Lailatus Syarifah - Laporan 2 Desain Pembelajaran Inovatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN 2 DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF



Lailatus Syarifah 201901060237 Pendidikan Anak Usia Dini



PENDIDIKAN PROFESI GURU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JUNI 2023



LAPORAN 2 DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF



Lailatus Syarifah 201901060237 Pendidikan Anak Usia Dini



PENDIDIKAN PROFESI GURU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JUNI 2023 i



KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan 2 Desain Pembelajaran Inovatif Pendidikan Profesi Guru Jalur Guru Penggerak di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan ilmiah. Laporan 2 Desain Pembelajaran Inovatif ini tidak lepas dari motivasi dan bimbingan beberapa pihak khususnya tutor dan kepala lembaga kami. Oleh karenanya, patutlah penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.



Ibu saya



yang



mendoakan dan mendukung saya hingga



mampu



menyelesaikan Pendidikan Guru Penggerak 2.



Suamiku yang telah memberikan ijin, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas saya.



3.



Anakku, Alika Fajriah Ilsya yang mau mengerti kondisi orangtuanya



4.



Penyelenggara PPG LPTK Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)



Penulis berharap semoga Laporan ini mampu memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi pembaca tentang mekanisme plaksanaan PPG Dalam Jabatan Bagi Lulusan Pendidikan Guru Penggerak di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).



Pasuruan, 27 Mei 2023 Penulis



Lailatus Syarifah S.Pd UKG 201901060237



ii



DAFTAR ISI



Halaman Judul ……………………………………………………………



i



Kata Pengantar ……………………………………………………….......



ii



Daftar Isi ………………………………………………………………….



iii



Ringkasan ………………………………………………………….…….



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………....... B. Tujuan Kegiatan …………………………………………………..... C. Manfaat Kegiatan …………………………………………………...



1 3 3



BAB II PEMBAHASAN A. Pembelajaran Diferensiasi ………..…………………………………



4



B. Pembelajaran Sosial dan Emosional …………………..…………….



5



C. Coaching ………………………….………………………………….



6



D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran …………



8



E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya ………………



9



BAB III PENUTUP A. Refleksi …………………………………………………………….. B. Tindak Lanjut ……………………………………………………….



11 12



Daftar Pustaka ………………………………………………………………



14



Lampiran



iii



RINGKASAN Pendidikan Guru Penggerak (PGP) merupakan Program Pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang di selenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Lulusan dari PGP mendapatkan gelar Guru Penggerak (GP) yang mampu menjadi Pemimpin pembelajran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistic, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) menekankan pada kompetensi kepemimpinan pembelajaran yang meliputi menggerakkan komunitas praktisi, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran diferensiasi, dan kompetensi lain yang bertujuan untuk mengembangkan diri dan potensi sekolah. Pembelajaran Inovatif adalah rancangan pembelajaran baru tidak seperti biasanya dari seorang guru sebagai wujud fasilitas pembelajaran dengan tujuan perubahan hasil belajar siswa meningkat. Dalam pelaksanaan pembelajaran inovatif seorang guru harus memperhatikan karakteristik, kesiapan belajar dan gaya belajar siswa karena setiap anak unik (berbeda). Melalui pembelajaran inovatif diharapkan siswa mampu mendapatkan kesempatan belajar yang sama dengan cara terbaik dan sesuai kebutuhan mereka. Pembelajaran inovatif dapat dilakukan melalui pembelajaran diferensiasi, guru melakukan pemetaan kesiapan belajar, kebutuhan dan gaya belajar siswa selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan media belajar sehingga dalam pembelajaran siswa merasa nyaman dan mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dalam pembelajaran diferensiasi siswa dapat mengembangkan potensi diri serta akan menemukan nilai nilai kehidupan. Nilai nilai kehidupan yang ditemukan siswa diantara lain nilai indahnya perbedaan, menghargai, berbagi, merdeka belajar, kesempatan yang setara dan nilai nilai kehidupan lainnya. Dalam perancangan pembelajaran diferensiasi seorang guru harus memperhatikan kebutuhan siswa dan 6 aspek penilaian seperti kemampuan sosial dan emosional siswa. Dalam PGP kami belajar Pendidikan Sosial dan emosional yang mengajarkan seorang guru mengelola emosi diri saat bersama murid dan emosi siswa saat dikelas atau dikenal dengan mindfullnes. Tujuan dari Pembelajaran sosial dan emosional bagi siswa adalah untuk mengembalikan kesadaran penuh saat belajar.



iv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Menurut Munawaroh (2019: 11) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap Murid, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan Murid untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Materi pedagogik yang di berikan pada Pendidikan Guru Penggerak (PGP) berupa Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Menurut Kusuma dan Luthfah (2022) Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Salah satu langkah untuk merespon karakteristik murid yang berbeda dengan menerapkan



Pembelajaran



Diferensiasi.



