



5



Permintaan pemeriksaan hematologi berdasarkan indikasi



4A



6



Permintaan pemeriksaan imunologi berdasarkan indikasi



4A



7



Pemeriksaan golongan darah dan inkompatibilitas



4A



8



Permintaan & interpretasi pemeriksaan X-ray: foto polos



4A



9



Injeksi (intrakutan, IV, subkutan, IM)



4A























Komunikasi 1



Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan



4A



2



Menulis rekam medik dan membuat pelaporan



4A







21



Kedokteran Komunitas 1



Mengenali perilaku dan gayahidup yang membahayakan



4A



2



Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas



4A



3



Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan



4A



4



Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien



4A



5



Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi, pemeriksaan medis berkala dan dukungan sosial























4A



Melaksanakan 6 √ √ program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) 6 Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan Nama Mahasiswa:…………………………………………………………………



Nama Pembimbing : dr. Muhammad Amin



22



Tanda Tangan Pembimbing



.................................... Tanggal ................................



BAB IV PEMBAHASAN DAN MANFAAT 4.1 Hari Pertama ( Bagian Farmasi )



23



Sebelum merefleksikan mengenai kegiatan belajar lapangan pada hari pertama ini, saya akan sedikit menyinggung mengenai farmasi itu sendiri. Farmasi berasal dari Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti: obat merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Pada hari pertama saya melakukan kegiatan belajar lapangan, saya ditempatkan di bagian ini, pasien yang sudah di periksa oleh dokter atau berkonsultasi oleh dokter di bagian BP umum selanjutnya mereka akan di berikan resep yang nantinya akan di kemas atau di racik ( PUYER ) di bagian farmasi ini, bukan hanya obat jenis puyer yang ada di puskesmas ini, namun tersedia berbagai bentuk obat seperti tablet dan sirup. ( Katzung. 2013 ) Pada hari pertama praktik kerja lapangan yang saya lakukan di puskesmas jagasatru, saya diajarkan bagaimana kita membaca resep dokter, bukan hanya membaca, namun kita juga harus dituntut untuk bisa menentukan obat apa yang sudah dokter resepkan ke pasien, selain itu pada resep dokter juga kita harus mengerti dosis atau kadar obat yang harus kita minum tiap hari, hal tersebut agar pasien yang sedang mengalami kondisi patologis bisa segera kembali ke kondisi normal, tentunya dengan takran atau dosis yang sesuai dengan ketentuan, sebagai contoh yang tejadi pada pasien yang berkunjung di puskesmas jagasatru, mereka rata rata diberikan obat parasetamol berserta obat penunjang lainnya. Parasetamol ini merupakan obat yang bertujuan untuk menurunkan kondisi demam serta rasa sakit, paracetamol mengurangi rasa sakit dengan cara mengurangi produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol menghalangi produksi prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa sakit. Paracetamol juga bekerja dengan memengaruhi bagian otak yang berfungsi mengendalikan suhu tubuh. Parasetamol merupaka obat yang umum dan dapat dijual bebas di apotek, parasetamol juga terdapat kapsul, tablet dan cair, namun hanya tablet saja yang



