Kesehatan Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN KOMUNITAS II “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT KESEHATAN SEKOLAH”



Disusun oleh :



KEZIA IRENE JOSEPH (20170303028) KANIA SEPHIA PUTRI (20170303002) DITA NURFINA (20170303022)



Nama Dosen : Satria Gobel, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep. Kom



Program Studi Keperawatan Universitas Esa Unggul Jakarta 2020



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sebuah lembaga formal, tempat anak didik memperoleh pendidikan dan pelajaran yang diberikan oleh guru. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan, agar mampu berdiri sendiri dalam masyarakat. Di dalam pengembangan nasional, anak merupakan investasi pembangunan dalam bagian tenaga kerja dan pewaris negara di masa depan, maka pembinaan untuk anak perlu dimulai sejak dini. Departemen Kesehatan melakukan berbagai usaha atas tanggung tanggung jawabnya terhadap kesehatan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. Salah satu usaha yang dilakukan dan terus dikembangkan adalah Usaha Kesehatan Sekolah atau yang disebut dengan UKS. Program UKS pada semua jenis dan tingkat pendidikan, baik Sekolah Negeri maupun Swasta mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, khusus pengembangan UKS tingkat Sekolah Dasar penyelenggaraannya bersama-sama dengan lembaga pendidikan mulai tingkat daerah sampai tingkat pusat. Pendidikan kesehatan memiliki berbagai tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki ketrampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang secara harmonis, menerpakan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal. Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau mempromosikan derajat kesehatan peserta didik. Penyelenggaraan program kesehatan sekolah sebagai upaya untuk mencapai tujuan pengembangan kemampuan hidup, sebagai syarat utama tercapainya derajat kesehatan yang optimal, dan selanjutnya menghasilkan tenaga kerja yanag berkualitas. Dengan adanya UKS sebagai saluran utama untuk pendidikan kesehatan, diharapkan pada akhirnya bukan masyarakat sekolah saja yang menjalankan hidup sehat, tetapi masyarakat sekitar juga akan menjalankan hidup sehat dalam kesehariannya



B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah : 1. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada agregat kesehatan sekolah 2. Tujuan Khusus : -



Mahasiswa mampu memahami tentang konsep keperawatan kesehatan sekolah



-



Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan kesehatan sekolah



-



Mahasiswa mampu memahami tentang program usaha kesehatan sekolah



C. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah setiap pembaca mampu memahami dana mempraktikan dalam kehidpan sehari-hari mengenai asuhan keperawatan kesehatan sekolah.



BAB II PEMBAHASAN



KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH Teori model keperawatan kesehatan sekolah A. Comprehensive School Health Model Comprehensive School Health Model adalah kerangka kerja yang diakui secara internasional dalam upaya kerja yang diakui secara internasional dalam upaya kesehatan sekolah untuk mendukung perbaikan hasil pendidikan siswa yang dilakukan dengan cara yang terencana, terpadu dan holistik. Comprehensive school health model merupakan model kesehatan sekolah yang tidak hanya membahas tentang kondisi kelas tetapi mencakup keseluruhan lingkungan sekolah yang mencakup empat pilar yaitu, 1. Lingkungan sosial dan fisik, 2. Proses mengajar dan belajar, 3. Kebijakan sekolah yang sehat, 4. Kemitraan dan layanan. Pelaksanaan keempat pilar tersebut diselaraskan agar dapat mendukung siswa dalam mewujudkan potensi penuh mereka sebagai peserta didik dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan produktif. Prinsip Comprehensive school health model a) Mengakui bahwa siswa yang sehat akan belajar lebih baik dan berprestasi lebih tinggi b) Mengerti bahwa sekolah dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan dan perilaku siswa c) Mendorong pilihan gaya hidup sehat, dan mendorong kesehatan dan kesejahteraan siswa d) Menggabungkan kesehatan ke dalam semua aspek sekolah dan pembelajaran e) Menghubungkan masalah dan sistem kesehatan dan pendidkan f) Membutuhkan partisipasi dan dukungan Pilar Comprehensive School Health Model



1. Lingkungan Sosial Dan Fisik a. Lingkungan sosialnya adalah : -



Kualitas hubungan antara dan antar staf dan siswa disekolah



-



kesejahteraan emosional siswa



-



Dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga dan masyarakat luas



b. Lingkungan fisik meliputi : -



Bangunan, lapangan, tempat bermain, dan peralatan di dalam dan sekitar sekolah



-



Fasilitas dasar seperti sanitasi dan kebersihan udara



2. Mengajar dan belajar Sumber daya, kegiatan dan kurikulum provinsi / wilayah di mana siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sesuai usia, membantu membangun keterampilan untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan sehat. 3. Kebijakan sekolah sehat Praktik manajemen,proses pengambilan semua tingkat yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan, dan membentuk lingkungan sekolah yang hormat, ramah dan peduli 4. Kemitraan dan Layanan Kemitraan adalah : -



Hubungan antara keluarga sekolah dan siswa



-



Hubungan kerja yang mendukung sekolah(staf dan siswa), antara sekolah, dan antara sekolah. dan organisasi masyarakat lainnya dan kelompok perwakilan



-



Kesehatan, pendidikan dan sektor lain yang bekerja sama untuk memajukan kesehatan sekolah.



Layanan adalah : Layanan berbasis masyarakat dan sekolah yang mendukung dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan siswa dan staf.



Pelaksanaan Trias Usaha Kesehatan Sekolah



Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah / madrasah sehat yang dikenal dengan nama tiga program pokok UKS ( TRIAS UKS ). A. Pendidikan kesehatan Adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan tuntukan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi ( fisik, mental, dan sosial ) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui kegiatan intrakuler dan ekstrakurikuler. 1. Tujuan pendidikan kesehatan : a. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur b. memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat c. memiliki



keterampilan



dalam



melaksanakan



hal yang berkaitan



dengan



pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. d. Memiliki perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) e. mengerti dan dapat menerapkan prinsip - prinsip pencegahan penyakit f. memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba, arus informasi, dan gaya hidup yang tidak sehat ) 3. Pelaksanaan Pendidikan Indonesia Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui a. Kegiatan kurikuler pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran. pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) khususnya pada standart isi yang telah diatur dalam peraturan mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 1. Taman Kanak-kanak/raudhatuh athfal. pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan garis garis besar program pengajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. yang diberikan pengenalan, pembangkit minat, dan penanaman kebiasaan hidup sehat, materi pendidikan kesehatan mencakup : a. Kebersihan dan kesehatan pribadi b. kebersihan dan kerapihan lingkungan



c. makanan dan minuman sehat. 2. Sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah pelaksanaan pendidikan kesehatan. melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksaanaan pendidikan pada jam pelajaran. pelaksanaanya diberikan melalui peningkatan pengetahuan penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, perawatan kesehatan. Materinya mencakup : a. Menjaga kebersihan b. Mengenal pentingnya imunisasi c. Mengenal makanan sehat d. Mengenal bahaya penyakit seperti diare, dbd, dan influenza e. Menjaga kebersihan lingkungan f. Membiasakan buang sampah pada tempatnya g. Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi h. Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan i. Mengenal bahaya narkoba j. Mengenal cara menolak penggunaaan narkoba k. Mengenal cara perlakukan penolakan pelecehan seksual. 3. Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan ( KTSP ) khususnya pada standart isi yang telah diatur dalam peraturan mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. dimana untuk pendidikan