Pembelajaran



Diferensiasi



mengedepankan minat, bakat dan potensi yang di miliki oleh murid, kompetensi pedagogikpun sangat diperlukan dalam penerapannya terkait pembelajaran yang inovatif. Materi pedagogik kedua yang didapatkan GP adalah belajar untuk menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan sosial dan emosional murid. Menurut Rusiati dan Kaunang (2022) Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Sedangkan Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian Pembelajaran Sosial Emosional dapat 1



menciptakan



murid



yang



jujur,



percaya



diri,



berani,



menghargai,



santun,berkarakter, proaktif, responsive dan mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan humaniora. Salah satu Peran GP adalah menggerakkan komunitas praktisi maka diperlukan



kemampuan



untuk



berkomunikasi



secara



empatik



dan



memberdayakan dengan menggunakan teknik Coaching. Menurut Witemore dalam Irayati dkk (2022) coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Dengan demikian teknik coaching mampu membantu



GP



dalam



mengembangkan



diri



teman



sejawat



secara



berkelanjutan dan terarah. Pada PGP seorang GP belajar tentang modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nila-nilai Kebajikan sebagai seorang Pemimpin, menurut Nurcahyan dan Rajasa (2022) modul ini selaras dan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar Nasional Pendidikan, khususnya pada standar pengelolaan. Seorang pemimpin hendaknya memahami nilai-nilai kebajikan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, berkepribadian serta berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, khususnya dalam mengambil suatu keputusan, hendaknya setiap keputusan yang diambil tersebut selaras dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh suatu institusi tersebut, yaitu bertanggung jawab dan berpihak pada murid Menurut Suharsih dan Widiastuti (2022) Sekolah yang memandang semua sumber daya yang dimiliki sebagai suatu kekuatan dan aset, maka sekolah ini tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan kekuatan dan aset yang dimiliki. Di PGP seorang GP di latih untuk memiliki paradigm berfikir terkait pemanfaatan aset untuk menciptakan lingkungan belajar yang merangsang pertumbuhan dan pertumbuhan murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.



2



B. Tujuan Kegiatan Tujuan Kegiatan pada modul 2 dan 3 Pendidikan Guru Penggerak adalah 1. Menciptakan



Pemimpin



Pembelajaran



yang



mampu



mendesain



pembelajaran yang inovatif dengan merespon kebutuhan murid untuk mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai 2. Menciptakan



Pemimpin



Pembelajaran



yang



mampu



menciptakan



pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan sosial dan emosional murid 3. Meningkatkan kemampuan Guru Penggerak dalam menggerakkan komunitas praktisi melalui metode Coaching. 4. Melatih Pemimpin Pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada siswa 5. Menanamkan paradigma berpikir berbasis aset pada CGP untuk menciptakan lingkungan belajar yang merangsang pertumbuhan dan pertumbuhan murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila



C. Manfaat Kegiatan Manfaat yang di dapat dalam kegiatan PGP pada Modul 2 dan 3 adalah 1. Guru Penggerak yang mampu merancang pembelajaran inovatif dan berpihak pada siswa, berkolaborasi, menggerakkan komunitas praktisi dan berpikir berbasis aset 2. Siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat, percaya diri dan bangga dengan karya yang dibuat, menghormati dan menghargai karya orang lain, mampu bekerjasama dan saling tolong menolong 3. Guru atau taman sejawat dapat mengembangkan potensi yang dimiliki 4. Lingkungan sekolah yang kondusif 3



