Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS



I.



IDENTITAS PASIEN Tn. A, pria, 42 tahun, agama Islam, belum menikah, tidak bekerja, pendidikan STM, suku Jawa, alamat di Bandar Lampung, merupakan pasien rawat inap bangsal K Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung sejak tanggal 15 Januari 2018 dengan nomor CM 010XXX. Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 27 Januari 2018 pada pukul 13.00 WIB.



II.



RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 27 Januari 2018 dan alloanamnesis via telepon pada tanggal 28 Januari 2018 pukul 12.30 WIB terhadap Tn.A, 39 tahun, adik kandung pasien, pendidikan terakhir SLTA, seorang pegawai swasta, tidak tinggal serumah.



A. Keluhan Utama Mengamuk tanpa sebab yang jelas



B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Provinsi Lampung pada tanggal 27 Januari 2018 dibawa oleh ibunya, dua adik kandungnya, dan seorang polisi setelah mengamuk dirumah dan bertengkar hingga memukul adiknya. Sejak 10 hari terakhir, keluarga menyatakan pasien selalu gelisah, berbicara sendiri, dan sering mondar-mandir tanpa sebab yang jelas, pasien juga sulit untuk tidur di malam hari dan sering terbangun berkali-kali karena dibangunkan oleh suara bisikan untuk melaksanakan sholat berulang kali. Menurut pasien, emosinya sangat labil dan mudah marah walau karena masalah yang sepele, pada saat marah maka pasien akan langsung memukul dan mengancam untuk melukai orang lain. Pasien juga merasa curiga bahwa keluarganya tidak menyukainya dan berniat untuk menyakitinya. Keluarga pasien sering mendapat keluhan dari tetangga di lingkungan sekitarnya karena pasien



1



sering keluyuran dan merusak lingkungan sekitar sehingga meresahkan warga. Untuk menjalankan aktivitas sehari-hari pasien masih bisa melakukannya dengan baik, namun sosialisasi dengan keluarga maupun tetangganya sedikit berkurang. Saat ini pasien sudah 11 hari perawatan di rumah sakit jiwa, keluhan yang dirasakan sudah mulai berkurang, pasien tidak lagi merasa gelisah, emosinya lebih stabil, dan merasa pikirannya lebih tenang, namun pasien mengatakan terkadang masih mendengar suara bisikan.



C. Riwayat Penyakit Sebelumnya 1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien sudah mengalami gangguan jiwa sejak sekitar 17 tahun yang lalu. Pasien pertama kali berobat ke RSJD Provinsi Lampung pada tahun 2007 dengan keluhan yang serupa setelah 2 bulan sebelumnya berpisah dengan pacarnya. Semenjak itu pasien rutin kontrol walaupun tidak ada jadwal yang tetap dan hanya ke poli bila obat habis, pasien juga memiliki riwayat putus obat beberapa kali. Sebelumnya, pasien pernah rawat inap di RSJD Provinsi Lampung pada November 2014 selama sekitar 4 bulan karena keluhan mengamuknya kambuh setelah berhenti minum obat selama sekitar 1,5 tahun. Setelah pulang, pasien rutin kontrol rawat jalan kembali di RSJD Provinsi Lampung dan diberikan obat Haloperidol, Triheksilpenidil dan Clorpromazin. Pasien terakhir berobat sekitar 1 bulan yang lalu dan seharusnya ada jadwal kontrol kembali tanggal 18 Januari 2017.



2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif Pasien mengonsumsi rokok sejak sekitar tahun 1990, menurut pasien, ia tidak pernah mengonsumsi narkoba dan alkohol.



3. Riwayat Penyakit Medis Umum Menurut pasien, ia tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, kejang, dan asma, tidak ada trauma kepala, dan tidak ada riwayat alergi obat.



2



D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Periode Prenatal dan Perinatal Pasien adalah anak pertama dari enam bersaudara, kehamilan dan kelahirannya direncanakan dan diinginkan. Ibu pasien hamil cukup bulan, lahir spontan, ditolong oleh dukun, tidak ada penyulit maupun penyakit pada masa kehamilan dan proses melahirkan.



2. Periode Bayi dan Balita (0-5 tahun) Pasien dirawat oleh orang tua kandung, diberikan ASI eksklusif oleh ibu kandung, imunisasi lengkap, gizi cukup, tumbuh kembang sesuai usia.



3. Periode Masa Kanak-Kanak (6-12 tahun) Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan saudara-saudara kandungnya. Menurut pasien masa kanak-kanak pasien tidak berbeda dengan masa kanak-kanak lainnya. Menurut pasien ia mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Selama masa pendidikan di usia ini, pasien mampu mengikuti dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas.



4. Periode Remaja ( 12-18 tahun) Menurut pasien hubungan interaksi eksternal (teman-teman) dan internal (keluarga) pasien terkesan baik. Pasien memiliki banyak teman di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Menurut pasien pada masa remajanya ia merupakan anak yang nakal, sering bolos sekolah untuk bermain atau pacaran dengan teman satu sekolahnya. Namun, pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan lulus pendidikan tepat waktu tanpa pernah tinggal kelas.



5. Periode Dewasa Menurut pasien hubungan bersama teman dan keluarga terkesan baik. Pasien merasa tanggung jawabnya sebagai anak tertua dalam keluarga cukup berat, sehingga terkadang pasien merasa harus bertindak tegas dan bersikap keras terhadap adik-adiknya. Menurut keluarga, pasien



3



orangnya tertutup dan tidak banyak menceritakan tentang masalahnya. Pasien merasa sangat sedih ketika hubungan dengan pacarnya harus berakhir pada tahun 2000. Semenjak saat itu pasien menjadi sangat terpuruk hingga akhirnya pasien mengalami gangguan jiwa.



E. Riwayat Pendidikan Pasien menyelesaikan pendidikan di STM tepat waktu dan tidak pernah tinggal kelas.



F. Riwayat Pekerjaan Pasien bekerja sebagai pedagang semenjak lulus STM, namun semenjak sakit 17 tahun yang lalu hingga kini pasien tidak bekerja lagi.



G. Riwayat Hukum Menurut pasien dan keluarga, pasien tidak pernah terlibat atau bermasalah dengan hukum yang berlaku di Indonesia.



H. Riwayat Perkawinan Pasien belum menikah walaupun memiliki keinginan untuk menikah.



I. Riwayat Kehidupan Beragama Pasien beragama Islam. Pasien telah diajari ilmu agama oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Pasien juga pernah menimba ilmu agama di Pondok Pesantren selama 3 tahun saat SMP. Menurut pasien, pasien taat menjalani ibadah sholat 5 waktu, disertai dengan ibadah sunah lainnya seperti sholat duha dan tahajud serta mengaji. Pasien juga sering datang ke masjid untuk sholat berjamaah atau mengikuti pengajian.



J. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak pertama dari enam bersaudara, tinggal dirumah milik orangtuanya bersama adik kandungnya yang terakhir, ekonomi keluarga didapat dari adik-adik kandungnya dan uang pensiunan orang



4



tuanya. Adik pasien yang kelima meninggal pada saat usia 2 tahun karena sakit. Ayah pasien meninggal dunia 3 tahun yang lalu akibat sakit, pasien merasa sedih namun hal tersebut tidak memperparah keadaan emosionalnya. Hubungan pasien dan keluarganya kurang harmonis, pasien dianggap sebagai beban bagi keluarga. Di keluarga ada yang memiliki gangguan seperti yang dialami oleh pasien yaitu paman dari pihak ayah pasien.



K. Diagram Keluarga



L. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan adik kandungnya yang terakhir. Kehidupan ekonomi di dalam keluarga cukup. Pasien tidak lagi berkerja dan bukan merupakan tulang punggung keluarganya semenjak pasien mulai sakit. Keluarga pasien memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan pokok sehari-hari pasien dapat terpenuhi dengan bantuan dari adik-adiknya.



5



M. Situasi Kehidupan Sekarang Pasien saat ini tidak bekerja. Sehari-harinya pasien hanya diam di rumah atau keluyuran di lingkungan rumah maupun tetangga. Pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan dan mandi sendiri. Pasien tinggal bersama orang tua dan adik kandung terakhirnya di rumah milik orang tua pasien. Pasien merasa hidup cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok harian. Hubungan dalam rumah tangga menurut keluarga pasien kurang harmonis dan dengan tetangga kurang baik.



III.



STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum a. Penampilan Terlihat sesuai usia, perawakan kurus, mengenakan pakaian seragam pasien dan tidak memakai sendal, kulit sawo matang, rambut pendek ikal sedikit berantakan, kuku pendek, perawatan diri cukup baik. b. Sikap Terhadap Pemeriksa Kooperatif c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Selama wawancara, pasien dalam keadaan tenang. Pasien dapat duduk di kursi dengan tenang. Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik. Pasien dapat mengendalikan perilakunya.



B. Pembicaraan Spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas, amplitudo sesuai, menjawab pertanyaan dengan cukup baik, kualitas cukup, kuantitas berlebih dan selama wawancara pasien mendominasi pembicaraan.



C. Keadaan Afektif Mood



: Hipertimia



Afek



: Menyempit



Keserasian



: Mood dan afek tidak serasi



6



D. Persepsi a. Halusinasi -



Halusinasi visual : pasien tidak melihat adanya sosok bayangan yang tidak dilihat oleh orang lain



-



Halusinasi auditorik : pasien mendengarkan suara orang yang dikenal yang memerintah pasien untuk terus sholat pada waktu dan tempat yang tidak sesuai



-



Halusinasi taktil : pasien tidak pernah merasakan adanya sentuhan pada kulitnya stanpa ada objeknya



-



Halusinasi gustatorik : pasien pernah merasa air putih yang diminumnya terasa asin, namun hanya 1x dan kurang jelas



-



Halusinasi olfaktori : pasien tidak pernah mencium bau-bau yang tidak wajar



b. Ilusi Tidak ditemukan ilusi pada pasien ini. c. Derealisasi Tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini d. Depersonalisasi Tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini



E. Proses Berpikir 



Arus Pikir







Produktifitas : cukup banyak ide yang disampaikan







Isi pikir



: flight of ideas



: terdapat waham curiga, waham kebesaran, waham aneh/bizzare, dan thought insertion.



F. Kesadaran dan Kognisi  Kesadaran



: jernih (compos mentis).







Orientasi



: tempat, waktu dan orang baik







Daya ingat



: segera, jangka pendek, jangka sedang, dan



jangka panjang baik. 



Konsentrasi dan atensi



: cukup



7







Kemampuan baca tulis



: Pasien dapat menulis namanya sendiri dan



dapat membaca dan mengikuti perintah dari tulisan “angkat tangan kanan” 



Kemampuan visuospasial : Pasien dapat mengikuti perintah untuk menggambarkan sisi depan jam dinding







Kalkulasi



: Pasien dapat menghitung angka 50 dengan



pengurang 6 sebanyak 4 kali kelipatan 



Abstraksi



: Pasien dapat menyebutkan arti dari



pribahasa “panjang tangan”, “hidung belang”, dan “ada udang di balik batu” 



Intelegensi



: Pasien mengetahui nama presiden RI saat



ini dan periode sebelumnya 



Kemampuan menolong diri sendiri: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (mandi, makan, dll) sendiri tanpa disuruh



G. Pengendalian Impuls Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien dapat mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara. Tidak ada kecenderungan untuk menyerang orang disekitarnya.



H. Daya Nilai Daya nilai sosial



: terganggu



Uji daya nilai



: baik



Penilaian realitas



: kurang baik (Pasien menyadari kenyataan yang sesungguhnya pada diri dan lingkungan, namun terdapat waham dan halusinasi auditorik)



I. Tilikan Tilikan derajat 1



J. Taraf dapat Dipercaya Secara umum jawaban dari pasien kurang dapat dipercaya



8



IV.



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT A. Status Generalis Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis. Berat badan 62 kg, tinggi badan 178 cm.



B. Tanda-tanda Vital Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,9°C.



C. Status Internus Kepala, mata, THT, leher, paru, jantung, abdomen, ekstremitas dalam batas normal.



D. Status Neurologis a. Sistem sensorik



: dalam batas normal



b. Sistem motorik



: dalam batas normal



c. Fungsi luhur



: dalam batas normal



E. Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin: Hemoglobin 15,7 g/dl; Eritrosit 5,22 juta sel/mm3; Leukosit 10.900 sel/mm3; Trombosit 258.000 sel/mm3; Hitung Jenis: Basofil 0%, eosinofil 0%, batang: 0%, segmen: 73%, limfosit: 19%, monosit: 8%; Hematokrit 45%. Fungsi hati: SGOT 33 U/l dan SGPT 18 U/l Kesan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.



V.



IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien Tn. A, 42 tahun, beragama Islam, suku Jawa, pendidikan STM, tidak bekerja, alamat di bandar lampung tinggal bersama ibu dan adik bungsunya. Keluhan utama pasien mengamuk tanpa sebab yang jelas. Riwayat stressor yaitu tidak rutin meminum obat. Riwayat penyakit sekarang, sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit emosi pasien labil dan mudah tersinggung, sulit tidur, sering mengamuk dan mengancam melukai orang lain karena masalah sepele. Pasien merasa ada bisikan yang menyuruhnya untuk sholat pada waktu



9



dan tempat yang tidak tepat serta selalu merasa curiga terhadap keluarganya. Riwayat penyakit sebelumnya, pasien mengalami keluhan yang sama sejak 17 tahun lalu setelah ditinggal oleh pacarnya. Riwayat pengobatan, pasien pertama kali berobat pada tahun 2007, pernah di rawat inap di RSJ Daerah Lampung pada tahun 2014 selama sekitar 4 bulan, pasien rutin kontrol rawat jalan di RSJ Lampung walaupun beberapa kali ada riwayat putus obat. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga ditemukan pada pamannya. Hasil wawancara didapatkan kesan kesadaran pasien jernih, penampilan dan perawatan



diri



cukup



baik,



pasien



tenang,



kooperatif,



dan



dapat



mengendalikan impuls. Pembicaraan baik walau kuantitas berlebihan dan mendominasi wawancara. Mood pasien hipertimia, afek sempit dan serasi. Gangguan persepsi ditemukan berupa halusinasi auditorik. Pada arus pikir didapatkan kontinuitas flight of ideas dan ditemukan waham kebesaran, waham curiga, waham bizzare, dan thought insertion. Kamampuan kognitif secara umum baik. Daya nilai sosial terganggu. Tilikan derajat 1. Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium memberikan kesan normal.



VI.



FORMULASI DIAGNOSIS Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, maka kasus ini termasuk gangguan jiwa karena menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien serta terdapat hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial.



Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, tidak ditemukan riwayat hipertensi, trauma kepala, atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik lainnya yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum gangguan jiwa. Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F0). Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak sedang mengkonsumsi alkohol dan zat psikoaktif lainnya, berdasarkan hal tersebut, pasien bukan termasuk penderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lainnya (F1).



10



Diagnosis



ditegakkan



berdasarkan



anamnesis



kepada



pasien



dan



alloanamnesis kepada keluarga pasien. Pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik berupa perintah dan halusinasi gustatorik namun hanya sekali dna kurang jelas, tetapi tidak didapatkan halusinasi visual, olfaktorik, dan taktil. Pasien dijumpai adanya keluhan yang berhubungan dengan gangguan isi pikir perihal waham berupa waham kebesaran, waham curiga, waham aneh/bizzare, dan thought insertion. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak sekitar 17 tahun yang lalu dan pasien juga memiliki riwayat pengobatan di RSJ Daerah Provinsi Lampung. Hal ini dapat menjadi dasar untuk mendiagnosis skizofrenia (F20). Berdasarkan adanya waham curiga dan dikendalikan didapatkan diagnosis skizofrenia paranoid. Riwayat perjalanan penyakit pasien kronis dan sudah menunjukkan tanda remisi, yaitu berkurangnya gejala positif walaupun belum sepenuhnya, dan pasien dapat menjalani tugas kehidupannya. Oleh karena itu dapat ditegakkan skizofrenia paranoid (F20.0) remisi tak sempurna sebagai diagnosis Aksis I.



Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan fungsi kognitif baik, pengetahuan baik, dan tidak ditemukan tanda-tanda retardasi mental. Menurut keluarga, pasien merupakan orang yang mudah tersinggung (iritabel), memiliki ketidakstabilan emosional dan kekurangan pengendalian impuls.



Pasien



cenderung



‘meledak’,



menggunakan



kekerasan



atau



mengancam orang lain sebagai tanggapannya terhadap krtik yang didapat. Oleh karena itu ciri kepribadian ambang/borderline dapat dimasukkan dalam diagnosis aksis II.



Berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan laboratorium darah tidak ditemukan tanda-tanda kelainan ataupun kondisi medis yang bermakna sehingga tidak ada diagnosis aksis III.



Berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap pasien, pasien memiliki masalah terhadap hubungan interpersonal dan masalah keluarga, serta pasien juga tidak patuh dalam minum obat, namun tidak ada masalah yang bermakna



11



di lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi dan hukum. Oleh karena itu pada aksis IV terdapat masalah terkait hubungan interpersonal, lingkungan keluarga dan kepatuhan minum obat.



Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning) Scale. Menurut PPDGJ III, pada aksis V didapatkan GAF saat ini (GAF current) adalah 5041 yaitu terdapat gejala dan disabilitas yang berat dan bermakna. GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 70-61, yaitu terdapat beberapa gejala ringan & menetap, ada disabilitas ringan dalam menjalani aktivitas sosial, kerja, pendidikan, namun secara umum masih baik, dan memiliki hubungan interpersonal yang bermakna.



VII.



EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I



: Skizofrenia paranoid (F20.0) remisi tak sempurna



Aksis II



: Ciri kepribadian ambang



Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah terkait lingkungan keluarga dan kepatuhan minum obat Aksis V



: GAF (current) 50-41 GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 70-61



VIII.



DAFTAR MASALAH 



Organo-biologik: Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna



IX.







Psikologik: Ditemukan adanya daya nilai realita yang buruk







Sosiologik: Ditemukan daya nilai sosial yang terganggu



RENCANA TERAPI 1. Psikofarmaka : 



Risperidon



2x2mg







Litium karbonat



2x200mg



12



2. Psikoterapi 



Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.







Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik serta menganjurkan untuk berobat teratur.







Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan psikologis yang kondusif.



X.



PROGNOSIS A. Faktor internal 



Awitan usia muda







Faktor presipitasi/stressor jelas







Relaps berulang kali







Riwayat keluarga (paman) dengan skizofrenia







Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik



B. Faktor eksternal 1. Berasal dari pasien 



Pasien tidak rutin kontrol dan tidak patuh dalam minum obat







Kesadaran pasien akan penyakitnya kurang baik







Riwayat melakukan tindakan penyerangan







Tidak ada keinginan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri



2. Berasal dari lingkungan 



Sosial ekonomi keluarga menengah ke bawah







Pasien belum menikah







Dukungan keluarga kurang



Berdasarkan pertimbangan di atas, didapatkan prognosis pasien: a. Quo ad vitam



: Dubia ad bonam



b. Quo ad functionam



: Dubia ad malam



c. Quo ad sanationam



: Ad malam 13



XI.



DISKUSI Pada pasien ini mengalami gangguan jiwa karena ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir berupa waham yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sesuai dengan pengertian dari gangguan jiwa.



Pada pasien didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yang jelas dan gangguan isi pikir berupa waham curiga, waham kebesaran, waham aneh dan thought insertion yang sudah dialami sejak 17 tahun lalu. Dari hasil pemeriksaan ini menjadi dasar dalam mendiagnosis pasien menderita skizofrenia (F.20).



Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan etiologi yang bervariasi dan perjalanan penyakit yang luas (tidak selalu kronis) namun sangat menganggu. Pada umumnya ditandai oleh penyimpaangan pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan intelektual biasanya tetap baik, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Ekspresi dari manifestasi ini bervariasi pada semua pasien dan dari waktu ke waktu. Untuk diagnosis Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III sebagai berikut: 



Harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):



(a) ‘thought echo’, ‘thought insertion atau withdrawal’, dan ‘thought broadcasting’ (b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), waham tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (delusion of passivity), waham indra yang tidak wajar, biasanya bersifat mistik atau mukjizat (delusion perception)



14



(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh (d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan ‘manusia super’ (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain) 



Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:



(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus (f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme (g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap



tubuh



tertentu



(posturing),



atu



fleksibilitas



serea,



negativisme, mutisme dan stupor (h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika 



Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)



15







Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan



dari



beberapa



aspek



perilaku



perorangan,



bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial



Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dijumpai di negara manapun. Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah delusi persecusion dan grandeur, dimana individu merasa dikejar-kejar. Gambaran klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasihalusinasi, terutama halusinasi pendengaran.



Gangguan afektif dan



pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol.



Berdasarkan PPDGJ III, maka kasus ini dititikberatkan pada: Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0) Pedoman diagnostik :  Memenuhi kriteria umum skiofrenia.  Sebagia tambahan : -



Halusinasi dan atau waham harus menonjol; a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing); b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atu lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol; c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;



16



-



Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.



Pasien skizofrenia paranoid biasanya awitan terjadi lebih belakangan daripada



pasien



skizofrenia



lainnya.



Pasien



skizofrenia



paranoid



menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe skizofrenia lain.



Pada kasus ini penegakan diagnosis aksis I berdasarkan anamnesis dari pasien dan keluarga, didapatkan beberapa gejala yaitu halusinasi auditroik berupa perintah serta waham curiga dan thought insertion dimana pasien merasa bahwa keluarganya bekerja sama untuk menyakiti dirinya dan selalu curiga terhadap setiap tingkah laku keluarganya terhadap dirinya, serta merasa pikirannya disisipi oleh orang lain dengan demikian pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia secara umum. Pada pasien ini gejala yang menonjol adalah waham curiga serta halusinansi auditorik berupa perintah sehingga diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid. Perjalanan penyakit pasien berlangsung kronis, namun tampak ada perbaikan gejala klinis walaupun tidak semuanya hilang, serta pasien mampu melakukan tugasnya sebagai individu, sehingga dikatakan remisi tak sempurna. Rencana



penatalaksanaan



pada



pasien



ini



adalah



psikoterapi



dan



farmakoterapi berupa Risperidon 2x2mg dan Litium Karbonat 2x200mg.



Risperidon Risperidon merupakan golongan anti psikostik atipikal (APG-II) dengan mekanisme kerja adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga berafinitas terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif maupun negatif. Efek samping yang terjadi dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan otonomik



17



(hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson seperti tremor, brdikinesia, rigiditas), gangguan endokrin, hematologik biasanya pada pemakaian jangka panjang. Kekuatan antagonis D2 dari risperidone lebih rendah bila dibandingkan dengan haloperidol, sehingga efek samping ekstrapiramidalnya juga lebih rendah. Sediaan risperidone tersedia dalam bentuk tablet 1mg, 2mg, 3mg; ada juga dalam bentuk depo (long acting) yang digunakan setiap 2 minggu secara IM. Dengan rentang dosis 2-6mg/hari. Pada pasien ini, diberikan risperidon dengan dosis 2x2mg dengan alasan untuk mengatasi gejala positif dan negatif skizofrenia dengan efek samping ekstrapiramidal yang relatif rendah. Pemberian obat akan dievaluasi dan dinaikkan setiap 2-3 hari sampai tercapai dosis efektif yang ditandai dengan perbaikan sindrom psikotik, kemudian dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan sampai tercapai dosis optimal, dipertahankan sekitar 8-12 minggu, lalu bisa diturunkan setiap 2 minggu hingga dosis maintenance dan dipertahankan hingga minimal 5 tahun sambil dievaluasi setiap bulannya.



Lithium Bikarbonat Lithium bikarbonat adalah mood stabilizer dengan fungsi untuk mengobati episode manik dari manik depresi. Gejala manik yaitu hiperaktivitas, bicara cepat, tidak dapat membuat keputusan yang masuk akal, berkurangnya kebutuhan tidur, agresi, dan marah. Obat ini juga membantu mencegah atau mengurangi intensitas episode manik. Lithium mempengaruhi aliran sodium melalui saraf dan sel otot pada tubuhyang mempengaruhi eksitasi atau mania. Efek samping yang dapat terjadi berupa gangguan gastrointestinal, tremor halus pada tangan, lemas dan kurang koordinasi, mengantuk, pusing, tinitus, pandangan kabur, rasa haus berlebih, poliuria. Lithium tersedia dalam bentuk sediaan tablet oral 200, 300, 400, dan 500 mg. Dengan dosis anjuran 250-500 mg/hari. Pada pasien ini diberikan lithium karbonat 2x200 mg sebagai mood stabilizer dan untuk menganasi gejala manik pasien.



18



DAFTAR PUSTAKA



1.



Elvira SD, dan Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.



2.



Hendarsyah



F.



2016.



Diagnosis



Dan



Tatalaksana



Skizofrenia



ParanoidDengan Gejala-Gejala Positif Dan Negatif. J Medula Unila. Lampung : Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung;4(3); Hal 58-63. 3.



Hirjak D, Hochlehnert A, Thomann PA, Kubera KM, Knut S. 2016. Evidence For Distinguishable Treatment Costs Among Paranoid Schizophrenia And Schizoaffective Disorder. Germany : Center For Psychosocial Medicine, Department Of General Psychiatry, University Of Heidelberg



4.



Kaplan, H.I., Saddock, B.J., dan Grebb J.A., 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Jakarta: Binanupa Aksara



5.



Katzung BG. 2010. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: EGC



6.



Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.



7.



Lieberman JA. 2005. Effectiveness ofantipsychotic drugs in patients withchronic schizophrenia. N Engl J Med.; 353:1209-23.



8.



Maramis WF. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya: FK Unair.



9.



Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta.



10. Maslim R. 2011. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.



19



LAMPIRAN



20



AUTOANAMNESIS TANGGAL 27 JANUARI 2018



D



: Kenapa dibawa kesini?



P



: Waktu itukan saya begini ceritanya, saya disuruh emak saya makan ikan bandeng ada 2, katanya abisin aja itu ikannya, ya saya makan semuanya, terus adik saya yang perempuan itu bilang makanannya kok diabisin semua kak, dia gak terima, kak ilung ini makannya banyak katanya, dasar setan katanya, jadi saya nya emosi, saya bilang, sialan kamu ya kamu kali yang setan, saya gampar juga mulut kamu ya, abis itu adik saya yang laki-laki itu marah sama saya, mau nyekek saya, saya tinju sampe mental dia, karena saya kan kakak yang tua kan, saya yang ngajarin mereka supaya mereka benar, kamu kan sudah berkeluarga, saya ini masih bujang



Berikut adalah percapakan pada saat autoanamnesis dengan pasien: D : Dokter P : Pasien D



: Selamat pagi bapak, saya dokter muda Azzren, ngobrol-ngobrol sebentar boleh ya pak?



P



: Iya boleh dok



D



: Bapak namanya siapa?



P



: A***d H****l dok



D



: Panggilannya apa pak?



P



: Panggil ilung aja dok



D



: Umurnya berapa pak?



D



: Ooh begitu, bapak belum menikah?



P



: 42 tahun



P



: Iya belum dok



D



: Tanggal lahirnya ingat?



D



: Kenapa belum menikah pak?



P



: 5 Mei 1976



P



: Belum ketemu jodoh dok hehe, pacar juga gak punya



D



: Sudah makan tadi pak? D



: Bapak anak sulung ya berarti, berapa bersaudara?



P



: 5 saudara, pertama saya, kedua arif, ketiga godam eh ikhsan, keempat godam, kelima wiwit cewek



D



: Orang tuanya masih ada pak?



P



: Iya masih ada dua-duanya



D



: Yang tinggal serumah sama bapak siapa aja?



P



: Saya sama wiwit aja, sama orang tua saya, gini nih dok rumah saya (mengilustrasikan bentuk rumahnya dengan menggambar pakai jari di atas meja)



D



: Tinggalnya dimana pak?



P



: Sudah tadi makan terus saya sholat



D



: Makan pake apa pak?



P



: Pake ikan ayam tadi, sama tempe sama nasi sama sayur bayem



D



: Bapak berapa?



P



: Tanggal berapa ya, 28.



D



: Sudah lama disini pak?



P



: Saya hitung-hitung sudah ada 10 hari, sama hari ini udah 11 hari



D



: Yang bawa kesini siapa?



P



: Yang bawa kesini saya sendiri, polisi saya sendiri, saya dibawa sama polisi



tau



sekarang



tanggal



21



P



: Di kebon jeruk



D



: Bapak bekerja?



P



: Saya kerja. Dagang obat salon mobil di tempat cucian mobil gitu, tapi ya kadang-kadang keliling juga ke toko-toko. Kadang kalo punya modal juga saya dagang buahbuahan di pasar, buah jeruk, apel, anggur, semangka, melon, jualin buah-buahan



D



: Sekarang masih bekerja pak?



P



: Iya masih kerja saya. Waktu itu saya dibawa kesini kan waktu itu adik saya udah saya tinju, dia lari bawa golok, mau bacok saya, saya ngelak, saya tinju lagi jeger jatoh dia, udah itu dateng polisi, polisi saya, sabar aja ya kata dia, terus saya ditangkep baru dibawa kesini



D



: Ooh, waktu itu sholat-sholat dijalan kenapa?



P



: Ada bisikan bu, dari Ki Hadi, katanya hairul hairul, maneh sholat di diye, waktu saya lagi di jalan, di tanjung karang itu di pinggir jalan mobil itu



D



: Di trotoar ya bukan di tengah jalannya?



P



: Iya kadang ditengah jalan juga, siang-siang, panas-panas juga sholat aja di aspal itu, langsung sholat aja ga pake apa-apa, gak pake wudhu katanya udah wudhu soalnya jadi langsung aja



D



: Sekarang bisikannya?



P



: Kadang-kadang ada, tapi saya gak mau ngikutin, waktu itu saya disuruh sholat disitu di lapak saya di ramayana itu, pernah saya kemaren sholat jdisitu sebelum saya ketangkep kesini, disuruh Ki Hadi sholatnya, abis itu saya dagang lagi, padahal mah orang yang mau beli ngeliatin saya lagi sholat itu hahaha



D



: Kalo tadi (dzuhur) sholatnya karena disuruh bisikan juga?



P



: Gak, kalo itu karena kemauan saya sendiri. Saya gak pernah berhentiberhenti sholat lima waktu terus, bahkan sholat itu diwajibkan jadi 8 waktu kalo saya, ditambah sholat tahajud malem-malem itu jam 2, sholat dhuha jam 7 itu, sholat mintamanah fardu tiap hari



masih



ada



gak



D



: Bapak dulu pernah berobat kesini juga?



P



: Saya pernah berobat kesini, pernah waktu saya dulu sholat-sholat dijalan itu



D



: Tahun berapa itu?



P



: 2014



D



: Dibawa sama siapa?



P



: Sama emak saya



D



: Itu dirawat disini juga?



P



: Iya, kalo gak salah dulu saya 4 bulan itu, dulu saya sholat-sholat disini aja



D



: Setelah itu kontrol ke poli?



D



P



: Iya, kontrol 4 tahun lah, minum obat terus, gak pernah putus tiap hari sampe sekarang



: Kalo melihat bayang-bayangan yang orang lain gak liat pernah gak?



P



: Gak pernah, gak pernah liat



D



: Kalau nelen ludah tapi ada rasanya gitu pernah gak?



P



: Kayaknya pernah ada rasa asin, waktu saya dikasih air putih sama ulama ci Omas di Pandeglang, saya



D



: Obatnya apa aja tuh?



P



: THP, haloperidol, sama obat tidur itu yang merah, 3 macem



22



minum, kok rasa di sininya ada asinasinnya gitu D



: Abis makan sebelumnya?



P



: Gak, gak abis makan, tiba-tiba aja, itu mungkin dari kadar ma’rifat kita kepada Allah, airnya kan air mutlak kan, air suci kan, tapi kenapa di tubuh kita ada rasa asinnya, itu mungkin karena kita masih-masih sering mikirin dunia, jadi maksudnya kalo ada rejeki tuh dikasihin, itu terlalu banyak di kantong kita uangnya hahaha



D



: Kalo merasa ada yang nyentuh badan bapak tapi gak ada orangnya pernah gak?



P



sesuatu



D



: Bapak tau ini apa pak?



P



: Jam tangan itu. Jam saya itu bagus semua, walaupun gak saya bacabacain juga malah jamnya mengkilat bu, ada cahayanya gitu. Saya pernah dapet jam itu, waktu saya mau pulang ke Pandeglang. Jadi di kursi saya ini ada arloji, saya pake. Sepatu juga saya dapet, sepatu kulit rusa, dari saya sendiri dateng ke rumah saya dari atas dari Arsi itu, baru make 40 hari diambil sama adik saya si Ikhsan itu, ngelunjak dia, saya berantem sama dia, saya cekek terus saya tinju sampe mental ke tembok



D



: Bapak merasa punya kelebihan atau kekuatan yang orang lain gak punya gak?



P



: Pernah saya, ada kekuatan itu. Pernah saya malem-malem itu kan ngangkat gini nih meja kayu gitu, saya angkat eh dia ngangkat terbang, mejanya aja terbang naik ke atas gitu, sekitar setengah meter lah, terus saya taro di dalam rumah saya meja itu untuk ngajar ngaji saya gitu



D



: Bapak pernah ngerasa pikirannnya bisa dibaca orang lain gak?



P



: Gatau saya



D



: Misalnya bapak lagi dirumah sendiri, tapi ngerasa tetangganya tuh tau bapak lagi mikir apa?



P



: Ya mungkin tau sih saya lagi mikirin Allah gitu untuk sholat di masjid gitu saya jadi imam, tapi karena saya ngebenerin ustad-ustad yang salah di kampung saya itu saya yang marah-marah kalo mereka salah



D



: Emang mereka salah apa?



P



: Salah! Masa mereka bacaannya gairil magdu bi alaihim, bukan ghoiril, ga ada itu hukum tajwidnya, saya marahin dianya, jangan sekali-



gak



: Gak kalo nyentuh, ada orangnya inimah baru kerasa



D



: Kalo mencium bau-bau yang aneh gitu pernah gak?



P



: Gak, gak pernah



D



: Bapak pernah merasa kalo ngeliat benda, terus bendanya berubah bentuk gitu gak?



P



: Gak, gak pernah. Kekuatan ghohir saya, mata lahir batin saya juga ngeliat kekuatan ghoin lain tuh kalah sama saya, jadi emas-emas kita itu yang ngebentengin benda tersebut gitu, dibuat tameng gitu. Jadi kalo orang lain mau ngerebut benda itu tuh gak bisa



D



: Kalo lagi ngaca gitu, bapak pernah ngerasa badannya berubah bentuk gak, jadi lebih besar apa lebih panjang?



P



: Gak. Gantengnya aja yang ada. Kan pak ilung ngaca nih, terus wajah saya kan ganteng nih, tambah ganteng lagi, idungnya mancung gini, wajahnya oval putih bersih terus tirus kadang-kadang, terus saya alhamdulillah, padahal gak saya baca-bacain itu, tiba-tiba sendiri



23



kali kamu jadi imam ya kalo kamu begitu, mau saya pukul udah ketakutan dia, takutnya dia kebiasaan nanti dia ngulangin lagi kan, akhirnya dibenerin sama saya, terus kata dia iya iya kak ilung ghoiril yang bener



saya, “kamu presiden saya” kata polisi-polisi itu, mereka dateng terus tangkep Yuli D



: Jadi Yuli di penjara?



P



: Iya di penjara dia di Way Hui, kena 2 tahun dia, tahun kemaren dia kenanya tahun 2017, bulan Ramadhan itu ketangkep



D



: Kalo ngerasa bisa baca pikiran orang pernah gak?



P



: Gak lah kalo yang begitu



D



: Tapi bapak gak ditangkep?



D



: Bapak pernah merasa pikiran bapak dimasukin sesuatu dari luar gitu?



P



P



: Kalo gitu pernah si Amin itu mau ikut masuk ke tubuh saya, saya usir sama saya, Min jangan gangguganggu saya kata saya, saya marahmarahin pergi dia



: Gak lah, kan polisi itu tubuh saya sendiri dari Arsi Allah. Saya dateng kesini kemaren kan, polisi dari tubuh saya sendiri yang bawa saya, katanya “kak ilung, sabar ya, ikut saya dulu ya ke rumah sakit jiwa”, diciumin kepala saya sama dia



D



: Kalo misalnya ada orang-orang ngobrol, bapak pernah gak merasa curiga kalo mereka ngomong bapak?



P



: Dia mau Yuli sama saya, pacar saya itu kan Yuli, supaya kita berdua bisa bebas gitu, hukum kita aja gitu yang dipake



: Ya pernah sih, tapi ngomongin yang positif.



D



: Kalo ngerasa kayak orang-orang atau keluarganya gak suka sama bapak pernah gak?



D



: Yuli nama pacarnya? Tadi katanya gak punya pacar?



P



P



: Udah lama, udah kepisahan sekarang kan, dia kan ketangkep polisi karena nyabu



D



: Ooh, bapak juga gak?



P



: Gak, saya nggak, ngeliatin aja abis puasa 3 hari 3 malem itu saya ceritanya, gak makan gak minum saya, dia dalem rumah saya itu sama temen-temennya, saya sebenernya mau nyamperin bisa, tapi saya gamau, saya pengennya tenang aja gitu, karena saya tau waktu itu dia posisinya lagi gak bener sikilnya, karena ngeduain saya, selingkuh dia sama orang lain, saya marahin dia, jadi nyabu dia itu diisep gitu, terus ada polisi kerumah saya, ditangkep dia, polisinya itu bilang “assalamualaikum ya waliullah” ke



: Gak, gak ada. Sebenrnya nurutnurut semua keluarga saya, Cuma karena dia mancing emosi saya jadi mungkin mereka mau lihat kakaknya bisa ngedidik gak, ada ketegasan gak kakak ini, berarti saya bisa tegas untuk adik saya, walaupun saya di ajak ke rumah sakit jiwa lagi, tinggal jauh dari orang tua, saya bisa gitu, karena saya mah udah biasa dulu hidup di pondok



D



: Ooh dulu di pesantren, pas kapan itu?



P



: Pas jaman kita lagi SMP, sama Amin gurunya



D



: Terus lanjut SMA?



P



: STM negeri Unila saya dulu, lulus saya dulu juara 1, saya duluan dulu



D P



: Kenapa dia mau masuk ke tubuh bapak?



24



yang masang-masang itu di aula, masang lampu, terus mau lanjut kuliah saya gak ada uang lagi



P



: 134685



D



: Coba angkanya dibalik pak?



D



: Bisa baca tulis ya pak berarti?



P



: 586431



P



: Bisa baca tulis



D



: Oke, kalo pribahasa bisa pak? Panjang tangan artinya apa?



D



: Coba tulis nama bapak disini P



: Panjang tangan tukang maling



P



: (menulis nama nya Abdul Hairul) D



: Kalau hidung belang?



D



: Coba bapak dilakukan



P



: Hidung belang, ini, ini... mata keranjang



: (membaca tulisan ‘angkat tangan kanan’, kemudian mengangkat tangan kanannya)



D



: Kalau ada udang dibalik batu?



P



: Ada sesuatu yang diharapkan



D



: Coba bapak gambar sisi depan jam dinding



D



: Bapak tau presiden sekarang siapa?



P



: (menggambar sisi depan jam dinding)



P



: Presiden bapak Jokowi, wakilnya bapak Jusuf Kalla



D



: Kalau hitung-hitungan bisa pak? Coba ya, saya kasih angka 10, pengurangnya 2, kalo saya bilang kurangin lagi, berarti dikurangin 2 lagi, ngerti pak?



D



: Kalo periode sebelumnya?



P



: Jokowi kan 2 periode bu, kalo sebelumya lagi tuh si pak SBY



D



: Kalau misalnya bapak disini nemu dompet, isinya banyak duitnya sama kartu-kartunya, ada kartu namanya, tapi bapak lagi butuh duit, misalnya emaknya sakit, kira-kira dompetnya mau diapain?



P



: Saya pulangin sama orang itu. Paling saya mengharapin dikasih rokok gitu, kasih uang rokok sih pak haha, mau ngerokok nih, paling gitu aja, kan dikasih sih sama dia, dibalikin dulu, uangnya jangan dipake-pake dikasih ke dia, masa rokok aja gak dikasih sih minimal kan bisa ngerokok gitu kan pulangnya haha



D



: Bapak ngerasa bapak sakit gak?



P



: Gak sakit bu. Di rumah sakit ini karena emosinya terlalu tinggi aja dibawa ke rumah sakit dulu supaya emosinya bisa diredam gitu



P



baca



ini



terus



P



: Iya ngerti



D



: Coba ya, 10-2



P



:8



D



: Kurangin lagi



P



:6



D



: Kurangin lagi



P



:4



D



: Sudah ngerti ya berarti, coba kita pake angka lain, 100-7 pak



P



: 93



D



: Kurangin lagi



P



: mmmm (berpikir cukup lama) 88



D



: Nah, sekarang coba saya kasih angka terus bapak ingat ya, 134685. Berapa pak?



25



D



: Dikeluarga ada yang kayak bapak gak?



P



: Hmm ga ada ah



D



: Bapak pergaulannya sehari-hari gimana?



P



: Banyak temen saya di pasar, supirsupir, kenek-kenek, pedagangpedagang, bos-bos buah-buahan juga banyak juga yang saya kenal, si Sobari, Arif, Mulyadi, Wira



D



: Kalau dulu pas sekolah gimana?



P



: Sering bolos dulu saya, sama cewek bolosnya, pacaran, namanya lagi seneng-senengnya kan pacaran. Kalo siang itu, kalo sama cewek, udah kesiangan, sekalian aja minggat aja yuk, sama cewekcewek. Cewek-cewek STM kan cantik-cantik itu, si Novia Karantika, terus si Dewi, Lidya anak kelas 2 nya



D



: Bapak gimana?



P



: Perasaannya seneng, karena ada yang ngobrol sama ilung



D



: Kalo seminggu terakhir ini gimana perasaannya?



P



: Seminggu ini ya biasa aja sih, seneng disini banyak teman. Apalagi waktu saya ke rehab itu ketemu orang banyak, ada cewek-ceweknya juga haha.



D



: Pernah gak merasa seneng yang berlebihan gitu padahal ga ada apaapa?



P



: Kalo mau lebaran, padahal gak megang uang aja seneng, apalagi kalo megang uang ya, lebaran megang uang wih seneng bener, maunya jalan-jalan ngabisin uang sama temen



D



: Kalo ngerasa sedih berlebihan gitu pak, jadi gak semangat gitu?



sekarang



P



: Gak, gak pernah itu



D



: Oke kalau begitu, udah banyak ya pak kita ngobrol-ngobrolnya, makasih ya pak atas waktunya.



P



: Iya, makasih juga ya bu.



perasannya



26



ngapa-ngapain dikira mau jahatin dia mau nyakitin dia gitu dok.



ALLOANAMNESIS TANGGAL 28 JANUARI 2018 Berikut adalah percapakan pada saat alloanamnesis dengan keluarga pasien (adik kandung) via telepon: D : Dokter K



: Keluarga pasien



D



: Selamat siang bapak, perkenalkan saya dokter muda Azzren dari RSJD Lampung. Apakah benar ini keluarga dari Tn. A?



K



: Iya, saya adiknya. Kenapa ya dok?



D



: Mohon minta waktunya sebentar ya pak, saya mau tanya-tanya tentang kakaknya. Gak ganggu kan pak?



K



: Iya, gak apa-apa dok, lagi santai juga ini saya.



D



: Pertama kali sakitnya kapan pak?



K



: Wah, udah lama dok, udah ada 17 tahunan kali. Dulu dia stresnya karena diputusin pacarnya pas masih muda dulu. Dari situ mulai dia uring-uringan dok. Kerjaannya keluyuran aja, ga bisa diomongin.



D



: Kapan pertama dibawa berobatnya pak?



K



: Awalnya berobat tradisional gitu, dari pengalaman. Soalnya pamannya dia ini ada yang sakit jiwa juga. Jadi dibawa dia berobat kesitu. Tapi tambah lama kok malah tambah parah dia. Terus dapet informasi dari beberapa temen katanya mending dibawa ke RSJ aja gitu dok, waktu itu masih diurusin emak saya dia itu dok.



D



: Disini rutin pak berobatnya?



K



: Ya akhirnya berobat rutin kesitu, udah berapa kali bolak-balik saya nganterin. Pernah kan sekali dia dirawat tahun 2014 itu, karena dia itu ogah-ogahan minum obatnya, udah dipaksa juga gak bisa malah marah-marah sampe capek kita bilanginnya.



D



: Bapak adik kandungnya ya, tinggal serumah pak?



K



: Gak serumah sih dok, dia mah dirumah emak saya, tapi rumah saya pas dibelakangnya dok, masih satu kompleks gitu deketan, jadi kalo ada apa-apa saya sering nengokin juga.



D



: Waktu itu kenapa kakaknya dibawa kesini pak?



D



: Perkembangannya gimana ya pak semenjak berobat pertama kali?



K



: Waduh, waktu itu dia ngamuk dok, saya sampe ditinju, terus diancem yang aneh-aneh lah. Dia tadinya marah-marah sama adik saya yang perempuan, terus saya dateng mau melerai tapi malah saya ditonjok. Akhirnya saya suruh adik saya panggil polisi buat sekalian bantu bawa ke RSJ sana



K



: Sering kambuh-kambuhan dia itu dok. Soalnya emang kadang kalo udah agak mendingan tuh dia gamau minum obat, jenuh bilangnya.



D



: Pernah sempat sembuh gitu pak?



K



: Gatau juga sih sembuh atau gak, tapi kalo dia rutin makan obat nya ya dia mendingan gitu agak tenang, membaik lah gitu istilahnya. Kalo gak minum obat ya kumat lagi ngamuknya.



D



: Dirumah yang ngurusin siapa pak?



D



: Mengamuknya karena apa ya pak?



K



: Emang dia orangnya emosian dok, gak bisa dinasehatin dikit langsung ngamuk. Dia parnoan terus, kita mau



27



K



: Dulu mah emak saya yang rajin ngurusin, tapi udah tua dia sekarang, udah capek juga, apalagi abis bapak saya meninggal itu tahun 2015, ya sekarang mah gantian aja yang ngurusin dia ya saya sama adik-adik saya, ya sebenernya dia ini jadi beban lah bikin susah keluarganya.



D



: Tn. A ini sehari-harinya gimana pak? Masih kerja?



K



: Boro-boro kerja dok, kerjannya mah keluyuran aja, sampe tetangga tuh pada ketakutan karena dia itukan labil dok, dipancing dikit langsung meledak emosinya, kalo udah marah langsung main tonjok aja, semua orang diancem sama dia. Waktu kemaren kan yang bawa polisi itu kan, ya karena itu dok dia kerjaannya ngamuk terus.



D



: Kan dibawanya kesini sama polisi ya pak, sebelumnya pernah terlibat kasus hukum gak pak?



K



: Kalo kasus mah gak pernah dok, panggil polisi itu cuma buat bantu bawa dia kesini aja, karena ngeri dia kalo udah ngamuk-ngamuk itu susah



D



: Ooh, gak pernah ada kasus miras atau narkoba gitu ya pak?



K



: Gak, gak pernah.



D



: Dirumah gimana pak kalo makan atau mandi gitu? Bisa sendiri?



K



: Ya makan mah makan, kalo mandi kalo gak dimarahin emak saya dulu gak bakalan lah dia mandi. Ya minum obat juga dia disuruh sama emak saya tapi dia nya ya gitu tergantung mood nya dia, kalo lagi waras ya waras kalo lagi kumat ya ngamuk dia



D



: Baiklah kalau begitu pak, terima kasih ya atas waktunya.



K



: Iya, sama-sama dokter.



28



RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT Pasien sangat terpuruk setelah putus dengan pacarnya, pasien jadi linglung, sulit tidur, marah tanpa sebab, gelisah, mondar-mandir, mudah tersinggung, suka menyakiti diri sendiri, tidak dapat mengurus dirinya sendiri, dan tingkah lakunya jadi tidak wajar.



Pasien akhirnya dibawa berobat untuk pertama kalinya ke Poli RSJD Lampung karena keluhannya semakin memberat, pasien rutin kontrol setiap obatnya habis.



2001



2005



Jan 2007



Okt 2008



25 thn



29 thn



31 thn



32 thn



Pasien bicaranya menjadi melantur, suka telanjang di rumah, sering mengganggu keluarga atau orang asing. Pasien dibawa berobat ke pengobatan tradisional dari rekomendasi keluarga pamannya yang menderita keluhan yang sama, namun tidak memberikan banyak perubahan



Pasien sudah menjalani 11 hari rawat inap di RSJD Lampung, keluhan sudah berkurang, emosi lebih stabil, namun masih terkadang mendengar suara bisikan



Pasien di rawat inap selama 40 hari di RSJD Lampung setelah dibawa oleh polisi ke UGD karena mengamuk dan menyerang serta melukai orang lain. Pasien sebelumnya tidak mau minum obat selama 1,5 tahun



Pasien kembali dibawa berobat ke Poli RSJD Lampung setelah sebelumnya mogok minum obat selama sekitar 3 bulan



Jul 2013 37 thn



Jan 2018



Sekarang



42 thn



Pasien kembali gaduh gelisah dan mengamuk sehingga dibawa oleh polisi setelah bertengkar dengan adiknya sampai memukul dan mengancam. Pasien juga merasa curiga dengan keluarganya serta mendengar bisikan yang memerintah.



29