24



tersedia di puskesmas jagasatru ini. Dosis yang dianjurkan dalam menggunakan parasetamol ialah, usia lebih dari 16 tahun dianjurkan meminum dengan takaran 500 miligram, 12-16 tahun 480-750 miligram, 10-12 tahun 480-500 miligram, 8-10 tahun 360-375 miligram, 6-8 tahun 240-250 miligram, 4-6 240 miligram, 2-4 tahun 180 miligram, 6-24 bulan 120 miligram, 3-6 bulan 60 miligram, 2-3 bulan setelah imunisasi 60 miligram, biasanya parasetamol dapat diminum 4-6 jam sekali. ( Tanto. 2014 ) Selain itu, saya juga belajar mengenaik pelabelan atau etiket, etiket itu sendiri memiliki berbagai perbedaan berdasarkan jenis obat yang di pakai, misalnya obat yang berbentuk tablet atau kapsul akan beretiket biasa berwarna putih, sedangkan obat sirup akan memilik perbedaan etikan berdasarkan eterangan jenis obatnya. Pada saat di ruangan farmasi, dikarenakan puskesmas utamanya yang sedang di renovasi hal tersebut menghambat proses penyediaan obat obatan yang yang ada, sebagai contoh saat itu ada pasien yang sudah menunggu sekitar 30 menitan untuk menunggu obat salep gatal gatal, dikarenakan tempat yang kurang luas untuk penyediaan obat obatan dan dikarenakan kondisi puskesmas yang sedang di renovasi mengakibatkan ketidak tersediaan obat salape tersebut. Namun hal tersebut tidak menghalangi semangat para apoteker yang ada di puskesmas jagasatru, mereka terus mencari stok dari obat tersebut di berbagai tempat, sampai mereka mencari ketersediaan obat di puskesmas yang sedang di renovasi. 4.2 Hari Kedua ( Bagian Laboratorium ) Pada hari kedua saya ditempatkan di bagian laboratorium di puskesmas jagasatru, pada hari kedua ini, bisa dikatakan kondisi pasien yang berobat ke puskesmas jagasatru sedikit yang melakukan tes laboratorium, sekitar sampai jam 09.00 WIB baru ada pasien pertama yang melakukan tes di laboratorium. Di laboratorium puskesmas jagasatru ini sudah dibilang lengkap dalam melakukan berbagai jenis tes laboratorium salah satunya ialah tes Hb, tes golongan darah, leukosit, trombosit, tes HIV dan IMS, tes kadar gula darah, tes kadar asam urat. Namun dengan adanya renovasi di puskesmas jagasatru sehingga pemeriksaan leukosit dan trombosit tidak bisa dilakukan dikarenakan ketidak tersediaan mikroskop yang ada pada puskesmas sementara ini.



25



Saat saya belajar pemeriksaan Hb di kampus, pemeriksaan ini menggunakan alat yang bisa dibilang sederhana dan menggunakan metode dasar, yaitu metode sahli, perinsip dari metode sahli ialah mengukur kadar Hb berdasarkan warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCL 0,1 N. Namun yang saya temukan pada pemeriksaan Hb di puskesmas jaga satru tidak menggunakan metode sahli, hal tersebut dikarenakan alasan ketersediaan waktu mengingat menggunakan metode sahli harus membutuhkan waktu yang bisa terbilang lama, namun mereka menggunakan alat photometer 5010, alat ini bisa dibilang alat yang sudah canggih, alat ini bisa mengukur kadar Hb, kadar asam urat, kadar gula darah. Alat ini juga melakukan perhitungan dengan cepat hanya sekitar 1 menit. Hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianida. Absorbensi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm. Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah hemoglobin, oxyhemoglobin, methemoglobin, dan karboxymoglobin menjadi cyanmethemoglobin, sedang sulfhemoglobin tidak berubah karena tidak diukur. Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar cyanmethemoglobin yang ditanggungkan kadarnya stabil dan dapat dibeli. Larutan drabkin teridri atas natrium bikarbonat 1 gram, kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200 mg, aqudest 100 ml. (Gandasoebrata, 2006) Metode cyanmethemoglobin adalah yang paling popular karena metode ini secara praktis mengukur seluruh hemoglobin, selain sulfohemoglobin. Kelebihan dari metode ini adalah standar yang digunakan tetap stabil dalam waktu yang lama. Menurut metode ini, darah dicampur dengan larutan Drabkin untuk memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada panjang gelombang 540 nm dalam calorimeter fotoelektrik atau spektrofotometer. Penggunaan HbCN dalam menentukan kadar hemoglobin yaitu dengan mengencerkan darah sebanyak 250 kali dalam volumenya dengan larutan Drabkin (Ronardy, 2002) Ketika selesai memeriksa kadar Hb serta tes HIV pada pasien pertama yang sedang hamil, saya beserta pembimbing saya ( Ibu Farida) selanjutnya melakukan konseling beserta pengambilan darah di KUA yang bertujuan untuk mengetahui apakah mereka positif atau negatif terhadap infeksi HIV. Peserta sekitar 13 orang yang terdiri dari pasangan yang nantinya akan menikah, ada



26



juga pasangan yang hanya ingin mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak pada virus HIV. Saya sebagai mahasiswa hanya melakukan prosedur Informed Consernt pada peserta yang akan melakukan pemeriksaan tes HIV, disitu saya tidak menerapkan prinsip 7 secret pada prosedur dasar anamnesi dikarenakan ketersediaan waktu yang tidak memedai dan jumlah peserta juga, disitu saya hanya menanyakan dan mengisikan formulin ketersediaan dalam melakukan tes HIV serta IMS dan juga saya menanyakan kepada peserta apakah mereka bersedia dilakukan tes ini.