kesehatan



pelaksanaanya



dilakukan



melalui



peningkatan



pengetahuan,



keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat, terutama melalui pemahaman penafsiran konsep-konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat. materi mencakup : a. memahami pola makan sehat b. memahami perlunya keseimbangan gizi d. memahami berbagai penyakit menular seksual e. mengenal bahaya seks bebas f. memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari lingkungan yang tidak sehat



g. memahami cara menghindari bahaya kebakaran h. memahami cara menghadapi berbagai bencana alam. 4. Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliya Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. materinya mencakup : a. Menganalisis bahaya penggunaan narkoba. b. Memahami berbagai peraturan perundang uandangan tentang narkoba. c. Menganalisis dampak seks bebas d. Memahami cara menghindari seks bebas e. Memahami cara menghindari penularan seks bebas. 5. Sekolah Luar Biasa Pendidikan Kesehatan Pada SDLB, SMPLB, Dan SMALB Dilakukan sesuai dengan kurikulum, materi, maupun metode pengajarannya disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat kemampuan peserta didik, tingkat kemampuan guru serta situasi dan kondisi sekolah, peserta didik, sarana dan fasilitas pendidikan yang tersedia. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk kegiatan pada waktu libur ) yang dilakukan disekolah/madrasah ataupun diluar sekolah dengan tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia indonesia seutuhnya. Kegiatan ektrakurikuler mencakup kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah/madrasah sehat. Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara lain : a. Wisata siswa b. Kemah ( persami ) c. Ceramah, diskusi d. Lomba - lomba e. Bimbingan hidup sehat f. Apotik hidup g. Kebun sekolah h. Kerja bakti i. Majalah dinding



j. Pramuka k. Piket sekolah l. Pendekatan dan metode Pendekatan dan Metode Dalam Pendidikan Kesehatan a. Pendekatan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pendidikan kesehatan antara lain ialah: 1) Pendekatan individual 2) Pendekatan kelompok: a) kelompok kelas; b) kelompok bebas, c) lingkungan keluarga. Agar tujuan pendidikan kesehatan bagipara peserta didik dapat tercapai secara optimal, dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Sesuai dengan tingkat kemampuan danperbedaan individual b) Melibatkan peran aktif peserta didik sebanyak-banyaknya 3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat 4) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya alih teknologi 5) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional 6) Mengikuti/memperhatikan perkembangan pengetahuan dan teknologi b. Metode dalam proses belajar mengajar guru dan pembina dapat menggunakan metode; a) Belajar kelompok; b) Kerja kelompok/ penugasan; c) Diskusi/ceramah; d) Belajar perorangan; e)Pemberian tugas; f) Karya wisata; g) Bermain peran; h)Tanya jawab; i) Simulasi; B. Pelayanan Kesehatan a. Tujuan pelayanan kesehatan meliputi : 1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat 2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit. Kelainan dan cacat. 3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit, kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera / cacat agar dapat berfungsi optimal.



b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di sekolah Dilaksanakan oleh Tim Kesehatan Puskesmas bekerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Pelayanan Kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh (komprehensif), dengan mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta didukung kegiatan kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal meliputi: a. Kegiatan Peningkatan (Promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan secara ekstrakurikuler, yaitu: -



Latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharan kesehatan, dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan, antara lain: Dokter Kecil; Kader Kesehatan Remaja; Palang Merah Remaja; Saka Bhakti Husada.



-



Pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah antara lain: Pembinaan



-



Kantin Sekolah sehat; Pembinaanlingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor pembawa penyakit.



-



Pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)



b. Kegiatan Pencegahan (Preventif). Kegiatan pencegahan dilaksanakan peningkatan daya tahan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit, yaitu: -



Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-penyakit tertentu, antara lain demam berdarah, kecacingan, muntaber.



-



Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah.



-



Pemeriksaan berkala kesehatan tiap 6 bulan.



-



Mengikuti pertumbuhan peserta didik.ims



-



Immunisasi peserta didik kelas I dan kelas VI di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.



-



Usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan perguruan agama.



-



Konseling kesehatan remaja di sekolah dan melalui kegiatan tubuh, kegiatan (memonitoring/memantau) perguruan agama oleh kader kesehatansekolah, guru BP dan



guru agama dan puskesmas oleh dokter Puskesmas oleh dokter Puskesmas atau tenaga kesehatan lain. c. Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal, yaitu: Diagnose dini; Pengobatan ringan; Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit; dan Rujukan medic c. Tempat pelayanan kesehatan terhadap peserta didik dilakukan -



Di sekolah/madrasah dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan



-



Di Puskesmas dan instansi kesehatan jenjang berikutnya sesuai kebutuhan.



d. Metode pelayanan kesehatan a. Pelayanan Kesehatan di Sekolah/madrasahdilakukan sebagai berikut: Sebagian kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah perlu di delegasikan kepada guru, setelah guru ditatar/ dibimbing oleh petugas Puskesmas. Kegiatan tersebut adalah kegiatan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif) pengobatan sederhana pada waktu terjadi kecelakaan atau penyakit sehingga selain menjadi kegiatan pelayanan, juga menjadi kegiatan pendidikan. Sebagian lagi pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan. Pelayanan dan dilakukan hanya boleh dilakukan oleh petugas Puskesmas dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan secara terpadu (antara kepala sekolah/madrasah dan petugas Puskesmas) b. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas bagi peserta didik yang dirujuk dari sekolah/madrasah (khusus untuk kasus yang tidak dapat diatasi oleh sekolah/madrasah). Untuk itu perlu diadakan kesepakatan dalam rapat perencanaan tentang pembiayaan peserta didik yang dirujuk ke Puskesmas. Sekolah/madrasah sebaiknya mengupayakan dana UKS untuk pembiayaan yang diperlukan agar masalah pembiayaan tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan. Untuk ini setiap peserta didik harus memiliki buku/kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan kesehatan.



Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Pembinaan ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan sehat disekolah yang memungkinkan setiap warga sekolah mencapai derajat kesejahteraan setinggi tinggi nya dalam angka mendukung pencapaian proses belajar yang maksimal. 1. Identifikasi faktor resiko lingkungan sekolah identifikasi faktor resiko dilakukan dengan cara pengamatan visual dengan menggunakan intrument pengamatan. 2. Perencanaan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya mengatasi masalah atau menurunkan resiko kesehatan lingkungan yang disusun secara sistematis dan terukur. 3. Intervensi terhadap faktor resiko lingkungan dan perilaku pada prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu, penyuluhan, perbaikan sarana dan pengendalian. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau dari pihak luar yang dipergunakan. Perbaikan sarana bila diidentifikasi dan penilaian faktor resiko lingkungan ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan standart. Pengendalian untuk menjaga dan meningkatkn kondisi kesehatan lingkungan. A. Pemelihara ruang bangunan : -



Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari kotoran sampah



-



Pembersihn ruang sekolah dan halaman minimal sekali dalam sehari



-



Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk menghilangkan debu



-



Membersihkan lantai dengan menggunakan antiseptik



-



Lantai harus disapu terlebih dahulu



B. Pencahayaan dan kesilauan -



Pencahayaan ruang kelas harus mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan fungsi ruang.