BAB II PEMBAHASAN



A. Pembelajaran Diferensiasi Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dengan demikian kita dapat menyadari bahwa setiap anak unik dan memiliki kodrat yang berbeda, tugas kita sebagai seorang guru dalam menghadapi kondisi yang seperti ini adalah menyediakan fasilitas pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan dan kesiapan belajar anak. Proses tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi. Menurut



Tomlinson



dalam



Kusuma



dan



Luthfah



(2022:8)



Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Kusuma dan Luthfah (2022:9) Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Maka dari itu penerapan Pembelajaran Diferensiasi merupakan pembelajaran yang terarah dan terintegrasi dengan tujuan pembelajaran, penyesuaian rencana belajar dengan kebutuhan murid, lingkungan belajar yang berpihak pada murid, manajemen kelas yang efektif, dan penilain yang berkelanjutan. Penulis dalam menerapkan Pembelajaran Diferensiasi dikelas diawali dengan melakukan asesmen diagnostic untuk mengetahui profil belajar, kesiapan, dan minat siswa. Selanjutnya menentukan jenis diferensiasi yang akan di gunakan (produk, konten atau proses) dan dituangkan dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran.



4



B. Pembelajaran Sosial dan Emosional Menurut Rusiati dan Kaunang (2022: 5) tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Berikut ini hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional oleh Daniel Golman dalam Rusiati dan Kaunang (2022: 6)



Gambar 1.1 Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional



Melalui hasil penelitian tersebut manfaat dari penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional mampu memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Menurut Rusiati dan Kaunang (2022: 7) Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri) 2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) 5



3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) 5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)



dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional dapat dilakukan dengan kesadaran penuh (Mindfullness). Menurut



Rusiati dan Kaunang (2022: 16)



Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Kesadaran Penuh merupakan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Aksi nyata Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk melatih 5 KSE yang dilakukan penulis disekolah TK Al Islam Yaspai adalah memberikan kesempatan siswa untuk bercerita di depan kelas (Kesadaran Diri), pelaksanaan kerja proyek yang membutuhkan kerja sama (Kemampuan berelasi, Pengelolaan diri dan kesadaran sosial), Pembelajaran diferensiasi Produk (Kemampuan pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab).



C. Coaching Menurut Whitemore dalam dalam Irayati dkk (2022: 9) coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Seorang Coachee mampu mengenali potensi diri dan menentukan langkah pemecahan masalah yang dihadapi secara mandiri dan bertanggung jawab. Tugas seorang coach adalah menstimulus dan mengeksplor pemikiran kreatif coachee.



6



TIRTA merupakan model Coaching yang di berikan pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4, TIRTA merupakan kepanjangan dari Tujuan. Identifikasi masalah. Rencana aksi dan tanggung jawab.



Gambar 1.2 Model TIRTA



Teknik coaching merupakah salah satu wujud merdeka belajar karena seorang guru membantu siswa dalam menemukan potensi diri yang dimiliki dan memaksimalkannya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Hal isi sesuai dengan prinsip pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara terkait arti pendidikan adalah menuntun. Paradigma berpikir coaching yaitu Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangka, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Sedangkan prinsip yang digunakan adalah kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. 7



Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang coach adalah kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, mampu mengajukan pertanyaan yang berbobot. Aksi nyata yang dilakukan oleh Penulis dalam aktivitas belajar modul 2.3 coaching pada Pendidikan Guru Penggerak angkatan 4 yaitu coaching dengan teman sejawat.



D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran Seorang Pemimpin Pembelajaran pasti dihadapkan dengan permasalahan yang beraneka ragam dan dengan segera mengambil keputusan untuk menyelesaikan. Dalam pengambilan keputusan seorang Pemimpin Pembelajaran dihadapkan dengan empat dilema etika yaitu 1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)



Hal ini disebaban oleh karsa, karsa tidak bisa terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini juga berhubungan dengan nilai dan prinsip yang di anut oleh seseorang, sehingga seorang Pemimpin Pembelajaran perlu memiliki paradigma berpikir sebagai berikut 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)



Adapun konsep pengambilan dan pengujian keputusan seorang Pemimpin Pembelajaran haruslah menggunakan 9 langkah yaitu 1. Mengenali nilai nilai yang saling bertentangan 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut 3. Mengumpulkan fakta fakta yang terdapat pada peristiwa tersebut 4. Melakukan pengujian benar atau salah Meliputi uji regulasi, kelegalan, intuisi, halam depan Koran, panutan, 5. Melakukan pengujian paradigma benar lawan benar 8



6. Melakukan prinsip resolusi 7. Menginvestigasi opsi trilema 8. Membuat keputusan 9. Melihat lagi keputusan dan merefleksikannya



Pada kegiatan belajar kali ini aksi nyata yang dilakukan penulis adalah melaporkan aktivitas pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran disekolah



ketika



menghadapi



penurunan



standar



tingkat



pencapaian



perkembangan anak pada usai 5-6 Tahun pasca kegiatan belajar daring pandemi Covid.



E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya Pada pembahasan materi Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya, kami Guru Penggerak belajar untuk memiliki paradigma berpikir berbasis aset atau melihat kelebihan yang dimiliki oleh sekolah dalam proses pengembangannya. Pada materi ini kami di sadarkan bahwa sekolah merupakan sebuah Ekosistem menurut Suharsih dan Widiastuti (2022: 9) Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup), Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor Biotik yang terdapat disekolah adalah siswa, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, orangtua siswa, masyarakat sekitar sekolah dan pengawas sekolah. Sedangkan Faktor Abiotik sekolah adalah keuangan dan sarana prasarana sekolah. Menurut Dr. Kathryn Cramer dalam Suharsih dan Widiastuti (2022: 10) Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh 9



komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan. menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari menciptakan ekosistem yang damai dan warga yang produktif. Dalam proses pembelajaran modul ini kami Guru Penggerak mulai menganalisa aset yang dimiliki oleh sekolah dengan membuat Pemetaan Aset sekolah, selanjutnya kami diminta untuk melakukan perubahan kecil dilingkup kelas dengan menggunakan panduan kerangka berpikir model BAGJA yang sudah kami terima di modul 1.3. Adapun perubahan kecil yang penulis lakukan dikelas adalah Penerapan Pembelajaran seSTEAM pada Kelompok B di TK Al Islam Yaspai. Kegiatan ini dilakukan pada hari Senin dan Selasa dikarenakan sebagai media belajar yang belum terpenuhi dan proses adaptasi terhadap hal baru.



10



BAB III PENUTUP



A. Refleksi Menjadi bagian dari Pendidikan Guru Penggerak merupakan sebuah keberuntungan bagi saya yang hanya seorang guru dari sekolah swasta dengan jenjang pendidikan pengajaran paling rendah yaitu Guru TK. Selama 9 bulan saya mendapatkan materi yang belum pernah saya terima bangku sekolah atau perguruan tinggi sebelumnya. Materi yang diberikan mampu memberikan kesadaran pada diri terkait makna pendidikan yaitu menuntun, dan melatih diri untuk memiliki paradigm berpikir yang positif yaitu berbasis aset untuk memberdayakan potensi ekosistem sekolah demi terwujudnya lingkungan yang damai. Dalam Pendidikan Guru Penggerak ini kami selalu di ajak untuk melakukan refleksi diri sebelum dan sesudah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, adapun refleksi yang saya dapati setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak adalah 1. Menurut Filosofi KHD Pendidikan adalah menuntun anak berdasarkan kodrat alam dan zaman untuk mencapai hidup yang bahagia dan selamat di masyarakat, berdasarkan filosofi tersebut Pembelajaran Diferensiasi dan Sosial Emosional merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk mewujudkan merdeka belajar. Seorang guru melakukan pemetaan kesiapan belajar siswa untuk mencapai kompetensi yang di inginkan, serta menghargai siswa sehingga siswa merasa di manusiakan dan tidak terbebani 2. Paradigma berpikir positif dan berbasis aset mampu menciptakan lingkungan yang kondusif, karena selama ini Penulis menyadari sering sekali menggunakan pradigma berpikir berbasis masalah sehingga lingkungan sekolah tidak kondusif. 3. Memberdayakan warga sekolah mampu menggali potensi diri warga sehingga tercipta warga sekolah yang produktif hal ini sesuai dengan 11



konsep regenarasi dan ketidak kekalan manusia di bumi. Hal ini sesuai dengan prinsip Penulis. 4. Teknik coaching merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan seorang Pemimpin Pembelajaran untuk menggali potensi warga (Coachee) dan menentukan pemecahan masalah secara mandiri dan tanggung jawab 5. Sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam mengambil keputusan hendaknya menggunakan 9 langkah berpikir sehingga dihasilkan keputusan yang berpihak pada siswa 6. Dalam merancang sebuah perubahan, seorang Pemimpin Pembelajaran hendaknya menggunakan paradigma berpikir berbasis aset/ kelebihan dan di jabarkan dalam kerangka berpikir BAGJA untuk membantu seorang Pemimpin Pembelajaran dalam melaksanakan aksi



B. Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut merupakan rutinitas Guru Penggerak lakukan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, kami selalu melakukan Rencana Tindak Lanjut (RTL) di akhir modul sebagai wujud aksi nyata dalam memahami materi dalam modul. Pada modul 2 kami melakukan aksi nyata penerapan pembelajaran diferensiasi dan PSE (Pembelajaran Sosaial dan Emosional ) di kelas Penulis serta menerapkan teknik Coaching dengan teman sejawat saat melakukan refleksi pembelajaran di akhir kegiatan belajar setiap harinya. Selanjutnya pada modul 3 kami melakukan aksi nyata dalam mengambil keputusan yang berpihak pada siswa, permasalahan yang kami ambil adalah peristiwa di sekolah. Dalam pengambilan keputusan kami menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan. Aksi nyata berikutnya yaitu



menciptakan program



yang



berpihak



pada



siswa



dengan



memperhatikan aset yang dimiliki oleh sekolah atau berbasis aset sehingga terwujudknya warga sekolah yang produktif. RTL yang akan di lakukan oleh Penulis setelah mengikuti PGP adalah 12



1. Melakukan evaluasi program seSTEAM bersama teman sejawat dan Kepala sekolah untuk melakukan refleksi dan umpan balik Program. 2. Menerapkan Program Pojok Karya sebagai lanjutan dari Program seSTEAM 3. Diseminasi materi Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya kepada teman sejawat di lingkungan sekolah Penulis



13



DAFTAR PUSTAKA Kusuma D. O., Luthfah S. 2022. Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid.Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK Irawati, dkk. 2022. Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK Nurcahyani, Andri. Rajasa, D.S. 2022. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK Munawaroh,isniatun. 2019. Modul 1 Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. PPG Yo, Rusiati. Kaunang P.J. 2022. Modul 2.2 Pembelajaran sosial dan emosional. Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK Suharsih, Siti. Widiastuti, Yuni. 2022. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Jakarta. KEMENDIKBUDRISTEK Undang Undang Republik Indonesia. 2005. Guru dan Dosen. Jakarta. Undang Undang Republik Indonesia



14



LAMPIRAN 1. Kegiatan Pembelajaran Diferensiasi



2. Kegiatan Pembelajaran Sosial dan Emosional



3. Coaching



https://drive.google.com/file/d/19NhBOXxGycYcbaM2DQCqVzR6qII nwDpg/view?usp=drive_link



https://drive.google.com/file/d/1GUR5A_gZYkywSciv_LBx0ru5GpzDgdU/view?usp=drive_link



4. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran



https://docs.google.com/document/d/1qbyBZad98u9VIvuJjAgcHhV7u CQBYtgv/edit?usp=drive_link&ouid=112174938272442463174&rtpof =true&sd=true



5. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Kelompok / Semester Tema Sub Tema Alokasi waktu KD



: TK AL ISLAM YASPAI : B/ 1 : TANAH AIRKU : PENINGGALAN SEJARAH (Candi Gununggangsir) : 120 menit : • Menghargai diri dan orang lain sebagai ciptaan tuhan YME (NAM 1.2 ) • Pengembangan fisik motorik halus dan kasar (FM 3.3 -4.3) • Memiliki sifat sabar ( SE 2.7) • Mengenal lingkungan sekitar melalui gambar (KOG 3.7- 4.7) • Mengenal keaksaraan awal melalui bermain (BHS 3.12- 4.12) • Membuat hasil karya berupa gambar (SENI 3.15 -4.15)



Metode Pembelajaran : Demonstrasi, Tanya Jawab, Bernyanyi Materi Kegiatan



: Mengenalkan salah satu peninggalan sejarah disekitar sekolah yaitu Candi



Materi Pembiasaan



: 1. Membaca doa sebelum dan sesudah kegiatan 2. Mencuci tangan sebelum masuk kelas dan sesudah berkegiatan