4.3 Hari Ketiga ( Bagian Posyandu ) Pada hari ketiga saya ditempatkan di bagian posyandu, posyandu di puskesmas jagasatru ini mulai melakukan kegiatannya pada pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, selain kegitan posyandu, ada pula poswindu yang dikhususkan untuk lansia, para lansia dan balita yang melakukan imunisasi di RT9 terbilang cukup banyak, hal tersebut menunjukan bahwa peran puskesmas yang menjadi pusat kesehatan masyarakat di desa berperan sangat besar, pasalnya dari jumlah yang ada dapat di jadikan patokan bahwa masyarakat juga menyadari sepenuhnya bahwa kesehatan itu sangat penting, hal tersebut tidak lepas dari peranan puskesmas dalam melakukan konseling, penyuluhan mengenai kesehatan. Para balita yang datang ke posyandu rata rata melakukan imunisasi dengan rutin, mereka menyadari bahwa imunisasi sangat penting bagi kesehatan buah hatinya, hingga mereka hafal jadwal jadwal kapan harus dilakukan imunisasi tersebut. Di dalam sistem imunisasi ada ketntuan ketentuan yang secara bertahap harus di berikan pada balita yang diberikan < 9 bulan, berikut ketentuan pemberian imunisasi ketika berumur 0 bulan maka akan di imunisasi jenis hepatitis B, ketika 1 bulan diberikan imunisasi BCG, polio 1, ketika umur 2 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 1, polia 2, ketika umur 3 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 2, polio 3, ketika umur 4 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib 3, polio 4, ketika umur 9 bulan diberikan imunisasi campak. Jenis pemberian imunisasi juga beragam, ada yang diberikan secara injeksi dan oral, namun menurutu petugas imunisasinya pemberian imunisasi secara oral tidak begitu efektif, justru dikhawatirkan vaksin yang sudah dilemahkan akan bermuatasi ketika dibuang lewat feses sehingga akan menghasilkan patogen yang telah bermutasi dan jauh lebih infeksius untuk



27



kalangan balita yang tidak diberi imunisasi, namun karena tidak tersedianya secara merata vaksin yang diberikan secara infeksi tersebut terpaksa petugas puskesmas memberikan secara oral, namun untuk tahun 2017 pemerintah akan menyebar ratakan semua vaksin yang diberikan secara injeksi, sehingga akan mencegah patogen yang berbahaya pada balita yang tidak diberikan imunisasi. ( Tanto. 2014 ) Untuk poswindu dikhususkan untuk lansia, mereka akan ditensi secara rutin per bulan untuk di pantau oleh petugas, selain itu mereka juga diberikan obat darah tinggi, obat glukosa, atau keluhan lain yang dirasa oleh para lansia nantinya petugas akan memberikan obat kepada lansia secara gratis. 4.4 Hari Keempat ( Bagian BP Umum ) Pada hari keempat saya ditugaskan di bagain BP umum, disini saya mempelajari berbagai keahlinhan klinis maupun komunikas yang menjadi dasar skil bagi seorang dokter, saat saya mengamati atau mengobservasi bagaimana dr. Muhammad Amin melakukan berbagai berbagai pemeriksaan namun mayoritas di puskesmas jagasatru hanya pemeriksaan thorax yang dilakukan dr. Amin, beliau pertama melakukan anamnesis yang singkat, hal tersebut dikarenakan faktor jumlah pasien yang begitu banyak sekitar > 100 pasien setiap harinya membuat dr. Amin mengalami kewalahan jika beliau harus melakukan 7 secret anamnesis yang menjadi dasar kita untuk menggali informasi yang ada, beliau melakukan 7 secret tersebut namun hanya secara garis besarnya saja, dan itu terbukti efektif saat kita melakukan praktik lapangan dengan jumlah pasien yang melebihi kuota kemampuan kita. Pengertian Anamnesa/Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Diagnosis, Prognosis, Terapi dan Tindakan Medis. Anamnesis berasal dari kata Yunani anamimneskein, yaitu pengambilan data dari seorang pasien medis atau psikiatrik tentang penyakit, kehidupan dan kejadian sekarang atau di waktu yang lampau. Anamnesa dilakukan dengan cara tanya jawab antara dokter dan pasiennya. Di samping mendengarkan keluhan penderita, dokter juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit pasien tersebut. Dokter dapat menduga sebagian besar penyakit yang diderita oleh pasiennya. Meskipun penyakit yang di idap oleh penderita/pasien sudah jelas, atau bahkan sudah di sebutkan sendiri oleh pasien, biasanya dokter masih bertanya tentang lamanya penyakit yang di derita dan obat-obatan yang pernah dipakai, sehingga diketahui lebih jelas keadaan pasien pada saat itu. Biasanya mendahului lanjutan, seperti