-



Pencahayaan ruang kelas harus memiliki cahaya buatan



-



Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya



C. Ventilasi



-



Ventilasi ruang kelas harus menggunakan sistem silang agar udara segar dapat menjangkau setiap sudut ruangan



-



Pada ruangan yang menggunakan ac harus sediakan jendela yang bisa dibuka dan ditutup.



-



Agar terjadi penyerapan pada ruangan ber ac jendela harus dibuka lebih dahulu minimal satu jam sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan.



-



Filter ac harus di cuci minimal 3 bulan sekali.



D. Kepadatan ruang kelas minimal setiap peserta didik mendapat tempat seluas 1,75M2. E. Jarak papan tulis -



Jarak papan tulis dengan peserta didik minimal 2,5 M



-



Jarak papan tulis dengan peserta paling belakang minimal 9 M



-



Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan masker



F. Sarana cuci tangan -



Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun



-



Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan



-



Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan minimal seminggu sekali.



G. Kebisingan. Untuk mengurangi kebisingan agar tercpainya ketenangan dalam proses belajar, maka dapat dilakukan dengan cara : -



Lokasi jauh dari keramaian



-



Penghijauan dengan pohon berdaun lebar dan tebal



-



Pembuatan pagar tembok yang tinggi



H. Air bersih -



Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran tangki septic



-



Bila terjadi keretakan pada dinding sumur, segera perbaiki



-



Tempat penampungan air harus selalu dibersihkan.



I. Toilet -



Toilet harus selalu dalam keadaan bersih



-



Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam seminggu



-



Menggunakan disinfektan untuk membersihkan lantai, closet serta urinoar



-



Tersedia sarana cuci tangan dan sabun cuci tangan



G. Sampah -



Tersedia tempat sampah disetiap ruangan



-



Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari



-



Pembuangan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara ke tempat pembuangan sampah.



H. Sarana pembuangan air limbah membersihkan salurah pembuangan limbah terbuka minimal seminggu sekali agar tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau. I. Vektor ( pembawa penyakit ) agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk demam berdarah: -



Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka pemberantasan sarang nyamuk



-



Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali



-



Bila ada kolam ikan, rewat agar tidak ada jentik



J. Kantin / warung sekolah -



Makanan jajanan harus dibungkus dan tertutup dari debu dan lalat



-



B.makanan tidak kardaluarsa



-



Tempat penyimpanan makanan dalam keadaan bersih, terhindar dari bahan berbahaya.



-



Tempat pengelolaan atau penyimpanan makana harus bersih dan memenuhi syarat bersih



-



Peralatan yang digunakan untuk mengelola dan menyajikan harus bersih



K. Halaman -



Melakukan penghijauan



-



Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala sminggu sekali



-



Menghilangkan genangan air di halaman



-



Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh



L. Desain meja dan kursi peserta didik harus diperhatikan aspek ergonomis permukaan meja/bangku memiliki kemiringan ke arah pengguna sebesar 15% atau sudut 10o M. Perilaku



-



Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan memberikan keteladanan, misalnya tidak merokok di sekolah.



-



Membiasakan membuang sampah pada tempatnya



-



Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah buang air besar, sebelum menyentuh makanan, setelah bermain atau setelah beraktifitas lainnya.



-



Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat.



ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH Asuhan keperawatan anak sekolah adalah salah satu specialisasi dari keperawatan komunitas atau Comunity Health Nursing (CHN) tujuannya meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah dengan keperawatan sebagai salurannya. Asuhan keperawatan sekolah pada umumnya sama dengan asuhan keperawatan pada sasaran lainnya, yaitu : 1. Pengkajian ditujukan kepada : a. Lingkungan sekolah mulai dari : 



Lingkungan Fisik (Halaman, kebun sekolah, bangunan sekolah : meja, papan tulis, kursi, lantai, kebersihan, ventilasi, penerangan, kebisingan, papan tuilis, kepadatan), Sumber air minum, Pembuangan Air Limbah (PAL), Jamban Keluarga, Tempat cucu tangan, kebersihan kamar mandi dan penampungan air, pembuangan sampah, pagar sekolah, dan lain-lain.







Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik baik formal maupun non formal  terutama kenyamanan dalam beljar.







Lingkungan Sosial : hubungan dosen dengan orang tua murid, Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) dan masyarakat sekitar.







Keadaan/pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil.



b. Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan  pelaksanaan PHBS c. Kondisi



kesehatan/fisik



anak



sekolah



terutama screening



tenggorokan, telinga/pendengaran, mata/penglihatan), 2. Diagnosa Keperawatan yang Dapat Dirumuskan pada Anak Sekolah :



test (BB,  TB,



a. Defisiensi aktivitas pengalihan anak sekolah yitu penurunan stimulasi dan atau minat/keinginan untuk rekreasi atau melakukan aktivitas bermain faktor yang berhubungan lingkungan sekolah yang sempit/fasilitas yang tidak mendukung/kurang sumber daya. b. Gaya hdup monoton anak sekolahyaitu menyatakan suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan tingkat aktivitas yang rendah berhungan dengan kurang pengetahuan tentang keuntungan latihan fisik. d. Perilaku kesehatan anak sekolah cenderung beresiko faktor yang berhubungan merolok/mimun alkohol, stress menghadapi tugas atau ujian/kurang dukungan dan lain-lain. e. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan anak sekolah faktor yang berhubungan kurang ketrampilan motorik kasar/motorik/halus atau ketidak cukupan sumber daya. f. Kesiapan meningkatkan status imunisasi anak sekolah batasan karakteristik menunjukkan keinginan untuk meningkatkan status imunisasi/mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan status imunisasi g. Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang berhubungan penyalahgunaa zat/obat-obatan h. Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor yang berhubungan kurang pengetahuan/kurang dukungan sosial/ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak 3. Rencana Asuhan Keperawatan Anak Sekolah Rencana asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan masalah kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan, tetapi pada umumnya dilakukan tindakan berikut ini : o Promosi Kesehatan tentang PHBS o Pelaksanaan Screening Test o Imunisasi DT/TT o Pemberian Makanan Tambahan (PMT) o Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut o Pelatihan dokter/perawat kecil o Pelaksanaan UKS di sekolah setiap hari oleh guru UKS dan dokter/perawat kecil. o Dan lain-lain



PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH A. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah Usaha Kesehatan sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MK (Kemendikbud, 2012). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-21 tahun). Program UKS ini peserta didik tidak hanya berperan sebagai obyek penerima layanan kesehatan tetapi juga sebagai subjek. Anak usia sekolah bersama dengan masyarakat sekolah lainnya yaitu para guru, pegawailainnya di sekolah komite sekolah dan orang tua siswa berperan dalam meningkatkan kesehatannya dan mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat. (Kemenkes, 2011). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Merupakan wadah untuk berbagai program seperti Kesehatan Reproduksi, Gizi, Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, Pengendalian Penyakit, Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, Pengobatan sederhana dan lain-lain. (Kemenkes, 2016). Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah dengan melibatkan masyarakat sekolah baik orang tua, guru, serta komite sekolah dalam berbagai program kesehatan bagi anak sekolah. B. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis serta optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup :



a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan perguruan agama, rumah tangga, maupun lingkungan masyarakat. b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan. c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan menolak terhadap pengaruh buruk dari penyalahgunaan narkoba, alcohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya. C. Masalah Kesehatan Anak Sekolah 1. Cedera Cedera sering terjadi di taman bermain, di lapangan atletik, dan di gymnasium. Cedera tulang (Seperti kram, keseleo, patah tulang, dan dislokasi), cedera gigi, masalah neurologis (Misalnya cedera kepala), cedera mata, luka, lecet, dan memar sering terjadi. 2. Perilaku Merokok Selama beberapa decade terakhir, focus utama terkait masalah kesehatan pada remaja adalah perilaku merokok, minum-minuman beralkohol, dan penggunaan zat-zat terlarang ada kemungkinan remaja yang memiliki perilaku merokok akan melakukan perilaku beresiko tinggi lainnya. Remaja yang merokok berhubungan erat dengan perilaku minum-minuman beralkohol dan obat-obatan lainnya. Merokok pada remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru kronis, kanker paru-paru; faring, kerongkongan dan kandung kemih. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja adalah status ekonomi rendah, tekanan teman sebaya, perilaku orangtua yang juga perokok, persepsi bahwa merokok adalah perilaku yang wajar, rendahnya tingkat prestasi akademik dan keterlibatan dalam geng dengan perilaku kekerasan (CDC, 2012). Hasil survey prevalensi penyalahgunaan narkoba pada kelompok rumah tangga di 20 provinsi pada tahun 2015 yang dilakukan oleh BNN (2016) didapatkan data pada kelompok umur 10-19 tahun menunjukan peningkatan angka prevalensi pengguna narkoba dari



0,7% (2010) menjadi 0,9% (2015), sedangkan dilihat dari tingkat



pendidikan prevalensi tertinggi pada perempuan tamat SLTP (13,4%) yang berusia



20-29 tahun (19,4%). Sementara itu pada kelompok laki-laki, angka prevalensi narkoba pada mereka yang telah menamatkan SLTA (10,3%) sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang tamat SLTP (9,0%). Dari sisi pekerjaan, kebanyakan laki-laki berstatus tidak bekerja (17,6%) yang berbeda dengan mereka yang berstatus pelajar/mahasiswa (13,5%). Sementara itu, The Global Adult Tobacco Survey (GATS) menunjukan prevalensi merokok pada umur 15+ adalah 34,8%, 67% pada pria dan 5 % pada wanita (WHO dan Depkes, 2011). Pencegahan harus ditekankan pada orang muda. Perokok pasif dapat beresiko mengalami kanker mulut; kerongkongan dan faring serta dapat meningkatkan resiko perkembangan penyakit jantung dan stroke. Faktor resiko perkembangan kanker mulut mencakup semua bentuk tembakau. Resiko ini bahkan lebih tinggi ketika penggunaan tembakau dikombinasikan dengan penggunaan alcohol (CDC, Division Of Oral Health, 2006). Oleh karena itu, semua remaja harus memahami tentang penggunaantembakau dan alcohol. Pendidikan dan konseling harus dilakukan kepada siswa yang memiliki perilaku merokok. Membatasi paparan remaja terhadap iklan rokok dan memberikan informasi dampak negative yang



terkait



dengan



perilaku



merokok



sangat



penting



dalam



mencegah



penggunaannya. 3. Penyalahgunaan Zat Penggunaan alcohol dan obat-obatan lainnya memiliki hubungan dengan masalah kesehatan di sekolah seperti cedera, kekerasan, dan kendaraan bermotor. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara penggunaan alcohol dengan penyakit hati, kanker, penyakit jantung, masalah saraf dan kejiwaan terhadap kematian. Obat terlarang yang paling umum digunakan di Indonesia adalah ganja. Jenis narkoba yang pernah dipakai (ever used) paling banyak adalah ganja (57%), diikuti oleh shabu (23%) dan ekstasi (15%) (Mulyani, Endang, dkk 2016). Penggunaan ganja telah dikaitkan dengan masalah kesehatan yang sama seperti tembakau. Penggunaan zat terlarang di kalangan anak sekolah tergambar dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN dan UI bahwa anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ektasi dan sebagainya (Ramadhan, Muhamad labib, 2016).



Penggunaan inhalan, zat yang paling disalahgunakan secara luas dilakukan dengan cara menghirup isi semprotan kaleng aerosol, menghirup lem, menghirup cat atau menghirup semprotan untuk mendapat kenikmatan. Penggunaan steroid anabolic harus tetap menjadi perhatian untuk perawat kesehatan sekolah karena banyaknya jumlah atlet yang menyalahgunakan obat (CDC, 2012). Banyak atlet percaya bahwa steroid anabolic akan menghasilkan peningkatan kekuatan dan massa otot dan meningkatkan kinerja mereka, sehingga banyak siswa mencoba meniru tokoh olahraga professional favoritnya, seperti yang terkenal Tour de France Pesepeda Lance Amstrong, yang telah menggunakan obat ini untuk meningkatkan penampilan mereka. Ada lebih dari 100 jenis obat-obatan steroid anabolic yang pembelian dan penggunaannya harus menggunakan resep. Penyalahgunaan atau penggunaan yang tidak benar dari steroid anabolic dapat mengakibatkan masalah, termasuk gangguan ginjal atau gagal ginjal, kanker hati, masalah kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi, dan perubahan seksual seperti penyusutan testis, pembesaran klitoris dan mempercepat pubertas. (National Institute On Drug Abuse, 2012). 4. Tato dan Tindik Tubuh Tato dan tindik tubuh adalah bentuk ekspresi diri dan perilaku mencari perhatian. Popularitas mereka telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Prosedurnya sering dilakukan di rumah, di jalan-jalan atau di salon, mana teknik steril dan keselamatan tindakan pencegahan tidak dilakukan. Hepatitis C dan resisten Methicillin Staphylococcus aureus telah dikaitkan dengan tato dan tindik tubuh. Fakta ini memberikan kesempatan bagi perawat sekolah untuk mengajar siswa pentingnya membuat keputusan yang sehat pada apakah prosedur tersebut telah dilakukan dan, jika demikian dalam kondisi apa mereka akan dilakukan. 5. Kerusakan Gigi Salah satu keluhan yang paling umum adri anak usia sekolah adalah karies gigi. Ada banyak faktor yang berkontribusi termasuk kebersihan mulut yang buruk, kurangnya air ber-flouride dan kurangnya dana atau asuransi untuk perawatan gigi. Setengah dari anak-anak dari usia 12-15 tahun mengalami karies gigi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak miskin. Celah gigi yang berlubang jika tidak diobati dapat



sangat mempengaruhi kualitas anak hidup dan menimbulkan rasa sakit, bolos sekolah dan penurunan harga diri (CDC, 2011). Sikat gigi yang tepat harus diajarkan bersama dengan kebiasaan gizi yang baik dan pentingnya pemeriksaan gizi secara teratur. Anak-anak juga harus diajarkan hubungan antara makanan tinggi gula dan karies gigi. 6. Gangguan Makan Sangat penting bahwa perawat mengenali hubungan antara perasaan tidak mampu secara finansial dan praktik makan tidak sehat pada remaja. Persepsi diri ini dimulai pada awal kehidupan. Oleh karena itu pendidikan dan konseling harus dimulai di sekolah



dasar.



Pencegahan



harus



berkonsentrasi



pada



menghilangkan



kesalahpahaman tentang gizi, diet, dan komposisi tubuh, dan harus menekankan kesehatan yang optiamal dan kinerja pribadi. Pengaruh luar seperti iklan membuat masalah serius; remaja dan anak-anak dibombardir dengan pesan-pesan seperti “Anda tidak pernah bisa terlalu kurus” dan “Hidup akan menjadi indah jika anda melihat dan berpakaian seperti model”. Perawat harus memperhatikan masalah gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, makan terlalu banyak merupakan gangguan makan yang umum. Anoreksia merupakan peringkat ketiga dari gangguanmakan yang kronik pada remaja (NAANAD, n.d.). Makan terlalu banyak sering dilakukan berulang, makan di luar control dalam jumlah besar baik dalam kondisi lapar atau tidak. Anoreksia adalah asupan makanan yang sangat terbatas berdasarkan rasa takut yang ekstrem dengan penambahan berat badan. Literature telah menunjukan bahwa anoreksia adalah multifactorial, terlihat terutama pada wanita, dan sering berkolerasi dengan disfungsi keluarga atau riwayat pelecehan seksual. Bulimia adalah bentuk anoreksia yang ditandai dengan pola makan yang kacau dengan episode berulang dari makan terlalu banyak diikuti oleh memberi pencahar atau membersihkan perut. Konsekuensi kesehatan dari gangguan makan mungkin termasuk pengurangan kepadatan tulang, dehidrasi berat, kerusakan gigi, dan ketidakseimbangan elektrolit yang fatal. 7. Obesitas



Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang paling cepat meningkat di Negara ini dan mungkin mendekati penggunaan tembakau sebagai penyebab kematian tunggal kematian obesitas dan pencegahan atau pengobatan yang harus menjadi perhatian perawat sekolah (CDC, 2016). Meskipun dari banyak penyebab obesitas tidak dipahami dengan baik, beberapa faktor telah diidentifikasi; mereka termasuk mengurangi akses dan keterjangkauan makanan bergizi, penurunan aktivitas fisik, pengaruh budaya, dan genetic. Obesitas dikaitkan dengan perkembangan diabetes, dislipidemia, hipertensi dan gangguan lainnya, seperti ostheoarthritis, megorok, kanker yang berbeda, cholelithiasis. Selain itu, obesitas dapat mengakibatkan kerusakan sosial dan kualitas hidup, dan anak-anak obesitas sering diberi label buruk oleh rekan-rekan mereka dan diejek (CDC, 2013). Perawat harus menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk semua remaja. Sebuah IMT lebih besar dari sebuah persentil ke-85 untuk usia dan jenis kelamin menunjukan kebutuhan untuk penilaian lebih lanjut dan rujukan. Agar berhasil, pengobatan obesitas harus dimulai lebih awal dan harus beragam. Beberapa solusi termasuk peningkatan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan gizi dan perilaku diet, peningkatan aktivitas fisik, program pendidikan jasmani, lingkungan sekolah sehat dan pelayanan gizi yang lebih baik. D. Tiga Tingkat Pencegahan Dalam Pelaksanaan Program UKS a) Pencegahan Primer -



Pendidikan Seks Isu seksualitas manusia dan pencegahan kehamilan, penyakit menular seksual dan HIV penting bagi perawat yang bekerja dengan anak sekolah dan remaja. Remaja mengalami ketertarikan dengan masalah seksual pada usia sebelumnya meskipun terjadi penurunan pada baru-baru ini, tetapi tingkat kehamilan terus menjadi tinggi. Karena resiko penularan HIV lebih tinggi jika hidup bersama penderita PMS, sehingga menjadi sangat penting memberikan informasi yang sesuai kepada anak-anak dan remaja terkait isu-isu seksualitas yang sesuai dengan usianya, termasuk pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual.



Pendidikan seks di lingkungan sekolah adalah topic yang kontroversial. Para penentang pendidikan seks percaya bahwa orangtua memiliki tanggung jawab untuk mengajar konten ini untuk anak mereka berdasarkan Future of Sex Education Initiative (2012), ada 7 topik yang dianggap penting untuk kurikulum pendidikan seks yang komprehensif : anatomi dan fisiologi, pubertas dan perkembangan remaja, identitas (orientasi seksual), kehamilan dan reproduksi, penyakit menular dan HIV, hubungan yang sehat dan keamanan pribadi. -



Pendidikan Jasmani Anak-anak saat ini kurang aktivitas dibandingkan dengan anak-anak di masa lalu. Anak-anak menjadi kurang aktivitas sebagai akibat dari penggunaankomputer, televise dan mengurangi kebutuhan untuk pendidikan jasmani. Kebiasaan kurang beraktivitas berhubungan dengan obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes. Studi menunjukan bahwa orang yang aktif memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak aktif. Kebiasaan di masa kecil kemungkinan akan terus dibawa hingga menjadi dewasa, sehingga penting bahwa anak-anak diajarkan pentingnya beraktivitas secara fisik pada usia muda. Studi juga menunjukan bahwa anak-anak dan remaja yang aktif secara fisik mengalami peningkatan rasa percaya diri, dan penurunan kecemasan, stress dan depresi. Aktivitas fisik secara teratur membantu membangun dan mempertahankan tulang dan otot sehat. Pendidikan jasmani harus focus pada kegiatan yang anak-anak dapat melanjutkan ke masa dewasa mereka, seperti jalan kaki, berenang, bersepeda dan jogging. Isi dari pendidikan harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya, apa yang mungkin menarik bagi anak muda, seperti bermain di taman bermain dengan teman-teman, berbeda dari apa yang memotivasi remaja, seperti olahraga kompetitif dan latihan aerobic.



-



Imunisasi Imunisasi merupakan komponen vital dari perawatan kesehatan rutin, memberikan perlindungan jangka panjang terhadap banyak penyakit. Kematian



dapat dicegah dengan vaksin (Vaccine-preventable deaths/ VPDs) berada pada tingkat rekor terendah. Banyak penyakit menular telah berkurang lebih dari 99% sebagai hasil dari imunisasi. Di bawah vaksinasi anak-anak terutama di daerah perkotaan besar, adalah kekhawatiran karena potensi wabah penyakit.



-



Pencegahan Kecelakaan Pencegahan cedera harus diajarkan sejak dini di sekolah-sekolah, dan informasi yang diberikan disesuaikan dengan usia. Misalnya, keamanan bersepeda, termasuk pentingnya memakai helm dan penggunaan ransel yang tepat menjadi focus pada awal sekolah dasar. Keamanan di sekolah dan taman bermain penting bagi kelompok usia ini. Keamanan kendaraan bermotor harus dimasukkan dalam program bagi remaja yang mulai mengemudi. Keselamatan saat berolahraga sangat penting bagi remaja, terutama di kalangan anak perempuan. Penggunaan peralatan yang tepat wajib bagi anak-anak dan remaja. Penggunaan pelindung mulut, pelindung tulang kering, bantalan, helm, dan pelindung lainnya diperlukan untuk mencegah cedera. Hidrasi yang teratur dan waktu istirahat sering diperlukan untuk mencegah penyakit yang berhubungan dengan panas, terutama saat cuaca panas. Pemanasan dan pendinginan latihan yang efektif dilakukan untuk mencegah ketegangan otot. Sekolah yang menyelenggarakan kegiatan olahraga air seperti berenang harus memperhatikan keselamatan kolam renang. Perawat memiliki kesempatan unik untuk bekerja dengan tenaga atletik untuk mempromosikan berbagai kebijakan. Kegiatan olahraga merupakan waktu yang tepat bagi perawat kesehatan sekolah untuk menyampaikan informasi dan memberikan nasihat kepada siswa tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat aktivitas fisik. Waktu tersebut dapat digunakan perawat untuk menanyakan tentang masalah yang terkait dengan menstruasi, perilaku makan siswa, berat badan siswa, dan riwayat cedera otot dan tulang. Perawat juga dapat menggunakan waktu olahraga tersebut untuk mengajarkan pentingnya latihan peregangan dan membantu mencegah cedera.