Alat dan Bahan



: Candi Gununggangsir, pasta warna, pensil warna, lego, Lembar kerja



A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui pengamatan secara langsung Bentuk Candi Gununggangsir, siswa mampu berkreasi untuk membuat bentuk Candi sesuai imajinasinya 2. Melalui pengenalan Benda peninggalan Sejarah ini, Siswa mampu mencintai tanah air dan menghargai benda yang di miliki atau milik orang lain B. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pembukaan (10 menit) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan melakukan kegiatan Awal rutin yaitu Salam, sapa, do’a, menyanyi dan Tepuk Raja Patung (PSE Kesadaran Diri) 2. Kegiatan Inti Kegiatan 1 (Mengamati Bentuk Candi) • Guru mengajak anak anak untuk mengamati bentuk • Guru membagi menjadi 3 kelompok berdasarkan hasil pemetaan belajar berdasarkan Profil Belajar Siswa (Diferensiasi Proses)



• •



Kelompok 1 (Kelompok Kinestetik) guru mempersilahkan anak untuk memegang dan menaiki tangga menuju ruangan di candi Kelompok 2 (Kelompok Visualisasi) guru mengajak anak untuk melihat dan meraba bagian bagian candi



Kegiatan 2 (Berkelompok membentuk huruf CA dari batu) • Guru mengajak Tepuk Diam dan melakukan teknik STOP sederhana pada anak anak (PSE Pengelolaan Diri) • Guru melakukan tanya jawab nama nama huruf dengan kartu huruf • Guru mendemonstrasikan cara membaca suku kata dengan mengabungkan 2 huruf • Setelah itu Guru mengajak anak anak untuk melakukan permainan membentuk suku kata CA dari batu dengan berkelompok (PSE Keterampilan Berelasi ) • Guru mempersilahkan anak anak untuk menentukan anggota kelompok nya • Guru menjelaskan aturan permainan hari ini yaitu harus ada pembagian tugas dalam kelompok, misal yang mencari batu dan yang membentuk batu menjadi suku kata CA Kegiatan 3 (Menggambar Candi) • Guru mengajak anak anak untuk mengamati bentuk Candi Gununggangsir • Guru mempersilahkan anak anak untuk bertanya tentang bentuk candi Gununggangsir dari hasil pengamatannya • Guru menjelaskan terkait sejarah Candi Gununggangsir • Guru meminta anak anak untuk membuat gambar Candi gununggangsir (Diferensiasi Produk) Kelompok 1 : menggambar dengan Pasta Warna Kelompok 2 : menggambar dengan Pensil Kelompok 3 : menggambar dengan Krayon



3. Penutup • Mengajak anak anak untuk menceritakan pengalaman belajar hari ini • Menanyakan perasaan hari ini dan diskusi kegiatan untuk hari esok • Doa mau pulang



Mengetahui Kepala sekolah TK Al Islam Yaspai



Guru kelompok B



Siti Ningsih, S.Pd



Lailatus Syarifah, S.Pd



Pemetaan Siswa berdasarkan Profil Belajar



Profil Belajar Siswa



Diferensiasi Proses



Visual Bila, Fira, Rara, Azam, Hisyam, Rania, Izzul



Kinestetik Pasha, Juna, Verdi, Iham, Izan, Hamizan, Okiq, Najwa, Iwan



Siswa dipersilahkan memegang dan merasakan batu batuan secara langsung di Candi Gununggangsir



SIswa di ajak mengelilingi Bagian Candi Gununggangsir dan mempersilahkan mereka untuk menaki tangga dan melihat bagian dalam candi



Mempersilahkan untuk menggamabr Candi dengan menggunakan pasta warna, crayon dan pensil



Diferensiasi Produk



Penilaian Ceklist



No



Nama



Mampu bekerjasama saat membentuk huruf “C” 1 2 3 4



1 2 dst Keterangan : 1 : Belum Berkembang 2 : Mulai berkembang 3 : Berkembang Sesuai Harapan 4 : Berkembang Sangat Baik



Mampu menceritakan kembli bentuk dan bagian candi 1 2 3 4



Hasil Gambar 1



2



3



4



Penilaian Hasil Karya NAMA KELOMPOK



: ………….. : …………..



Tanggal



Hasil Karya



Keterangan



Penilaian



3.2.a.10 Aksi Nyata- Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya



Oleh LAILATUS SYARIFAH Guru TK Al Islam Yaspai CGP Angkatan 4 Kab. Pasuruan



Prakarsa Perubahan



Penerapan pembelajaran seSTEAM pada Kelompok B TK Al Islam Yaspai



BAGJA | Prakarsa perubahan : Penerapan pembelajaran berbasis STEAM pada Kelompok B TK Al Islam Yaspai



?



B_uat Pertanyaan Pertanyaan



Apa yang harus saya lakukan untuk menumbuhkan rasa nyaman saat belajar siswa Kelompok B TK Al Islam Yaspai ?



Daftar Tindakan/ Penyelidikan yang perlu dilakukan agar mendapatkan Jawaban 1. Memberikan referensi materi yang menarik bagi siswa 2. Memberikan kebebasan siswa untuk menentukan hasil akhir dari sebuah tugas 3. Menghargai siswa berdasarkan potensi yang dimiliki 4. Memanfaatkan sumber daya sekolah sebagai media belajar



A_mbil Pelajaran Pertanyaan 1. Apakah pendekatan pembelajaran yang menciptakan kenyamanan siswa ? 2. Kegiatan seperti apakah yang di sukai oleh anak usia dini ? 3. Bahan apakah yang harus di persiapkan sebagai media belajar dengan pendekatan STEAM ?



Daftar Tindakan/ Penyelidikan yang perlu dilakukan agar mendapatkan Jawaban 1. Mengikuti webinar atau workshop terkait Pendekatan pembelajaran yang menekankan pada hubungan pengetahuan dan keterampilan science, technology, engineering, art, dan mathematics (STEAM) untuk mengatasi masalah pada anak usia dini 2. Mencari informasi di media sosial terkait pendekatan STEAM pada anak usia dini 3. Wawancara kepada KS/ teman sejawat yang sekolahnya sudah melakukan pendekatan STEAM terkait persiapan dan langkah langkah awal yang harus di lakukan.



G_ali Mimpi



Pertanyaan Apakah kebiasaan kebiasaan baru yang saya bayangkan terjadi jika murid saya nyaman belajar di kelas ?



Daftar Tindakan/ Penyelidikan yang perlu dilakukan agar mendapatkan Jawaban 1. Kehadiran siswa disekolah akan meningkat 2. Akan banyak hasil karya siswa berupa daur ulang benda di sekelilingnya 3. Kepedulian siswa terhadap diri, orang lain dan lingkungannya akan tumbuh baik 4. Siswa saya akan percaya diri dengan potensi yang dimiliki melalui cerita dari hasil karya yang di hasilkan 5. Akan saya dokumentasikan hasil karya mereka dalam bentuk soft file dan hard file



J_abarkan Rencana Pertanyaan Apa langkah sederhana yang akan saya lakukan ?



Daftar Tindakan/ Penyelidikan yang perlu dilakukan agar mendapatkan Jawaban 1. Saya akan mengajak siswa dan guru untuk mengumpulkan benda tidak terpakai yang ada di rumah untuk di bawa ke sekolah 2. Saya akan mengelompokkan benda tak terpakai berdasarkan jenisnya dan menempatkan di tempat yang sesuai



3. Melakukan pendekatan STEAM dengan jadwal 2kali dalam seminggu sebagai langkah awal



A_tur Eksekusi Pertanyaan Siapa yang bisa menegur dan mengawasi pembelajaran yang saya lakukan



Daftar Tindakan/ Penyelidikan yang perlu dilakukan agar mendapatkan Jawaban 1. Mengajak teman sejawat untuk ikut serta mendampigi kegiatan belajar dengan pendekatan STEAM 2. Meminta teman sejawat dan KS untuk melakukan observasi kegiatan belajar di kelas pada jadwal kegiatan dengan pendekatan STEAM 3. Saya akan melakukan survey hasil belajar anak terkait perasaan selama melakukan pembelajaran dengan saya dihari yang sama terkait perasaan dan pengalaman belajar 4. Meminta umpan balik orangtua terkait dampak dari pendekatan STEAM di kelas