28



pemeriksaan badan atau laboratorium. Anamnesa sendiri terbagi menjadi dua cara yaitu : a. Auto Anamnesa yaitu tanya jawab antara pasien dengan dokter secara langsung karena si pasien dapat menjawab pertanyaanpertanyaan yang di lakukan oleh dokter. b. Allo Anamnesa yaitu kegiatan tanya jawab yang di lakukan oleh dokter dengan keluarga atau saudara dekat pasien yang di anggap mengetahui banyak tentang keadaan pasien. Biasanya yang menggunakan metode anamnesa jenis ini karena pasien masih balita atau anak-anak, pasien tidak sadar dan juga bisa dalam keadaan gangguan jiwa. Dalam melakukan anamnesis, hal yang pertama harus dilakukan adalah menanyakan identitas umum pasien. a. Nama lengkap b. Jenis kelamin c. Umur d. Alamat e. Pekerjaan f. Status perkawinan g. Agama h. Suku Bangsa ( Bickley. 2014 ) Setelah melakukan anamnesis prosedur dasar yang dilakukan adalah melakukan TTV ( tanda tanda vital ) yang terdiri dari ukur tinggi dan berat badan, ukur tekanan darah, hitung frekuensi denyut nadi dan respirasi, dan ukur suhu tubuh, Setelah melakukan TTV ( tanda tanda vital ) langkah selanjutnya ialah melakukan pemeriksaan fisik, dasar pemeriksaan fisik ialah inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi ( PF Torak ), inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi ( PF Abdomen ) namun yang saya dapatkan selama observasi di saming dr. Amin, beliau hanya melakukan palpasi dan auskultasi, hal tersebut dikarenakan faktor waktu dan jumlah pasien yang datang ke tempat puskesmas jagasatru, namun melakukannya dengan tepat dan mendiagnosis secara tepat dalam pemberiaan diagnosis pasien, hal tersebut tentunya skil yang sudah beliau asah selama masa praktiknya. ( Bickley. 2014 )



29



Berbagai pasien yang berkunjung di puskesmas jagasatru rata rata mengalami demam, flu, batuk, radang, alergi, hal tersebut biasanya terjadi pada anak anak umur dibawah 10 tahun. Proses terjadinya demam ialah Partikel virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi, selanjutnya perangkat sistem imun tubuh, seperti fagosit, leukosit, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh granular besar, akan aktif untuk merespon adanya bentuk infeksi tersebut. Terjadi peningkatan panas akibat produksi sitokin pirogen yang meningkat pula karena ada aktivitas rangsangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin yang dikeluarkan virus yang menyebabkan infeksi. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang wajar maka efeknya akan menguntungkan tubuh, seperti meningkatnya sistem imun. Namun, apabila peningkatan ini telah melampaui batas kritis maka dipastikan sitokin akan berbahaya bagi tubuh. Secara pasti batas kritis dari sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui. Selama terjadinya peningkatan panas pada tubuh, perangkat sistem imun juga mensintesis beberapa senyawa kimia, diantaranya adalah pirogen endogen IL-1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon), yang berperan untuk menetralisir panas berlebih di tubuh. Pirogen endogen ini bekerja di sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis). Selanjutnya, OVLT ini akan mensintesis prostaglandin sehingga menimbulkan peningkatan suhu tubuh (demam). Mekanisme demam juga dapat terjadi melalui jalur lainnya (non prostaglandin), yaitu melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh protein yang disebut MIP-1 (machrophage inflammatory protein-1). Gejala khas yang terjadi adalah timbulnya meriang atau menggigil pada tubuh akibat peningkatan produksi panas, yang kemudian dikeluarkan melalui kulit. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. ( Sudoyo, 2014 ) Namun saya menemukan pasien dengan keadaan penyakit katarak, beliau mungkin jarang kontrol atau konsultasi ke dokter mengenai gejalanya, Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang. Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain a. Usia lanjut dan proses penuaan b. Congenital atau bisa diturunkan.