-



Pemenuhan Nutrisi



Anak usia sekolah yang mengalami periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan memiliki kebutuhan gizi yang tinggi. Mereka harus makan berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Diet harus mencakup keseimbangan yang tepat dari karbohidrat, protein, dan lemak, dengan asupan cukup vitamin dan mineral. Anak-anak dan remaja berbagi pilihan menu terkenal untuk makanan cepat saji, dan diet mereka sering tinggi lemak, gula, dan sering terdiri dari item makanan cepat saji, seperti hamburger dan kentang goring, bukannya buah-buahan dan sayuran. Melewatkan makan, terutama sarapan dan makan makanan ringan yang tidak sehat dapat menyebabkan nutrisi anak menjadi buruk. Mengidentifikasi masalah gizi, konseling dan membuat rujukan yang tepat pentig dalam pengaturan sekolah. Perawat harus mempertimbangkan pengaruh budaya diet ketika mengajar siswa dan menilai status gizi mereka. Status gizi buruk terkait erat dengan kemiskinan. Pemerintah lewat Permendagri No. 18 Tahun 2011 membuat kebijakan adanya pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah. Makanan tambahan tersebut berupa jajanan yang berbahan pangan local serta penyediaan air minum yang diberikan 3 kali seminggu selama satu tahun dalam waktu belajar mengajar dan pada waktu istirahat pertama.



-



Program Pendidikan Gizi Pendidikan gizi penting harus menyertakan orangtua, guru, anak dan pedagang/kantin sekolah. Anak-anak perlu mengetahui dan memahami piramida makanan, bagaimana membuat pilihan makanan ringan yang sehat, dan pentingnya menyeimbangkan aktivitas fisik dengan asupan makanan. Obesitas, karies gigi, anemia, dan penyakit jantung dapat dikurangi atau dicegah dengan perubahan pendidikan dan gaya hidup yang tepat. Selain itu, semua remaja dan anak-anak usia sekolah harus menerima konseling tentang asupan lemak jenuh.



b) Pencegahan Sekunder -



Pemeriksaan Kesehatan



Banyak anak-anak di Indonesia yang tidak dilakukan pemeriksaan dengan baik untuk masalah kesehatan tertentu. Gangguan penglihatan dan pendengaran dapat mengakibatkan



kinerja akademis



yang buruk, melambat



perkembangan



emosional, dan gangguan yang berhubungan dengan stress. Pemeriksaan penglihatan dan pendengaran disediakan di sebagian besar sekolah disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh Negara atau sekolah kabupaten. Pemeriksaan ini biasanya terjadi pada anak awal masuk ke sekolah dan setidaknya sekali selama SD, SMP, SMA. Anak-anak dan remaja mungkin perlu diperiksa lebih sering atas dasar riwayat keluarga, keterlambatan perkembangan, infeksi telinga berulang, atau paparan suara kras. Grafik penglihatan Snellen standard adalah skrining biasa. Jika tidak diobati Amblyopia dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Rujukan ke spesialis mata adalah komponen penting dari semua hasil pemeriksaan mata yang abnormal. Skrinning



posisi



tubuh



atau



scoliosis



harus



dilakukan



untuk



mengidentifikasi penyimpangan tulang belakang dalam upaya untuk mencegah masalah sekunder. Masalah tulang belakang dapat menyebabkan masalah kosmetik, fungsional atau emosional. Pemeriksaan tekanan darah tinggi selama masa kanak-kanak penting untuk mengidentifikasi anak-anak yang memiliki hipertensi agar dapat menentukan penanganan awal dan tindakan lanjut. Pembuluh darah dan kerusakan organ akibat hipertensi dapat dimulai pada anak usia dini. Pengukuran tekanan darah periodic tidak mahal dan harus dilakukan secara rutin untuk semua anak. c) Pencegahan Tersier -



Perawatan darurat Sekolah adalah tempat umum dari cedera mulai dari goresan ringan, memar, patah tulang, kejang, cedera kepala dan serangan asma berat. Cedera dapat terjadi di gedung-gedung sekolah, ruang kelas, selama olahraga atau latihan atletik. Keadaan darurat dapat meliputi kegiatan alam seperti angina topan, tornado, gempa bumi, atau bencana buatan manusia seperti tumpahan material berbahaya,



kebakaran dan pergusuran. Peralatan pertolongan pertama harus tersedia di semua sekolah. Perawat sekolah harus memiliki pengetahuan tentang standard pertolongan pertama dan memiliki sertifikat kemampuan resusitasi jantung. Perawat sekolah juga harus bertanggung jawab untuk pengembangan Rencana Perawatan Darurat yang menyediakan staf sekolah dengan panduan untuk memfasilitasi responsyang cepat dalam kasus darurat siswa.



-



Pemberian Obat Penggunaan obat oleh anak-anak usia sekolah telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, sehingga banyak anak-anak tetap bersekolah meskipun memiliki masalah kesehatan yang serius. Administrasi pengobatan sekolah adalah suatu usaha yang serius. Masalah yang dihadapi perawat sekolah termasuk keamanan, pemantauan baik efek samping terapi, dokumentasi yang tepat, kerahasiaan, dan komunikasi terus menerus dengan siswa dan keluarga. Perawat hanya memberikan obat yang dianggap perlu diberikan di sekolah. Pedoman berikut dari NASN (2013) yang harus dipatuhi oleh perawat sekolah : 



Benar diterima, disimpan dan diberi label perhitungan lebih dan resep obat.







Persetujuan orangtua bagi perawat untuk berkomunikasi dengan penyedia perawatan primer.







Pemberian obat tanpa melanggar ketetapan pemerintah, kebijakan sekolah, standar praktik keperawatan, atau tindakan praktik keperawatan Negara.







Pemeliharaan kerahasiaan siswa.







Pengawasan personil tanpa izin. Perawat kesehatan sekolah harus menyadari obat yang sedang diberi



sendiri di halaman sekolah dan harus memberikan pendidikan yang diperlukan untuk anak-anak dan orangtua. Obat-obatan pertolongan seperti albuterol harus diberikan dengan cepat untuk mengurangi gejala asma, dan perawat harus tahu benar hasil yang diharapkan untuk membantu anak yang membutuhkan. Pada



pasien asma mandiri, diberikan informasi yang terkait dengan penggunaan obat secara mandiri. Informasi tersebut antara lain kondisi apa yang membuat asma memburuk, memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik, memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan, penambahan atau penghentian obat, memutuskan kapan penderita meminta bantuan medis/dokter/IGD. Dengan meningkatnya jumlah anak-anak yang memiliki diabetes, sangat penting bagi perawat mengenali tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia untuk membantu anak-anak dalam pemantauan kadar glukosa dan pemberian insulin atau glukagon. Obat yang biasa diberikan di sekolah termasuk analgesic dan antipiretik (Misalnya Parasetamol atau ibuprofen, antasida, antidiare, antijamur, antihistamin dan antibiotic). Obat yang digunakan untuk mengobati Attention deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan perkembangan adalah salah satu yang paling umum diberikan. Pengobatan alternative dan komplementer termasuk praktik dan produk di luar bidang kedokteran konvensional. Kebijakan pemberian obat harus ada yang mencerminkan hukum local dan Negara yang membahas produk ini. Permintaan untuk pemberian obat ini memberikan perawat kesempatan mengajar kesehatan yang sangat baik.



E. Peran Perawat Komunitas Dalam Pelaksanaan Program UKS -



Pendidikan Kesehatan Berdasarkan SDKI (2012) dalam BKKBN (2013) kesehatan remaja, perilaku beresiko remaja seperti menghisap tembakau, mengkonsumsi minuman keras, menggunakan obat terlarang dan keterikatan dalam hubungan seksual. Sedangkan berdasarkan peraturan bersama antara menteri pendidikan dan kebudayaan RI, menteri kesehatan RI, menteri agama RI dan menteri dalam negeri RI (2014) tenttang pembinaan dan pengembangan UKS bahwa focus pendidikan kesehatan di sekolah yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.



Masalah dan perilaku ini dapat dicegah dan perilaku beresiko yang satu dapat mendukung timbulnya perilaku beresiko lainnya. Perilaku tersebut juga mengakibatkan timbulnya masalah sosial dan pendidikan di suatu Negara antara lain putus sekolah, tingkat pengangguran, dan angka kriminalitas yang tinggi.



-



Pelayanan Kesehatan Perawatan kesehatan yang diberikan di sekolah termasuk layanan pencegahan seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan. Komponen program kesehatan sekolah yang komprehensif juga dapat melibatkan perawatan gawatdarurat, manajemen kondisi kesehatan akut dan kronis, arahan-arahan yang tepat, penyuluhan kesehatan, pendidikan tentang gaya hidup sehat dan pemberian obat.



-



Perawatan anak sakit Perawat sekolah bertanggungjawab memantau kesehatan semua siswa. Untuk siswa dengan penyakit akut atau kronis, pemberian obat atau perawatan mungkin diperlukan. Perawat sering diperlukan untuk menilai anak yang sakit untuk menentukan jenis penyakit atau masalah kesehatan dan mengembangkan rencana manajemen. Asma adalah salah satu kondisi yang paling umum dan kronis pada masa anak-anak (CDC, 2011). Karena asma sering terjadi di sekolah maka, sekolah perlu menyediakan alat dan obat-obatan untuk penanganan asma di sekolah. Tindakan yang dilakukan oleh beberapa sekolah termasuk pemberian obat asma, pengembangan dan pelaksanaan rencana tindakan asma, bagi siswa dan pelatihan bagi gurutentang penanganan asma untuk siswa di sekolah. Alat pemeriksaan juga dikembangkan untuk menentukan seberapa baik sekolah membantu anak-anak dengan asma.



-



Anak-anak dengan kebutuhan Khusus Anak-anak berkebutuhuan khusus termasuk mereka yang tuna rungu, gangguan mental, lumpuh, kesehatan tulang terganggu, ataupun gangguan kesehatan lainnya (Misalkan masalah kesehatan kronis atau akut seperti kondisi jantung atau



epilepsy), yang serius terganggu secara emosional, tuna wicara atau lumpuh secara visual, atau yang memiliki ketidakmampuan belajar yang spesifik. Pesatnya perkembangan teknologi medis telah memungkinkan siswa bersekolah lagi di sekolah umum yang mungkin dulu membuat mereka meninggalkan institusi atau lingkungannya. Anak-anak ini memerlukan pelayanan keperawatan dari berbagai jenis untuk meningkatkan kemampuan mereka di sekolah.



-



Catatan Siswa Catatan kesehatan diselenggarakan untuk semua siswa sesuai dengan kebijakan wilayah sekolah masing-masing. Minimal catatan kesehatan siswa harus mencakup status imunisasi, riwayat yang bersangkutan, hasil pemeriksaan, dan rencana kesehatan terintegrasi. Catatan kesehatan siswa harus diberikan dengan tingkat kerahasiaan yang sama seperti yang diberikan kepada klien dan pasien dalam pengaturan lainnya.



-



Delegasi Tugas Tidak setiap sekolah memiliki perawat yang selalu ada tersedia di tempat. Seorang perawat dapat ditugaskan untuk tiga atau empat sekolah, sehingga diperlukan pendelegasian tugas tertentu kepada petugas selain perawat. Setiap Negara, tindakan praktik perawat menetapkan prosedur yang dapat didelegasikan. Tnggung jawab untuk penilaian, diagnosis, penetapan tujuan, dan evaluasi mungkin tidak pernah didelegasikan. Ketika tugas yang didelegasikan, perawat harus memberikan pendidikan yang tepat, prosedur tertulis, pengawasan berkelanjutan dan evaluasi dari pelaksana.



-



Konseling, Psikologis, dan Pelayanan Sosial Kesehatan mental seorang anak atau remaja dipengaruhi oleh faktor fisik, ekonomi, sosial, psikologis dan lingkungan. Anak-anak seperti orang dewasa sering menyembunyikan masalah dari diri mereka sendiri dan dari orang lain. Mereka mungkin melihat masalah sebagai tanda kelemahan atau sebagai



kurangnya control. Anak-anak juga dapat mencoba untuk melindungi diri sendiri atau seseorang yang mereka cintai dan tidak mencari bantuan, dengan hasil yang tragi. Promosi kesehatan mental dan pengurangan atau penghapusan ancaman terhadap kesehatan mental penting untuk anak-anak dan remaja. Kesehatan mental seringkali sulit namun penting untuk menilai. Anak-anak dan remaja sering berjuang dengan depresi, penyalahgunaan zat, gangguan perilaku, masalah harga diri, keinginan bunuh diri, gangguan makan dan prestasi yang kurang atau lebih. Mereka juga mungkin harus menghadapi kekerasan fisik atau mental, kehamilan dan PMS. Obat-obatan dan alcohol dapat memasuki kehidupan anak usia sekolah dasar. Banyak anak-anak tinggal dengan orangtua tunggal dengan dukungan sosial atau ekonomi yang kecil. Mereka mungkin tidak cukup makan, tidur atau tempat tidur yang hangat dan aman namun diharapkan untuk datang setiap hari ke sekolah dan belajar. Layanan yang bertujuan membantu ank mengatasi masalah ini masih kurang atau terlalu mahal bagi banyak keluarga. Perawat atau guru mungkin satu-satunya orang dewasa dalam kehidupan anak yang akan mendengarkan tanpa menghakimi. Oleh karena itu salah satu peran yang penting dari perawat adalah untuk bertindak sebagai konselor dan menjadi kepercayaan. Anak-anak mungkin datang kepada perawat dengan berbagai keluhan yang beragam seperti nyeri perut berulang, sakit kepala, sejarah perilaku seks bebas dan perawat harus melihat melalui keluhan utama untuk mengidentifikasi masalah yang mendasari. Gangguan depresi yang berat sering memiliki onset pada masa remaja dan berkaitan dengan peningkatan resiko bunuh diri. Perawat dan personil sekolah lainnya harus waspada kepada kelompok bunuh diri. Remaja mungkin mendekati perawat dan pegawai sekolah lainnya untuk meminta bantuan sebelum berusaha untuk bunuh diri. Penting bagi perawat untuk menyadari tanda-tanda peringatan yang berhubungan dengan bunuh diri. Kekerasan fisik dan psikologis serta penelantaran biasanya merupakan hasil dari banyak faktor yang saling berinteraksi, seperti kemiskinan, isolasi sosial, dan penyalahgunaan obat dan alcohol. Perawat dan anggota sekolah



lainnya diberi tugas untuk melaporkan kasus penganiayaan dan penelantaran anak. Perawat harus waspada terhadap perubahan perilaku atau penampilan fisik yang mungkin mengarah ke penyalahgunaan. Perawat dapat membantu anak belajar memecahkan masalah, mekanisme koping dan langkah-langkah untuk membangun harga diri. Perawat mungkin perlu bekerjasama dengan keluarga untuk mengembangkan rencana kesehatan yang tepat untuk anak-anak tertentu.



-



Lingkungan Sekolah yang Sehat Lingkungan sekolah yang sehat adalah minimalnya gangguan dan yang bebas dari bahaya fisik, serta resiko kesehatan psikologis. NASN percaya bahwa siswa dan staf memiliki hak penuh untuk belajar dan bekerja di lingkungan sekolah yang sehat dan perawat dapat “menilai lingkungan sekolah untuk faktor resiko, mengadvokasi komunitas sekolah untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan, dan mendidik masyarakat terhadap dampak isu lingkungan dan pencahayaan.” (NASN, 2012).



-



Kekerasan Perawat dan anggota sekolah lainnya harus menyadari faktor resiko dan tandatanda yang bisa menunjukan kecenderungan kekerasan. Pengaruh media yang dianggap mudah mempengaruhi dampak kekerasan sedang diteliti sebagai kemungkinan penyebab meningkatnya kekerasan di kalangan anak-anak dan remaja. Anak-anak yang terlibat dalam penembakan di sekolah memiliki kebutuhan untuk kepuasan instan, memiliki akses yang mudah untuk menggunakan senjata, dan memiliki riwayat masalah kedisiplinan. Meskipun jumlah siswa yang melakukan tindakan kekerasan kecil, program pencegahan kekerasan harus dimulai di sekolah dasar. Anak-anak yang menunjukan perilaku agresif di sekolah dasar lebih cenderung menunjukan perilaku antisosial dan kekerasan sebagai remaja dan orang dewasa. Program tersebut meliputi manajemen stress, konflik, resolusi kemarahan serta pengembangan pribadi dan harga diri. Perawat harus menggunakan data yang



dikumpulkan melalui pihak sekolah dan data local lainnya sebagai sarana penilaian ketika mengembangkan kebijakan kekerasan dan program pencegahan di sekolah dan masyarakat. Selain itu perawat harus memulai dan berpartisipasi dalam penelitian yang meneliti faktor-faktor perkembangan, sosial dan psikologis yang kompleks seputar kekerasan.



-



Promosi Kesehatan Untuk Staf Sekolah Meskipun angka spesifik bervariasi, diperkirakan bahwa sekolah di Amerika Serikat mempekerjakan lebih dari 5,5 juta guru dan karyawan lainnya. Program promosi kesehatan di tempat kerja memiliki hasil yang bermanfaat termasuk efek positif pada control tekanan darah, aktivitas fisik sehari-hari, berhenti merokok dan pengendalian berat badan. Staf yang berpartisipasi dalam program promosi kesehatan meningkatkan pengetahuan dan positif mengubah sikap dan perilaku relative mereka terhadap praktik merokok, gizi, aktivitas fisik, stress, dan kesehatan emosional. Program promosi kesehatan meningkatkan semangat, mengurangi stress kerja dan ketidakhadiran, serta meningkatkan minat dalam mengajar topic yang berhubungan dengan kesehatan kepada siswa. Perawat memainkan peran penting dalam semua tingkat pencegahan melalui penilaian, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Perawat dapat membantu dosen dan staf dengan memberikan workshop pada latihan dan nutrisi, skrinning untuk tekanan darah meningkat dan membangun program manajemen berat badan.



-



Keluarga dan Keterlibatan Masyarakat Perawat kesehatan sekolah sering diminta untuk menyediakan materi tentang kesehatan untuk keluarga, orangtua, dan masyarakat dengan berbagai topic seperti seksualitas, HIV, Penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Pendidikan kesehatan di masyarakat terdiri dari program-program yang dirancang secara positif untuk mempengaruhi orangtua, staf dan lain-lain dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan. Perawat sekolah adalah sumber daya di masyarakat dan dapat mengambil peran kepemimpinan dalam mengembangkan program-program yang positif dalam mempengaruhi masyarakat, seperti program untuk berhenti



merokok. Perawat juga dapat berfungsi sebagai konsultan dan pendukung untuk program kesehatan masyarakat lainnya. Program yang melibatkan orangtua dalam kegiatan sekolah harus didasarkan pada kebutuhan dan sumber daya masyarakat. Studi menunjukan bahwa siswa yang memiliki dukungan orangtua lebih sukses, makan makanan sehat dan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Perawat dapat meningkatkan keterlibatan orangtua melalui pembentukan komunikasi yang jelas, melibatkan orangtua sebagai relawan dan termasuk dalam perencanaan acara yang berhubungan dengan kesehatan di sekolah. Ketika menangani masalah dengan keluarga, perawat tidak bisa membiarkan pribadi atau agama mengubah rencana perawatan dan harus sadar bahwa hal yang bekerja untuk suatu keluarga belum tentu dapat bekerja untuk keluarga yang lain. Perawat harus mahir bekerja di ranah public dengan meningkatkan visibilitas mereka dan tearampil dalam bekerja dengan media dan anggota legislative. Media bisa menjadi alat yang berguna dalam membantu perawat sekolah dengan advokasi pendidikan kesehatan.



BAB III PENUTUP



KESIMPULAN Komponen dari program kesehatan sekolah yang komprehensif telah diidenifikasi dan didiskusikan dengan jelas. Peran perawat kesehatan telah berubah secara dramatis sejak awal dan terus berkembang untuk memenuhi tuntutan anak-anak usia sekolah, orang tua mereka, dan masyarakat dimana mereka tinggal. Perawat terus mengurangi jumlah hari dan frekuensi dimana siswa bolos sekolah terkait dengan penyakit. Mereka menjadi advokag anak, konselor, promotor, dan kolaborator kesehatan, pendidik, peneliti, dan sumber daya baik di sekolah dan masyarakat



DAFTAR PUSTAKA



Nies, A.Mary, 2019, Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga, Singapore, Elsevier Herdman, T. Heather, 2012, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klassifikasi 2012-2012, Jakarta : EGC