30



c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata. b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus. c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi. d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. (Corwin,2000) 4.5 Hari Kelima ( Bagian KIA ) Pada hari kelima saya ditempatkan pada bagian KIA ( kesehatan ibu dan anak ) pada ruangan KIA di puskesmas jagasatru sudah terbilang lengkap pasalnya sudah tersedia alat USG yang dapat melihat perkebangan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan, selain itu terdapat konseling dan program KB ( keluarga berencana ), namun setiap hari hanya beberapa pasien yang melakukan pemeriksaan entah itu pemeriksaan janin, konseling atau program KB, hanya sekitar 12 orang tiap hari yang berkunjung di bagian KIA pada puskesmas jagasatru. Ultrasonografi (USG) merupakan sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan. Ultrasonografi tidak menggunakan radiasi. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Pemeriksaan USG sangat membantu pemantauan kondisi janin yang berada dalam kandungan, kita dapat memantau perkembangan dan pertumbuhan janin, dapat membatu mengetahui apakah posisi janin berada pada batas yang normal atau tidak normal sebagai contoh pada bulan ke 8 yang seharusnya posisi



31



kepala janin harus berada di bawah sedangkan itu janin mengalami kelainan dalam lokasi sebenernya, hal tersebut dapat dijegan dengan pemeriksaan USG yang nantinya praktisi klinisi ( dokter ) akan melakukan evaluasi tindakan selanjutnya pada janin tersebut agar selamat dan dapat keluar dari kandungan ibu dengan selamat serta ibu nya juga dapat terselamatkan.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil belajar lapangan di puskesmas jagasatru selama satu minggu penuh, saya di tempatkan di berbagai tempat di puskesmas jagasatru, mulai di hari pertama di bagian farmasi, di hari kedua di bagian laboratorium, di hari ketiga di bagian posyandu, di hari keempat dibagian



32



BP umum, di hari kelima dibagian KIA dan dihari keenam dibagian posyandu, dari keseluarahan itu didapatkan satu fokus utama dalam menjalankan profesi pekerajaan kita, khususnya kita sebagai calon dokter, yaitu kita dituntut untuk menjadi dokter yang berkompeten yang profesional serta bertanggung jawab dengan niat dasar menolong pasiaen. Namun perlu saya tekankan untuk fokus utama kita sebagai dokter adalah bagaimana kita melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien yang dilakukan secara empati dan pemeriksaan fisik sebagai dasar pemeriksaan untuk menegakakan diagnosis tentunya kita harus melihat situasi, waktu dan jumlah pasien yang ada pada tempat praktik kita. 5.2. Saran Kita sebagai mahasiswa kedokteran jangan pernah puas dengan apa yang kita dapat mengenai ilmu pengetahuan dan kita harus dapat mengaplikasikannya secara kontinue agar kita paham dan ahli kelak kita sudah diberikan amatan sebagai dokter, jadilah dokter yang teladan seperti halnya pembimbing kita dr. Muhammad Amin yang dapat menempatkan komunikasi yang efektif pada pasien dan menempatkan waktu yang seefektif mungkin untuk melakukan pemeriksaan fisik.



DAFTAR PUSTAKA Bickley, Laynns S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta: EGC Gandasoebrata. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat



Katzung, Bertram G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC



33



Ronardy. D. H. 1995. Kartu Menuju Sehat. Jakarta: EGC Sudoyo, dkk. 2014. Buku Ajar IPD Edisi 6 Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing Tanto C. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius