Laporan Kerja Praktek Frenk-Rio Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarangini, kayu merupakan benda yang bisa di pergunakan dalam pembuatan beragam macam benda-benda jadi. Bagi kehidupan masyarakat, kayu dapat di olah menjadi pintu, jendela, kursi, meja, dan peralatan rumah tangga lainnya. Untuk itu, pengusaha-pengusaha banyak membuat perusahan dalam usaha pengolahan kayu. Perkembangan industri – industri yang cukup pesat pun mendorong para pengusaha untuk bisa memanfaatkan peluang bisnis dalam penyediaan barang dan alat yang berbahan dari pengolahan kayu.Dimana salah satu perusahaan yang kini bisa memanfaatkan peluang tersebut adalah PT. SURYAMAS LESTARI PRIMA yang mempunyai alat untuk pembuatan kayu menjadi pintu, yang berdiri pada tahun 1989.Untuk mewujudkan hasil yang memuaskan bagi konsumen, maka diperlukan SDM yang berkualitas yang nantinya akan membantu kelancaran operasional pengolahan kayu tersebut. Program studiS1Teknik Mesin USU sebagai salah satu lembaga pendidikan, mengemban tugas dan amanat untuk mengembangkan pendidikan agar lulusan yang dihasilkan menjadi siap pakai dan mampu bekerja memenuhi kebutuhan sekarang ini. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan diatas, maka Program studiS1 Teknik Mesin USU menugaskan mahasiswa untuk melaksanakan Kerja Praktek/Magang di perusahaan. Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek/Magang ini agar mahasiswa dapat lebih mengenal proses pengendalian peralatan maupun proses yang terjadi, pada khususnya, serta dunia riset dan teknologi, pada umumnya, dengan melakukan studi kasus dan mencari data sambil melakukan pekerjaan rutin yang ada di perusahaan-perusahaan tertentu sesuai dengan pilihannya masing-masing. Sebelum melaksanakan tugas akhir atau skripsi, Fakultas Teknik pada umumnya dan Departemen Teknik 1



Mesin pada khususnya mewajibkan kepada mahasiswanya untuk



melaksanakan



kerja



praktek



di



perusahaan



yang



memiliki keterkaitan antara ilmu yang didapat di perkuliahan dengan dunia kerja. Mahasiswa yang telah melaksanakan kerja praktek



diharapkan



memiliki



pengetahuan



teknis



dasar



tentang teknologi yang sedang berkembang dan digunakan oleh perusahaan di Indonesia. Penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Suryamas Lestari Prima, karena PT. Suryamas Lestari Prima merupakan salah satu perusahaan yang sangat vital dalam menunjang ilmu produksi, serta memiliki fasilitas yang sangat memadai untuk melaksanakan kerja Praktek. Dengan diadakannya Kerja Praktek yang dilakukan oleh mahasiswa, diharapkan adanya hubungan kerja sama antara pekerja dan pihak pembimbing pada khususnya dan perusahaan pada umumnya. Sehingga ilmu yang diperoleh di dunia kerja dapat disinergiskan dan diaplikasikan untuk memperoleh sumber daya manusia yang terampil dan kompeten. Sehingga akan mendapat feedback positif bagi kemajuan bangsa dan negara.



1.2 Tujuan Kegiatan Kerja Praktek Adapun tujuan dilaksanakan Kerja Praktek ini, adalah: 1.2.1 Umum a. Untuk mendapatkan pengalaman kerja, baik secara teoritis maupun pengalaman praktis secara langsung selama kerja praktek di PT Suryamas Lestari Prima. b. Mengenal



sistem



kerja



dan



sistem



organisasi



perusahaan, serta memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja, sehingga akan dihasilkan sarjana Teknik Mesin yang mampu bekerja sebagai tenaga perencana, pelaksana, pengaturan dan pengendali, serta



mampu



mengantisipasi,



2



merumuskan



dan



menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam dunia kerja secara sistematis. c. Membina hubungan baik antara perguruan tinggi dan dunia kerja khususnya antara Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan PT Suryamas Lestari Prima. 1.2.2 Khusus a. Mampu memahami dan menjelaskan tentang sejarah, manajemen



perusahaan



dan



peralatan



yang



menunjang operasional. b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktek sesuai dengan program studi atau bidang peminatannya masing-masing



serta



gambaran



nyata



tentang



lingkungan kerjanya, mulai dari tingkat bawah sampai dengan tingkat yang tinggi. c. Mahasiswa dapat mengetahui dan mencari metode penyelesaian jika ada masalah-masalah yang sering terjadi pada operasional di PT Suryamas Lestari Prima (studi kasus ). d. Mencari data otentik dan kasus riil yang ada di lapangan untuk kemudian dianalisis sebagai inspirasi untuk seminar dan skripsi. e. Memenuhi salah satu mata kuliah di jurusan Mesin FT USU yang merupakan prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.



1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup Kerja Praktek yang di laksanakan di dalamPT. Suryamas Lestari Primaadalah di bagian proses pengeringan, pemotongan, dan desain



3



yang membahastentang alat dan mekanisme yang digunakan pada pembuatan pintu.



1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktek ini di laksanakan dari tanggal 02 Mei 2014 sampai dengan tanggal 02 Juni 2014 di PT. Suryamas Lestari Prima.



1.5 Metodologi Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yangdilakukan antara lain : 1. Pencarian materi – materi melalui media internet dan buku panduan tentang proses pengeringan, pemotongan, dan desain pintupada umumnya dan tentang alat dan mekanisme pada khususnya. 2. Metode survey, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan atau diskusi pada pembimbing dan operator yang sedang bertugas. 3. Metode observasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan.



1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pada bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, waktu dan



tempat pelaksanaan, metodologi pengumpulan data dan sistematika



penulisan.



BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisikan tentang teori - teori dasar mengenai proses pengeringan, pemotongan dan desain pembuatan pintu secaraumum. BAB IIIGambaran Umum Perusahaan



4



Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat perusahaan dan PT. Suryamas Lestari Prima, daerah operasi, struktur organisasi dan lokasi perusahaan. BAB IV Proses produksi Kayu menjadi Pintu Pada bab ini berisikan tentang tahap-tahap proses pembuatan kayu menjadi pintu di PT. Suryamas Lestari Prima. BAB V Alat dan Mekanisme Proses Pembuatan Pintu Pada bab ini berisikan tentang tugas khusus penulis yaitu alat dan mekanisme pada proses pengeringan, pemotongan, dan desain pembuatan pintu. BAB VI Penutup Berisi kesimpulan dan saran.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Kayu 2.1.1Manfaat Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai mencapai kadar air lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara di mana kayu tersebut ditempatkan. Pada umumnya dalam penggunaannya, kayu harus dikeringkan terlebih dahulu. Alasan dilakukannya pengeringan kayu antara lain : 1. Penyusutan pada produk yang menggunakan kayu yang dikeringkan akan berkurang, pembengkokan dan belah ujung dapat dihindarkan. 2. Kayu terlindung dari serangan jamur pembusuk dan jamur pewarna, sehingga kayu akan lebih awet. Tingginya temperatur pada pengeringan tanur membunuh jamur dan insekta yang bisa huidup dalam kayu. 3. Pengeringan menghasilkan kekuatan kayu yang lebih tinggi, dengan asumsi tidak terjadi cacat khususnya belah ujung. Selain itu, kuat pegang paku terhadap kayu akan meningkat. 4. Meningkatkan kualitas hasil pengecatan dan proses pengerjaan akhir. 5. Berat kayu berkurang sehingga biaya transportasi bisa lebih rendah.



5



Gambar 2.1 Gambar diagram proses pengeringan



2.1.2Metode Pengeringan Kayu Metode pengeringan kayu yang biasa digunakan antara lain :



 Pengeringan udara (alami) Pengeringan udara (alami) memilik faktor-faktor sebagai berikut : 1) Pemilihan tempat Kriteria dalam memilih tempat untuk pengeringan udara adalah ukuran luas, permukaan datar, terbuka (aerasi baik), kering, bersih dari sampah/limbah kayu, tidak ditumbuhi rumput-rumputan atau vegetasi lain. 2) Penumpukan Yang diperhatikan dalam penumpukan adalah pola penumpukan, dimensi penumpukan, fondasi, stiker, atap, perlindungan akhir dan tingkat pengeringan. Pola penumpuka dimaksudkan untuk membentuk lorong-lorong yang mempermudah penanganan pengeringan. Dimensi penumpukan berpengaruh terhadap kecepatan pengeringan. Fondasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya aliran air hujan atau salju yang mengalir dibawah penumpukan kayu. Sticker digunakan untuk membatasi antar kayu yang ditumpuk yang bertujuan



6



untuk sirkulasi udara pada setiap kayu dikeringkan. Atap dimaksudkan untuk menghindari hujan, sinar matahari, dan salju. Atap bisa dibuat dari kayu, asbes, metal. Perlindungan terakhir dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pecah pada kayu yang dikeringkan, dilakukan dengan cara melaburkan parafin dipermukaan aksial dari kayu.



Gambar 2.2 Penumpukan Kayu di Tempat Penyimpanan



3) Kecepatan pengeringan Kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kayu, ketebalan kayu, pola lingkaran tahun, kayu teras/kayu gubal, cara penumpukan, kondisi tempat, dan faktor iklim.



4) Pengendalian kadar air Perubahan kadar air kayu selama pengeringan udara dapat diketahui. Pengukuran dimaksudkan untuk mempercepat atau memperlambat keluarnya air dari kayu sampai dengan tingkat tertentu (dibawah 20%). Pengeringan dengan penumpukan bisa dihentikan, dan kemudian disimpan di gudang tanpa harus menggunakan stiker.  Pengeringan Dengan Kiln Pengeringan (Konvensional) Kiln pengeringan biasanya menggunakan uap panas, peralatan dilengkapi dengan pengendali suhu dan kelembaban, sirkulasi udara, dan buangan uap air. Berikut adalah penjelasan lain mengenai Kiln pengeringan, antara lain:



7



1) Tipe Kiln Ada 2 tipe kiln, yaitu kiln kompartement dan proggresive. Pada kiln kompartement pengeringan dilaksanakan secara tetap (kayu tidak bergerak). Kondisi pengeringan (suhu, RH) ditetapkan pada interval tertentu, sampai dengan kondisi konstan tetap masih berada dalam kiln tersebut. Pada kiln proggresive (kayu bergerak), kayu berjalan secara bertahap sampai dengan kering dan langsung keluar. Kondisi pengeringan tidak konstan didalam kiln, pada saat mauk kondisinya rendah (suhu rendah dan RH tinggi) secara bertahap suhu dinaikkan dan RH dikurangi.



2) Konstruksi dan Peralatan Kiln pengering biasanya dibuat dari tembok batu bata dan lantainya terbuat dari beton. Dinding dalam kiln biasanya terbuat dari metal aluminium, anti korosif. RH dikendalikan oleh uap bebas yang ada di dalam kiln, dan sirkulasi udara dikendalikan oleh kipas angin yang diletakkan diatas atau dibawah tumpukan kayu, bahkan kadang-kadang di samping (dinding samping). Kiln juga dilengkapi miostermeter untuk mengukur kadar air kayu. 3) Penumpukan Prinsip umum penumpukan kayu pada pada kiln pengering sama dengan penumpukan pada pengeringan alami (udara), dibutuhkan stiker (ganjal) diantara kayu yang berfungsi sebagai sirkulasi udara. 4) Prosedur Pengeringan Penyusunan jadwal pengeringan pengeringan sangat penting untuk mengkondisikan suhu dan kelembaban relatif dalam kiln. Jadwl pengeringan ini disusun dengan maksud untuk mengefisiensikan waktu pengeringan dan meminimalkan kerusakan akibat pengeringan. Jadwal pengeringan dikembangkan oleh FPL (Forest Product Laboratory) secara trial dan eror. Jadwal ini disesuaikan dengan jenis kayu dan kadar air kayu yang diinginkan. Tahap-tahap pengeringanmeliputi preparatory (persiapan), actual drying (pengeringan), equalization of moisture content (perhitungan kadar air). Tahap preparatory, kayu dipanaskan pada suhu 40-65 C. Tahap actual drying yaitu mengeringkan kayu sesuai dengan keinginan. Tahap terakhir mengambil sample dari kayu yang



8



dikeringkan untuk mengetahui kadar airnya. Kerusakan pada saat pengeringan dapat diminimalkan dengan cara mengeringkan secara bertahap. 5) Durasi Pengeringan Waktu pengeringan kiln dryinglebih cepat dibandingkan dengan pengeringan udara. Faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan adalah sifat anatomi kayu (kayu gubal/teras, hardwood/ softwood), ketebalan kayu, jenis kayu, kecepatan sirkulasi udara dalam kiln, kualitas pengeringan kayu, perubahan kadar air dari awal-akhir, dan cacat kayu setelah pengeringan. 6) Kadar Air Akhir Penentuan kadar air kayu yang dikeringkan tergantung pada tujuna pengeringan dan tujuan pengeringan kayu tersebut.



7) Penyimpanan Kayu Gergajian



Sifat higroskopis kayu tidak tergantung pada metode pengeringan dengan udara maupun pengeringan dengan kiln. Kayu kering bisa menyerap air lagi. Untuk itu kayu yang sudah dikeringkan perlu disimpan pada kondisi dimana tempat penyimpanan tersebut dapat menahan kayu untuk menahan air. Kayu kering disimpan tanpa menggunakan stiker (ganjal), dimana suhudan kelembaban relatif terus dijaga dimana kayu tidak akan lagi menyerap air dan diusahakan seimbang kadar air kayu kondisi ruangan.  Metode Pengeringan yang lain Jenis-jenis metode ini antara lain : 1) Pengeringan dengan energi matahari Metode ini lebih cepat dibanding pengeringan udara. Ada 2 tipe greenhouse dan solar collector. Solar collector dengan cara mengumpulkan panas dari matahari yang ditransfer kedalam kiln pengering. Sedangkan pada greenhouse pelaksanaannya lebih sederhana dibanding dengan kiln-drying, dan kadar air kayu dapat direduksi sampai dengan KA 7%, dibanding dengan pengeringan udara. 9



2) Pengeringan dengan dehumidifikasi Air yang dikeluarkan dari kayu tidak dipindahkan dari kiln dalam bentuk



uap



air,



seperti



pada



pengeringan



kiln-konvensional,



tetapi



dikondensasikan dan dipindahkan sebagai cairan. 3) Pengeringan temperatur tinggi Pengeringan ini mempunyai keuntungan dapat mengeringkan secara cepat, tetapi masih punya kelemahan antara lain membutuhkan kiln khusus (metal atau berlapis aluminium), juga tidak efektif pada kayu yang mempunyai kadar air tinggi. Pengeringan metode ini juga menyebabkan warna kayu menjadi gelap, keluarnya resin kepermukaan kayu, dan lepasnya mata kayu. Kerugian yang lain dapat menyebabkan menurunnya sifat kekuatan kayu. 4) Pengeringan dengan peningkatan temperatur secara kontinu Pengeringan dimulai pada suhu 60 C dan perbedaan bola basa dan bola kering tetap konstan, sampai dengan bola kering suhunya menjadi 100 C. Metode ini lebih cepat dibanding dengan metode temperatur tinggi, lebih efektif, menghemat energi, dan meminimalkan cacat akibat pengeringan. 5) Pengeringan kimia Metode ini didasarkan pada penggunaan bahan kimia yang dapat mengikat air dan mengurangi penyusutan. NaCl dan urea efektif digunakan untuk pengeringan, tetapi sangat korosif terhadap metal. Metode ini memakan biaya besar, kayu yang sudah kering dapat “berkeringat” pada RH tinggi (diatas 80%), dan metode ini jarang digunakan. Metode menaburkan garam (salt seasoning) untuk meningkatkan permeabilitas kayu. Bahan kimia yang lain yang digunakan polyethylene glycol. 6) Pengeringan dengan penguapan Kayu ditempatkan pada silinder tertutup (seperti pada pengawetan) pada suhu tinggi 100-200 C dengan dicampur uap organik dan terjadi



10



kondensasi. 2 cairan ini tidak akan bisa tercampur karena kerapatannya berbeda. Air dapat diukur dan dibuang, bahan kimianya bisa dipakai kembali, terakhir dilakukan vakum untuk menghilangkan bahan kimia yang diserap kayu. Keuntungan metode ini pengeringan cepat, tetapi biaya tinggi dan membutuhkan energi besar. 7) Pengeringan dengan minyak mendidih Metode ini biasanya dikombinasikan dengan perlakuan pengawetan pada kayu yang mempunyai kadar air tinggi. Metode ini juga menggunakan suhu tinggi dengan perlakuan vakum. Keuntungan dari metode ini adalah perlakuan pengawetan dan pengeringan dapat bersamaan, sedangkan kerugiannya adalah kayu bisa menjadi gelap, dan kadang-kadang pecah dan retak. 8) Pengeringan dengan pelarut Kayu ditempatkan pada suatu ruangan kedap udara dan disemprotkan aseton panas (90 C), setelah itu cairan (campuran aseton, air yang keluar dari kayu, dan zat ekstraktif) dibuang, sementara udara bersirkulasi sampai dengan pengeringan selesai. Setelah pengeringan selesaipelarut dapat didistilasi dan digunakan kembali. Keuntungannya dapat mengeringkan kayu dengan cepat tetapi biaya tinggi. 9) Pengeringan dengan elekrik frekuensi tinggi Kayu dipanaskan secara cepat dan merata, kayu diangkut dengan conveyor dan melewati bidang listrik, kayu kering secara bertahap. Keuntungan metode ini cepat, namu peralatannya sangat mahal. 10) Metode lain Metode ini menggunakan ruang hampa, tempat yang berputar (centrifuging), dan radiasi ultraviolet. Vacuum-drying mengeluarkan kadar air pada suhu dibawah mendekati 100 C dan berlahan dinaikansampai dengan suhu tinggi mencapai diatas 100 C. Metode ini dikombinasikan dengan



11



frekuensi tinggi tetapi tidak ekonomis. Pada centrifuging, kayu ditempatkan pada tempat yang berputas dimana suhu dan RH dikontrol. Metode ini cepat, ekonomis, tanpa cacat, tetapi hanya sebatas teori, tanpa ada aplikasinya. Radiasi ultraviolet sangat jarang diaplikasikan dan tidak ekonomis, pengeringan dengan microwave juga sudah diaplikasikan. Didalam pengeringan terdapat keuntungan dan kelemahan. Keuntungan dan kelemahan dalam pengeringan kayu secara alami adalah sebagai berikut :  Keuntungan: 



Tidak memerlukan biaya dan peralatan yang mahal







Hasil pengeringan mengalami cacat retak dan pecah yang lebih sedikit







Pelaksaannya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli







Pengeringan dengan tenaga alam/udara (matahari)







Kapasitas dan sortimen (ukuran) kayu tidak terbatas  Kelemahan:







Waktu yang diperlukan cukup lama (tergantung cuaca)







Memerlukan areal/lapangan yang cukup luas







Memerlukan persediaan kayu lebih banyak cacat-cacat yang timbul sulit diperbaiki kembali







Kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi



Sedangkan dalam metode pengeringan buatan (kiln drying), memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai berikut :  Keuntungan: 



Waktu pengeringan sangat singkat







Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan kelembaban udara, temperatur dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan







Terjadinya cacat kayu dapat diperbaiki



12







Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyak







Tidak membutuhkan tempat yang luas







Kualitas hasil jauh lebih baik  Kelemahan:







Memerlukan investasi/modal yang besar







Memerlukan tenaga ahli pengalaman







Sortimen (ukuran) kayu yang akan dikeringkan tertentu







Bentuk busur (bowing) berubah bentuk melengkung pada arah memanjang kayu







Perubahan bentuk penampang kayu



 Steaming Steam (uap) digunakan dalam kiln pengeringan untuk mengendalikan kelembaban relatif dalam ruang pengering yang bertujuan untuk mencegah cacat kayu. Steaming juga dimanfaatkan untuk hal yang lain, seperti merubah warna alami kayu, atau persiapan untuk membengkokkan kayu.



2.1.3 Cacat Kayu Akibat Pengeringan Di dalam pengeringan kayu, terdapat kesalahan-kesalahan dalam pengeringan, dan ini disebut kerusakan kayu atau cacat kayu. Berikut adalah contoh-contoh cacat kayu, antara lain :



 Kerusakan Karena Penyusutuan Kayu yang menyusut jika dikeringkan akan menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan. Selama tahap awal pengeringan, lapisan luar (outer shell) kayu kehilangan air dan ketika mencapai titik jenuh serat (TJS), lapisan permukaan mulai menyusut. Jika lapisan dalam (inner core) lebih padat, dengan catatan masih di atas titik jenuh serat, maka core akan menahan penyusutan lapisan luar. Laju penyusutan relatif terhadap ketebalan,



13



menghasilkan gaya tarik (tensile stress)pada bagian luar dan berakibat pada gaya tekan (compression stress) pada bagian dalam. Gaya tarik lapisan luar, bisa sangat besar sehingga melebihi batas elastis pada arah tegak lurus dan menjadi bentuk yang permanen. Pada beberapa kasus, gaya bisa lebih besar dari kekuatan maksimum dan menyebabkan retak. Selama proses pengeringan, lapisan dalam mulai mencapai keadaan di bawah titik jenuh serat dan menyusut, mengakhiri tahap pengeringan yang kedua. Gaya tarik yang terbentuk selama tahap pengeringan yang pertama, memberikan pengaruh besar karena menahan penyusutan lapisan dalam. Hal ini menyebabkan kembalinya stress (stress reversal), yaitu lapisan luar mengalami gaya tekan dan lapisan dalam mengalami gaya tarik. Gaya tekan pada permukaan biasanya terjadi dekat pada retak permukaan sehingga mudah terlihat selama tahap awal pengeringan, menimbulkan kesan bahwa kayu tersebut sudah tidak dapat dipergunakan. Jika gaya tarik pada lapisan dalam lebih besar dari gaya tarik pada arah tegak lurus serat maka akan terjadi internal rupture, namun tidak dapat terlihat pada permukaan. Ketika proses pengeringan selesai, papan masih dalam keadaan tegangan yang belum konstan, lapisan luar mengalami gaya tekan dan lapisan dalam mengalami gaya tarik.kondisi ini biasanya berakhir dengan terjadinya kekerasan. Pada beberapa kasus tidak menimbulkan masalah, kecuali jika pada papan terjadi ketidakseimbangan tegangan antara tebal dan lebar, yang dapat menyebabkan penyimpangan. Dengan kondisi pengeringan kilang yang terkendali, kondisi stress ini dapat dihilangkan. Pada tahap akhir pengeringan, panas diberikan pada waktu singkat dengan kondisi kelembaban relatif yang tinggi akan mendorong terbentuknya gaya tekan pada lapisan luar. Jika gaya tekan akhir ini sama dengan gaya tarik awal, semua tegangan dapat dihilangkan dan akhirnya kayu gergajian bebas dari tegangan. Jenis cacat karena penyusutan, adalah sebagai berikut : a. Retak ujung dan permukaan (end and surface checks) Hal ini tejadi karena pada saat permukaan kayu mengering, bagian luar kayu mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah. Akibatnya terjadi tegangan dan retak pada permukaan dan ujung kayu. Cara pencegahannya adalah dengan mengoleskan oli, resin, urea atau polyetilen glikol (PEG) pada ujung kayu. Pada tahap awal pengeringan digunakan temperatur rendah, kemudian dinaikkan secara perlahan.



14



b. Case hardening Case hardening disebabkan oleh tingginya kadar air dalam kayu sebelum mulai dikeringkan dan sangat cepatnya proses pengeringan. Proses evaporasi dalam inti kayu terhambat karena sel permukaan kayu yang kering menghalangi keluarnya air dari sel bagian dalam kayu ke permukaan. Permukaan kayu akan mengeras dan kedap. c. Retak dalam (honey combing) Cacat retak dalam adalah cacat yang diakibatkan oleh kesalahan pengendalian mesin pengering dan merupakan kelanjutan dari cacat case hardening kayu. d. Perubahan bentuk (distorsi) Perubahan bentuk yang mungkin terjadi adalah melengkung (bowing), mencawan (cuping), dan memuntir (twisting). Perubahan bentuk ini disebabkan oleh tidak meratanya persentase penyusutan bagian-bagian kayu.



 Kerusakan karena Kandungan Ekstraktif Ekstraktif kayu dapat menyebabkan warna yang tidak diharapkan (discolouration) pada permukaan kayu karena perubahan konsentrasi ekstraktif ataupun perubahan kimiawi ekstraktif (polimerisasi ekstraktif) selama pengeringan. Sebagai contoh warna gelap bagian kayu yang disanggah selama pengeringan.



 Kerusakan Karena Jamur Blue stain, decay dan mold dapat berkenbang pada kayu gergajian, selama menunggu proses pengeringan atau pada kondisi pengeringan tertentu. Kayu gubal pada kebanyakan jenis kayu, lebih mudah diserang jamur daripada kayu terasnya karena kandungan ekstraktifnya lebih sedikit. Kerusakan karena jamur terjadi sebelum pengeringan, ketika kayu dalam kondisi di atas titik jenuh sera dan jamurmendapat makanan, air, oksigen, dan suhu yang sesuai. Kerusakan ini dapat dicegah dengan pengeringan kilang atau pengeringan udara yang dipercepat, khususnya pengeringan pada permukaan, ataupun menggunakan cairan kimia antifungal.



15



2.2 Pemotongan Kayu 2.2.1 Pengertian Pemotongan Kayu Pemotongan kayu adalah memotong kayu menggunakan alat sehingga terbentuk model kayu yang kita inginkan. Perlu kita ketahui, kayu yang digergaji atau dipotong akan menghasilkan beberapa bagian papan atau balok kayu yang mempunyai pola serat sesuai dengan letak bagian kayu tersebut. Berdasarkan posisi letak asal dalam batang kayu tersebut ada beberapa jenis papan, yaitu :



Gambar 2.3 Jenis-jenis pola dan papan kayu



 Papan Tangensial (Flat Sawn) Papan Tangensial dibuat untuk menonjolkan keindahan struktur serat kayu atau garis tekstur kayu. Perbedaan struktur pori kayu gubal yang kosong dan pori kayu teras yang keras dan padat berisi mempengaruhi arah penyusutan dan perubahan dimensi kayu. Bentuk kayu jenis ini labil dan cenderung cekung. Bila arah serat memanjangnya tidak lurus (berserat bolak-balik), kayu akan cenderung melengkung bila tidak disusun dengan baik.



16



Gambar 2.4 Arah Kayu Tangensial dan Pola Perubahan Dimensi Kayu



 Papan Radial (Quarter Sawn) Umumnya orang ingin menggergaji bagian kayu ini untuk mendapatkan sebanyak mungkin papan radial karena jenis papan ini paling stabil digunakan sebagaibahan bangunan (konstruksi). Akan tetapi, sangatlah sulit untuk mencapainya karena hasil gergajiannya kecil, berkisar sekitar 5% hingga 15%.



Gambar 2.5 Arah Kayu Radial dan Pola Perubahan Dimensi Kayu



 Papan Semi Radial (Semi Quarter Sawn) Papan semi radial mempunyai lingkaran tahun arah diagonal pada penampang papan. Papan kayu jenis ini juga mempunyai arah penyusutan sesuai dengan arah lingkaran tahunnya serta letak kayu gubal dan kayu terasnya.



17



Gambar 2.6 Arah Kayu Semi Radial dan Pola Perubahan Dimensi Kayu



 Papan Tengah atau Hati Pada hasil penggergajian/pemotongan kayu dengan sistem belah pasti terdapat papan dengan bagian hati kayu atau biasa kita sebut sebagai papan tengah. Bagian hati kayu yang lunak biasanya akan mudah pecah saat kayu mengering. Arah penyusutan kayu pada kenyataannya tidak dapat dirumuskan secara matematis, karen kayu berasal dari benda yang hidup yaitu pohon. Kayu berasal dari pohon yang berbedakan mempunyai sifat alami yang khas dan berbeda satu dengan lainnya. Prinsip utama pada penyusutan kayu adalah tetap pada arah tangensial, arah radial dan aksial seperti yang telah dijelaskan di atas. Hanya prinsip ini tidak dapat diterapkan pada keseluruhan bidang papan atau balok dalam kayu. Bila papan tersebut dipotong dari balok dengan posisi asal miring, arah penyusutan akan lain. Pedoman utama untuk mendeteksi dan menentukan perkiraan perubahan dimensi yang paling mungkin adalah memperhatikan arah serat kayu utama dan lingkaran tahun.



Gambar 2.7 Arah Kayu Tengah dan Pola Perubahan Dimensi Kayu



2.2.2 Mesin yang Digunakan Dalam Industri Pemotongan Kayu 18



Proses penggergajian atau pemotongan di dalam industri menggunakan alat-alat yang memiliki jenis dan fungsi yang berbeda-beda. Beberapa alat diantaranya adalah :  Circular Saw (Gergaji Bundar) Gergaji bundar secara luas digunakan di seluruh industri, paling umum pada peralatan industri pengolahan kayu. Kelebihan dan kelemahan nya adalah sebagai berikut :







 Kelebihan : Dapat dipasang dengan handpiece portable atau dapat diperbaiki dalam bangku sehingga sebagian dari pisau menonjol di atas meja



 



memudahkan merobek kayu Dapat dipindah-pindahkan secara manual atau dengan kaki Dapat menjadi pneumatik powered.







 Kelemahan : Bilah tebal dari pemotong yang lain dan membutuhkan tenaga yang







besar Bilah memiliki diameter 1m, sehingga susah atau tidak bisa







menggergaji kayu dengan diameter lebih besar dari 1m Pada ujung gergaji biasanya ada gigi tambahan yang lebih keras



Gambar 2.8Circular saw (gergaji bundar)



 Band Saw (Gergaji Pita) 19



Band saw (gergaji pita) merupakan kebalikan dari gergaji bundar. Banyak digunakan dalam penggergajian karena memiliki kelebihan lebih tipis, lintasan gergaji lebih sempit sehingga tidak boros terhadap kayu yang digergaji, lebih stabil atau tidak goyang. Dilengkapi gigi tambahan sehingga lebih cepat dalam penggergajian. Harga nya relatif lebih mahal dan niaya pemeliharaannya lebih mahal. Penyebab kecelakaan pada penggunaan band saw adalah sebagai berikut :  Menimbulkan overfeeding yaitu menekankan pisau gergaji dengan kekuatan yang melampaui batas dan ketegangan ketika menggunakan alat dengan tekanan tinggi  Penggunaan dengan kecepatan tinggi  Sawteeth tidak teratur dan tidak merata, sehingga tidak stabil dalam penggunaannya  Kurang menguasai dalam menggunakan alat tersebut, atau tidak menerapkan sesuai dengan panduan penggunaan  Kondisi gergaji yang bengkok  Roda bandmill yang longgar  Ukuran diameter roda pisau yang kecil  Kondisi bilah yang bergetah, berkarat atau bekas tambalan



20



Gambar 2.9Band saw (gergaji pita)



 Planner (Mesin Serut) Planner merupakan jenis gergaji untuk meratakan dan menghaluskan permukaan



lebar



dan



tebal,



terutama



pada



industri



penggergajian/pemotongangan furniture. Ada beberapa jenis planner yaitu : 1) Single Planner Disini kayu gergajian atau pemotongan hanya satu bagian saja yang terserut. 2) Double Planner Disini kedua permukaan kayu tersebut terserut, sehingga lebih mudah dalam pengerjaannya dibanding dengan single.



3) Four Side Planner



21



Berbeda dengan kedua jenis diatas, disini keempat sisis akan diserut misalnya pada pembuatan kayu gergaji berbentuk balok akan lebih mudah dalam proses penggergajiaannya, ini disebut juga dengan moulder.



Gambar 2.10Planner (mesin serut)



2.3 Desain Pintu Desain pintu adalah tahap dimana kayu sudah menjadi bagian-bagian pintu yang akan disambung, dipahat sesuai motif ukirannya, dipelitur, dan dipernis agar mengkilat. Pada bagian ini, kayu yang dipotong-potong menjadi bagian-bagian pintu disambung menggunakan pen dan diberi perekat (lem kayu). Lalu didesain dengan alat pahat. Pada dasarnya, perusahaan pembuatan pintu sudah memiliki contoh-contoh pintu yang dirancang oleh arsitekturnya dan kemudian di pasarkan kepada konsumen. Sehingga konsumen dengan mudahnya memilih yang sesuai dengan selera dan keingininannya. Tetapi, tidak menutup bagi konsumen yang ingin membuat rancangan motif ukiran sendiri. Berikut adalah contoh bentuk ukiran pintu :



 Panel doors 22



Gambar 2.11Model-model ukiran Panel Doors (confex, emboss, colonial 8PCB, 2 panel, regal 4P, Victorian, and colonial 10P (dari kiri ke kanan))



 Glazed doors



Gambar 2.12 Model-model ukiran Glazed Doors (patern I, SLP 4HG, SLP 6HG, SLP 2VG, door 3, elysee, and cottage OP (dari kiri ke kanan))



BAB III 23



GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya PT. Suryamas Lestari Prima Tanjung Morawa Propinsi Sumatera Utara sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat merupakan daerah yang percepatan pembangunan perekonomian dan perindustrian yang relatif tinggi. Salah satu penyumbang devisa negara dari daerah ini adalah di sektor pertanian, perkebunan, pengolahan hasil hutan dan hasil produksinya. Melihat potensi sumber daya alam yang relatif tinggi dan berdasarkan permintaan pasar mengakibatkan lahir dan berkembangnya suatu industri yang salah satunya adalah industri perkayuan. Di samping berdampak positif pada peningkatan pendapatan devisa negara juga mengurangi beban negara dalam masalah tenaga kerja karena merupakan industri yang berorientasi padat karya, di mana dapat menampung sejumlah tenaga kerja. Untuk mengantisipasi tercipatanya hasil produksi yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar pasar internasional dan sesuai dengan tingkat permintaan pasar maka dibangun suatu usaha dalam bidang pengolahan kayu. Salah satu hasil kerja/usaha putra daerah dan pengusaha lokal ini diwujudkan dalam suatu badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan nama Suryamas Lestari Prima dengan akta pendirian notaris Sartutiyasmi Agoeng Iskandar, SH No. 64 tanggal 10 Agustus 1988. Akta pendirian ini telah diubah dengan Akta Notaris No. 117 tanggal 21 Februari 1989 oleh notaris yang sama sehubungan dengan perubahan anggaran dasar perusahaan dan nama perusahaan. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2HT.01.01.A-1327 tanggal 16 Februari 1989 dengan lokasi terletak di Jl. Batang Kuis Km. 5,5 Desa Dalu Sepuluh A Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. 24



Berdirinya perusahaan ini sebagai usaha industri penunjang ekspor, merekrut sejumlah tenaga kerja dan pada umumnya tenaga kerja tersebut adalah anggota masyarakat yang berdomisi di sekitar lingkungan pabrik, dengan latar belakang pendidikan mulai dari sekolah dasar sehingga tingkat sarjana.



3.2 Informasi Umum PT. Suryamas Lestari Prima memiliki informasi umum sebagai berikut : a. Lokasi Pabrik



: Jl. Batang Kuis Km. 5,5 Desa Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli



b. Luas areal pabrik c. Luas Bangunan



Serdang, Propinsi Sumatera Utara : ± 3,5 ha : ± 1 ha, terdiri dari bangunan : Kantor, Produksi, Kiln Dryer, Gudang dan Bangunan



umum d. Ijin_ijin



: 01. NPWP 02. ITU 03. IUT



(musholla, kantin, dll) : 01.467.340.4-114.000 : 19/KANWIL-02/ITUI/AI/II/92 : 472/DJAI/IUT-6/Non PMA PMDN/XI/1989



04. SIUP



: 110/02.17/SIUP/XIII/1998.PB



05. HO



: 503.530.08/631



06. SITU



: 300/SITU/PENDA/1995



07. API-P



: 021300286.P-



08. IMB Pengolahan Kayu : 503.647/608/89 09. Ijin Perluasan Produk : 72/KANWIL02/ITUI/AI/VI/1993 10. NPWS-HUT : B.02.01.019 11. TDP



: 021312000120



12. IUIPHHL:028/IUIPHHK/DISHUT/TAHUN 2004



25



Gambar 3.1 denah lokasi pabrik PT. Suryamas Lestari Prima



3.3 Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian Tugas Adapun susunan organisasi dan hierarki di PT. Suryamas Lestari Prima untuk lebih lengkap dapat dilihat pada bagian lampiran, sedangkan pembagian tugas adalah sebagai berikut : 1. Direktur Utama Direktur Utama dibantu seorang Wakil Direktur Utama yang dapat dihunjuk mewakili Direktur Utama jika berhalangan. Direktur utama ini bertugas sebagai pemimpin dan koordinator terhadap segala kegiatan di perusahaan maupun pengawasan intern sesuai dengan peraturan yang berlaku. Direktur Utama bertanggung jawab dalam menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan, mewakili perusahaan dalam hal hubungan dengan pihak luar dan melakukan koordinasi kerja antar manajer. 2. Manager Keuangan Manager keuangan bertugas melaksanakan koordinasi dan mengendalikan segala kegiatan perusahaan khususnya di bidang keuangan dan akuntansi, kepegawaian, perlengkapan kantor dan kerumahtanggaan. Manager keuangan juga bertanggung jawab mengawasi cash flow perusahaan, memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan bagian akuntansi dan bagian perpajakan, mengajukan budget tahunan kepada Direktur Perusahaan serta menyampaikan laporan keuangan kepada Direktur dan Komisaris.



26



3. Manager Produksi Manager Produksi bertanggung jawab kepada Direktur Utama, mempunyai tugas untuk menjaga produktivitas dan efisiensi produksi, dan memelihara kualitas produksi pada tingkat yang diinginkan serta bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi dan penggunaan sesuai fungsinya masing-masing. 4. Manager Marketing Manager Marketing, tugas utamanya adalah menentukan strategi pemasaran, menangani order yang masuk dan komplain dari pelanggan, melakukan komunikasi dengan pihak pembeli. Manager Marketing bertanggung jawab kepada Direktur Utama. 5. Manager Pembelian Manager Pembelian bertugas menyeleksi para supplier bahan baku, mencari sumber bahan baku baru, memonitoring persediaan bahan material sesuai kebutuhan produksi. 6. Manager Personalia Manager Personalia mempunyai tugas dalam melaksanakan perekrutan, penerimaan, penempatan karyawan, melakukan pelatihan untuk peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan mengawasi pelaksanaan peraturanperaturan di perusahaan. 7. Management Representatif Management Representatif bertugas membuat laporan hasil penilaian terhadap sistem mutu untuk dilakukan pada Manajemen Perusahaan, menyelenggarakan Rapat Tinjauan Manajemen bersama-sama Direktur Utama dan menyelenggarakan rapat bulanan. 8. Quality Control Quality Control bertugas menjamin mutu sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan. 9. Bagian Utilitas Bagian Utilitas melaksanakan kegiatan di bidang perawatan rutin terhadap mesin-mesin dan instalasi listrik, melakukan perbaikan terhadap mesin-mesin dan instalasi yang rusak serta mendesain mesin-mesin baru sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 10. Bagian Produksi Bagian produksi betugas membuat produk sesuai dengan Surat Perintah Kerja Produksi dan melakukan kegiatan proses produksi yang efektif dan efisien terhadap bahan baku, tenaga kerja, waktu, dan mesin-mesin.



27



3.4Visi Dan Misi Perusahaan



Visi Menjadi produsen pintu terkemuka di Indonesia.



Misi Mengembangkan secara terus-menerus teknologi pengolahan kayu dan pembuatan pintu untuk menjamin kualitas demi sumber bahan baku yang ramah lingkungan.



28



BAB IV PROSES PRODUKSI KAYU MENJADI PINTU 4.1Alur Proses Pada Kayu menjadi Pintu



Bahan basah dari luar



Laminating, mengebor,cover, dan press



Masuk cady



Pengesetan bahan



Finishing



Packing



29



Masuk penyimpanan



Pemotongan sesuai order(RIM)



Gambar 4.1 Diagram alir Proses Produksi kayu menjadi pintu



Proses pembuatan pintu dari kayu adalah sebagai berikut : a. Bahan basah dari luar, kayu yang baru ditebang telah diterima oleh pabrik. Kayu masih basah dan masih dipilih-pilih kelayakannya untuk digunakan. Lalu dimasukkan dalam mesin saw mill untuk dibentuk menjadi papan.



Gambar 4.2mesin saw mill



Spesifikasi : - material



: baja ringan



- diameter batang kayu



: maksimal diameter 30cm



- panjang rel batang kayu



: maksimal 4 meter



- mesin



: Honda 9 HP tipe manual



- mata gergaji



: Pita



- bahan bakar



: bensin



- dilengkapi dengan



: 1) penjepit batang kayu 2) pengukur batang kayu 3) pelumas mata gergaji 30



b. Masuk Cady (pengeringan), kayu lalu dimasukkan pada tempat pengeringan (Cady). Sehingga menghasilkan struktur kayu yang lebih kuat dan kokoh sehingga kelembaban kayu berkurang. Mesin yang digunakan dalam pengeringan dinamakan kiln dry. c. Masuk penyimpanan, setelah dikeringkan kayu lalu disimpan dalam tempat



penyimpanan.



Sehingga



tidak



terkontaminasi



dan



mengurangi kecacatan pada kayu. d. Proses pemotongan, proses ini dimana konsumen berhak untuk memesan model yang sesuai dengan keinginannya. Lalu kayu tersebut dipotong dan dibentuk menjadi bagian-bagian pintu. Mesin yang



digunakan



dalam



pemotongan



kayu



mittersawdan mesin molding.



Gambar 4.3 mesin mitter saw



Spesifikasi : - diameter roda



: 255 – 260mm



- kecepatan tanpa beban



: 4600 rpm



- dimensi



: 1) panjang



- berat



: 530 mm



2) lebar



: 476mm



3) tinggi



: 532mm



: 11 kg 31



adalah



mesin



Gambar 4.4 mesin molding



Spesifikasi : - ukuran maksimal hasil kerja : 1) lebar



: 220 mm



2) tinggi



: 120 mm



- tata letak poros (daya listrik):1) poros bawah horizontal (5,5 kw) 2) poros kanan vertikal (4 kw) 3) poros kiri vertikal (5,5 kw) 4) poros atas horizontal (7,5 kw) 5) poros kanan vertikal (5,5 kw) 6) poros kiri vertikal (5,5 kw) 7) poros atas horizontal (11 kw) 8) poros bawah horizontal (11 kw) - ukuran diameter poros



: 40 mm



e. Pengesetan bahan (laminating, mengebor, cover, dan press), pada bagian ini kayu telah dipotong lalu di rekatkankan. Disini bahanbahan pintu akan di bor, pemasangan cover, press dan terakhir di laminating. Alat atau mesin yang digunakan pada tahap ini adalah mesin tenoner, mortizer, boor, dan mesin profil.



32



Gambar 4.5 mesin tenoner



Spesifikasi : - ukuran kerja



: 1) panjang kerja : 250 – 2000 cm 2) tebal kerja : 6 – 80 cm



- kecepatan pembuatan



: 5-25 meter/menit



- input daya



: 35 kilowatt



- diameter stop kontak debu : 60mm * 2 buah - berat



: 5,4 ton 33



- dimensi alat



: 1) panjang



: 3880 cm



2) lebar



: 3300 cm



3) tinggi



: 1800 cm



Gambar 4.6 mesin mortizer



Spesifikasi : - input daya



: 500 watt



- lebar maksimal benda kerja : 70 mm - ukuran meja kerja



: 1) panjang 2) lebar



- kecepatan mata bor



: 2860 rpm



- berat



: 60 kg



34



: 220 mm : 160 mm



Gambar 4.7 mesin boor



Spesifikasi : - input daya



: 400 watt



- ukuran mata bor



: 125 mm



- ukuran permukaan kerja



: 300 * 300 mm



- ukuran permukaan dasar



: 240 * 240 mm



- tinggi keseluruhan



: 1280 mm



- berat



: 145 kg



35



Gambar 4.8 mesin profil



Spesifikasi : - input daya



: 930 watt



- kecepatan tanpa beban



: 23000 rpm



- tinggi total



: 190 mm



- berat bersih



: 3,5 kg



- panjang kabel power supply : 5 meter f. Finishing, dalam tahap ini bagian-bagian pintu sudah jadi dan tinggal di pelitur, dipernis agar mengkilat, dan di simpan sebelum dikirim pada konsumen. g. Packing, pintu-pintu yang disimpan tadi tinggal di data dan di beri tempat tujuan kepada konsumen yang memesan dan telah di segel lalu dikirim melalui truk kontainer yang siap untuk diantar.



36



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Mekanisme pada Proses Pengeringan Kayu Pengeringan kayu dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pergerakan air dari bagian dalam ke permukaan kayu dan penguapan air dari permukaan kayu. Air dalam kayu umumnya bergerak dari bagian dengan kandungan air tinggi ke bagian dengan kandungan air rendah. Artinya permukaan kayu harus lebih kering dibandingkan dengan bagian dalamnya jika ingin mengeluarkan air dari dalam kayu. Air bergerak pada bagian dalam kayu ke bagian permukaan kayu sebagai cairan atau uap melalui saluran dalam struktur selular kayu, dinding sel kayu dan rongga sel atau saluran kecil yang menghubungkan rongga sel yang berdekatan. Uap air bergerak dalam saluran ini ke semua arah, melewati atau melalui serat. Difusi dari air terikat menggerakkan uap air dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Difusi pada arah longitudinal lebih cepat 10-15 kali dibandingkan dengan difusi pada arah radial maupun tangensial. Difusi arah radial lebih cepat dibandingkan dengan difusi arah tangensial. Hal inilah yang menjelaskan mengapa kayu papan tangensial umumnya mengering lebih cepat dibandingkan dengan kayu papan radial. Selama proses pengeringan, sirkulasi udara perlu diatur. Sirkulasi udara yang terlalu lambat menyebabkan waktu yang dibutuhkan permukaan kayu untuk mencapai titik keseimbangan kadar air menjadi lebih lama, selain itu memberikan kesempatan untuk tumbuhnya jamur. Tahap pengeringan kayu meliputi tahap evaporasi konstan, tahap transisi dan tahap eksponental. Tahap proses evaporasi konstan adalah proses evaporasi air bebas sel kayu yang tidak berpengaruh pada dimensi kayu. Tahap transisi adalah proses pengeluaran air terikat dari dinding sel, yang berakibat pada perubahan dimensi kayu. Tahap eksponental adalah tahap penyesuaian akhir kayu terhadap lingkungannya.



37



Sebagai contoh kita akan mengeringkan kayu gemelina. Mengeringkan kayu gemelinia sebenarnya sama seperti mengeringkan jenis kayu lainnya, dengan menggunakan schedule setting kayu gemelina, anda dapat dengan mudah mengeringkan jenis kayu ini. Kuncinya ada pada pengecekan mc (kadar air) kayu dalam ruang kiln dry. Masalahnya alat ukur yang biasanya kita gunakan (mc meter) tidak dapat membaca dengan benar kadar air aktual saat kita melakukan proses pengeringan, sehingga schedule apapun yang kita gunakan tidak dapat membantu kita dalam mengeringkan jenis kayu ini karena kadar air aktual dalam kayu jenis gemelina tidak mengalami penurunan saat kita melakukan proses pengeringan. Cara yang tepat untuk mengukur penurunan kadar air pada proses pengeringan kayu gemelina adalah dengan menggunakan mc timbang. Apa itu MC timbang? MC timbang adalah salah satu cara kita mengetahui kandungan air yang terdapat pada kayu dengan menimbang berat kayu yang akan kita keringkan. Bagaimana cara kita mengukur berat kayu dalam proses kiln dry? Apakah semua kayu yang akan kita keringkan ditimbang beratnya? TIDAK! Kita tidak perlu melakukan semua itu, karena sangat sederhana dan mudah mengukur kadar air dalam kayu, cukup dengan mengambil sampel dalam ruang kiln dry, cari kayu yag mewakili seluru populasi kayu yang akan kita keringkan, selanjutnya kita melakukan prosedur perhitungan berat kandungan air yang terdapat dalam kayu serta penurunan kadar air kayu di setiap proses pengeringan dalam ruang kiln dry. Cara mengidentifikasi MC kayu yaitu : 



Pilih sample yang tepat, yang dapat mewakili kayu yang akan di keringkan ( paling lebar, paling tebal, paling basah, dan MC paling tinggi ).







Ambil sample kayu flat sawn(tangensial) dan quarter sawn(radial)



Flat Sawn / Tangensial



Quarter Sawn/ Radial 38



 



Samplediambil pada bagian tengah kayu (heart wood) karena lebih lambat keringnya sehingga lebih mewakili kayu yang akan dikeringkan. Potong kayu sample,masing-masing sepanjang ± 2 cm, dengan posisi ± 30 cm dari ujung kayu untuk dimasukkan ke dalam oven, dan sepanjang ± 30 cm untuk dimasukkan ke dalam kiln dry.







Tutup bagian kepala kayu dengan lem dan aluminium voil sebelum di oven atau dimasukkan kedalam kiln dry.







Timbang masing-masing sample (2cm & 30cm) untuk mengetahui berat awal kayu.







Masukkan sample (2cm) kedalam oven dengan temperatur 100 C,dan timbang terus setiap jamnya.







Bila berat yang di dapat sudah tidak berubah / stabil, berarti kondisi MC = 0 % Rumusnya adalah : MC 0% = Berat awal – Berat stabil x 100 Berat stabil MC Rata-rata %= Berat sample 1 + Berat sample 2 x 100 2 MC %= Berat awal (hasil timbangan) – Berat akhir x 100 Berat akhir







Masukkan sample (30 cm) ke dalam kiln dry, dan timbang terus tiap harinya.







Timbang terus sample sampai MC telah mencapai 8 – 12 %, yang berarti kayu dalam kiln dry sudah kering.



Biasanya, waktu yang diperlukan untuk kayu mencapai kestabilan (12% adalah kadar air tetap/stabil) jika kita menggunakan oven kayu yaitu, ± 18 hari. Sedangkan temperatur atau suhu dalam oven kayu yang digunakan untuk mencapai waktu dan kestabilan kadar air tersebut adalah 70-75 C. Terkadang ketika kayu telah dikatakan stabillalu kayu hasil pengeringan tersebut dikeluarkan dan diletakkan pada tempat penyimpanan kayu, maka kadar air kayu tersebut dapat meningkat. Tetapi itu tidak menjadi masalah. 39



Karena peningkatan kadar air kayu hanya mencapai sekitar 13%. Konsumen pun dapat memakluminya dan itu dianggap wajar.



5.2 Alat yang Digunakan pada Proses Pengeringan Kayu Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengeringkan kayu adalah dengan oven kayu. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengeringkan kayu dengan oven kayu ini adalah bahwa pada saat pengeringan harus dilakukan kontrol yang baik, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perubahan pada dimensi kayu tidak terjadi secara drastis. Untuk berapa jumah kadar air yang tersisa setelah dikeringkan harus disesuaikan denga tujuan pemakaian material kayu nantinya. Untuk kusen pintu mensyaratkan sekitar 10%-16% hingga maksimal mencapai 20%. Selain itu kadar air juga ditentukan oleh keadaan geografis lingkungan dimana kayu itu berada. Pada proses pengeringan kayu harus dipastikan bahwa ruangan memiliki energi panas yang cukup sesuai dengan kapasitasnya serta sirkulasi udara yang baik agar panas dapat merata pada seluruh permukaan kayu. Untuk tahap penumpukan kayu pada oven, kayu harus saling di tumpuk yang memiliki ketebalan yang sama. Sebaiknya menggunakan pengganjal penumpuk kayu dengan jenis kayu yang sama dengan yang di tumpuk.



Gambar 5.1 Oven kayu/Cady



40



Gambar 5.2 gambar skema oven kayu/cady



5.3 Mekanisme pada Proses Pemotongan Kayu Dalam pemotongan kayu ada aturan-aturan yang harus diperhatikan. Karena, kayu log (kayu yang biasa digunakan dalam pembuatan pintu), memiliki bagian-bagian penting. Seperti misalnya: papan tangensial (flat sawn), papan radial (quarter sawn), papan semi radial (semi quarter sawn), dan papan tengah atau hati. Masing-masing dari jenis papan kayu log tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Jadi, dalam pemotongan kayu log bisa memperhatikan papan kayu bagian mana yang kuat dan keras yang dapat digunakan pada pembuatan pintu berbahan dasar kayu tersebut. Seringkali ketika kita berbicara tentang volume kayu, kita harus menyamakan dulu ‘bahasa’ yang digunakan. Apakah volume tersebut untuk kayu gergajian atau kayu log. Mengapa? Karena volume 100 m³ log bukan berarti 100m³ kayu gergajian, namun bisa berarti 50, 60 atau 70 m³ kayu gergajian. Perbedaan tersebut pun ditentukan oleh ‘metode penggergajian’. Bentuk penampang kayu log dan ukuran gergajian yang diinginkan. istilah yang sering digunakan ada bermacam-macam yaitu recovery, rendemen, waste, dan lain sebagainya. Pada intinya semua istilah dan perhitungan tersebut untuk menghitung berapa m³ log yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap meter kubik kayu gergajian. Volume log yang dihitung berdasarkan perkalian luas penampangnya terhadap panjang log ketika dibelah menjadi beberapa lembar papan atau blok,



41



total volume log tersebut akan terpecah menjadi beberapa bagian dari yang terbesar adalah balok, lalu serpihan kayu dan serbuk gergaji. Rumusnya : Volume kayu log = luas penampang x panjang log Contoh : Diameter (Ø) sebuah log kayu adalah 40 cm (0,40 m) dengan panjang 2,5 m. Volume log = 3,14 x (0,20 m x 0,20 m) x 2,5 m Volume log = 3,14 x 0,040 x 2,5 m = 0,314 m³ Log tersebut dibelah menjadi beberapa batang kayu balok sehingga menghasilkan 11 batang kayu efektif yang bisa dipakai bahan baku furniture (lihat gambar) dengan rincian sebagai berikut :



Gambar 5.3 batang kayu log



18 x 3,5 x 250 cm (7 batang) = 0,110 m³ 20 x 4 x 250 cm (1 batang) = 0,02 m³ 30 x 4 x 250 cm (1 batang) = 0,03 m³ 12 x 4 x 250 cm (2 batang) = 0,024 m³ Total volume kayu gergajian = 0,184 m³



42



Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa hanya 0,184 m³ yang menjadi kayu gergajian sehingga jika kita konversikan menjadi : Volume kayu gergajian : volume kayu log , yaitu : 0,184 : 0,314 = 0,585 = 58,5 % Berarti dari 100 % volume kayu log hanya 58,5 % yang menjadi kayu gergajian. Sisanya sebesar 41,5 % telah menjadi serpihan kayu dan serbuk gergaji. Persentase ini tidaklah nilai yang mutlak karena akan bisa berubah lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari berbagai faktor misalnya jenis kayu, bentuk penampang kayu, dan metode penggergajian. Tetapi, ada juga kesalahan-kesalahan dalam pemotongan kayu. Contohnya, kesalahan pada pemotongan kayu yang tidak sesuai panjang dan lebar antara bagian-bagian kayu yang dipotong. Berikut adalah bagian-bagian pintu, yaitu : 1. Tiang (style), berfungsi untuk pegangan dan tumpuan daun pintu, pada punggung tiang dipasang baja angkur diameter 10 mm, supaya kokoh untuk menahan daun pintu dan agar kedudukan kusen pintu stabil dan tidak bergeser maka pada punggung tiang dibuat alur kapur yang nantinya dalam pemasangan kusen pada dinding tembok diberi adukan spesi pasir dan semen, sehingga menjadi kokoh. 2. Ambang atas (dorpel), berfungsi untuk menahan beban pasangan batu bata diatasnya atau menyekat pasangan balok beton diatasnya, yang pada ujungnya dibuat telinga ambang (kupingan), panjangnya 10 cm – 20 cm, yang dalam pemasangannya akan dijepit dengan pasangan bata. 3. Sponneng, tempat melekatkan daun pintu. 4. Telinga, bagian ambang (dorpel) yang masuk atau ditanam di dalam tembok. Bagian ini berfungsi untuk menahan gerakan pintu ke depan atau belakang. 5. Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang di beri celah yang berfungsi untuk menahan gerakan pintu k depan atau belakang. Selaini itu bagian ini juga berfungsi supaya jika terjadi penyusutan, pintu tidak jadi bercelah.



43



6. Angkur, bagian yang dipasang pada tiang (style). Bagian ini berfungsi untuk memperkuat melekatnya pintu pada tembok, serta untuk menahan gerakan daun pintu. 7. Duk (neut), bagian yang dipasang pada tiang (style) di bagian bawah. Fungsinya, untuk menahan gerakan tiang ke segala arah, dan untuk melindungi tiang kayu terhadap resapan air dari lantai ke atas.



5.4 Alat Pemotongan Kayu Jenis-jenis alat pemotongan kayu yang digunakan dalam pembuatan pintu di PT. Suryamas Lestari Prima, yaitu :  Gergaji Belah Pada umumnya gergaji ini mempunyai kemiringan sudut gigi 60 derajat celsius. Kegunaannya, untuk membelah kayu sejajar dengan serat kayu.



Gambar 5.4 bentuk gigi gergaji belah



 Gergaji Potong/Gergaji Gorok Gergaji ini mempunyai kemiringan sudut gigi 45 derajat celsius. Kegunaanya, untuk memotong kayu.



Gambar 5.5 bentuk gergaji potong/gergaji gorok



 Gergaji punggung Karena gergaji tersebut mempunyai punggung guna untuk membatasi dalam pemotongan. Kegunaannya, untuk pemotongan yang halus.



Gambar 5.6 bentuk gergaji punggung



44



 Gergaji Lubang / Gergaji Kompas Daun gergaji ini agak tebal. Kegunaannya, untuk membuat lubang.



Gambar 5.7 bentuk gergaji lubang/gergaji kompas



5.5 Mekanisme Desain Pembuatan Pintu Dalam mekanisme pembuatan pintu di PT.Suryamas Lestari prima ada 4 tahapan yang harus dilakukan sebelum menghasilkan pintu utuh yaitu pembuatan komponen, perakitan, dan finishing.



5.5.1 Pembuatan Komponen Dalam proses desain pintu, kayu sudah menjadi bagian-bagian yang terpotong-potong. Dalam hal ini potongan kayu belum tentu sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pembuatan pintu. Jadi di sini masih ada proses pembuatan kayu untuk menjadi bahan yang sesuai dibutuhkan dalam pembuatan pintu atau dengan kata lain pembuatan komponen pintu. Ada 2 proses pembuatan komponen pintu, antara lain:  Proses pendek Yang dimaksud dengan proses lebar adalah 2 bagian potongan kayu yg tipis disatukan sehingga mengahasilkan kayu yg tebalnya sesuai yg diinginkan. -



Ada pun proses pembuatannya adalah sebagai berikut: Bagian permukaan kayu yang akan disatukan diratakan terlebih dahulu



-



Pada permukaan yang akan disatukan diberi lem



-



Dipress dengan press tangan



-



Kemudian dikeringkan kurang lebih 30 menit 45



-



pengetaman sesuai yang diinginkan



Gambar 5.8 Dua potong papan kayu sebelum proses pendek



46



Terakhi r proses



Gambar 5.9 setelah proses pendek



 Proses panjang Yang dimaksud dengan proses panjang adalah 2 bagian potongan kayu yang pendek yang disatukan sehingga menjadi panjang yg sesuai dibutuhkan untuk pembuatan pintu. Adapun proses pembuatannya adalah sebagai berikut: - Ujung kedua kayu yang mau disambung dipotong rata -



Buat profil pada kedua ujung yang mau disambung



-



Diberi lem



-



Setelah disambung kemudian dipress



-



Kemudian pengeringan kurang lebih 30 menit



-



Proses pengetaman sesuai yg diinginkan



47



Gambar 5.10 dua potong papan kayu sebelum proses panjang



Gambar 5.11 setelah proses panjang



5.5.2 Proses Perakitan Di PT. Suryamas Lestari Prima perakitan komponen-komponen untuk menjadi pintu dilakukan secara manual. Komponen-komponen pintu antara lain :  Style (ST) merupakan bingkai paling luar dari sebuah daun pintu rumah sebelah kiri dan kanan. Pada sebuah daun pintu rumah terdapat 2 buah style yang masing-masing beralur yang sudah dibor pada kedua ujungnya sebagai tempat pasak yang disebut dowel.



48



 Top Rail (TR) merupakan komponen yang dipasang di bagian atas daun pintu rumah dan digabungkan dengan komponen ST, Panel, dan M.  Medium Rail (MR) merupakan komponen yang berada di bagian tengah daun pintu rumah. MR digabungkan dengan komponen ST, Panel, dan M dan terdapat 3 unit MR pada daun pintu rumah jenis ini.  Bottom Rail (BR) merupakan komponen yang dipasang pada bagian bawah daun pintu rumah dan digabungkan dengan komponen ST, Panel dan M.  Mullion (M) merupakan balok pada bagian tengah daun pintu rumah yang akan digabungkan pada komponen-komponen panel di sisi kiri dan kanannya, sedangkan di kedua ujungnya dibor dan digabungkan dengan komponen TR-MR. MR-MR dan MR-BR, terdapat 4 unit M pada daun pintu rumah jenis ini.  Panel adalah lembaran kayu berbentuk segi empat yang telah diberi profil bentuk sudut, dimana terdapat 8 unit panel pada daun pintu rumah jenis ini. Top Rail (TR)



Panel



Style (ST)



Medium Rail (MR)



Mullion (M)



Bottom Rail (BR)



49



Gambar 5.12 bagian-bagian pintu setelah dirakit



5.5.3 Proses Pelapisan Yang dimaksud dengan proses pelapisan adalah proses pelapisan permukaan pintu sehingga tampak cantik. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut: -



Permukaan yang akan dilapisi harus dihaluskan



-



Kemudian diberi lem



-



Kemudian permukaan dilapisi dengan Veneer . Veneer adalah lembaran kayu tipis tebalnya 0,6 mm



-



Kemudian dipress



-



Proses terakhir adalah pengeringan



5.5.4 Proses Finishing Finishing di PT Suryamas Lesatri Prima dilakukan secara manual yaitu melakukan pendempulan pada bagian pintu apabila ada yang kasar atau menutupi lubang-lubang kecil pada daun pintu.



50



Gambar 5.13 hasil akhir pintu



5.6 Alat yang Digunakan pada Desain Pembuatan Pintu Alat/bahan yang digunakan dalam mendesain pintu sangat beragam. Berikut contoh-contoh alat yang digunakan dalam mendesain pintu serta fungsinya:  Alat Pahat Alat pahat memiliki fungsi yang sesuai dengan namanya yaitu untuk memahat kayu menjadi ukiran dan motif. 51



Gambar 5.14 jenis-jenis alat pahat



 Sander (Alat Amplas) Sander dilengkapi dengan kertas pasir terpasang. Penggunaan kertas pasir dalam mesin ini untuk menghaluskan kayu gergajian/pemotongan, dan juga untuk membuang kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan kayu gergajian tersebut. Kecepatan untuk menghaluskan berbeda-beda pada kondisi tertentu.



Gambar 5.15 Sander (mesin amplas)



 Kuas dan Cat untuk Plitur dan Pernis Fungsi dari kuas adalah untuk memudahkan dalam memplitur dan mempernis pintu yang sudah jadi. Sedangkan cat plitur dan cat pernis untuk memperindah dan mengkilatkan pintu. Sehingga lebih mengkilat, warna kayu 52



lebih terang, dan dapat juga untuk mencegah gangguan dari hewan perusak kayu (rayap).



Gambar 5.16 Pintu dalam proses memplitur dan di pernis



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



6.1.



KESIMPULAN



Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kerja praktek ini, antara lain: 1. Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai mencapai kadar air lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara di mana kayu tersebut ditempatkan. 2. Alat pengeringan kayu yang digunakan di PT Suryamas Lestari Primaadalah oven kayu (cady). 3. Cacat kayu yang sering terjadi akibat pengeringan kayu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kerusakan karena penyusutan,



kerusakan



karena



53



kandungan



ekstraktif,



kerusakan karena jamur dan lain sebagainya.Kerusakankerusakan tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir pada pintu. 4. Pemotongan kayu adalah memotong kayu menggunakan alat sehingga terbentuk model kayu yang kita inginkan. 5. Alat pemotong kayu yang digunakan dalam industri pabrik kayu di PT. Suryamas Lestari Prima adalah gergaji belah, gergaji potong/gergaji gorok, gergaji punggung, dan gergaji lubang/gegaji kompas. 6. Desain pintu adalah tahap dimana kayu sudah menjadi bagian-bagian pintu yang akan disambung, dipahat sesuai motif ukirannya, dipelitur, dan dipernis agar mengkilat. 7. Alat-alat yang digunakan untuk mendesain pintu adalah alat pahat, sander (alat amplas), kuas, dan cat plitur dan pernis.



6.2



SARAN



1. Pengecekan secara berkala pada pengeringan kayu, agar hasil pengeringan dapat maksimal. Sehingga hasil akhir pembuatan pintu tidak memiliki cacat. 2. Bagian



utilitas



harus



terus



meningkatkan



metode



pemeriksaanagar jika ada masalah yang terjadi pada bagian pemeliharaan dapat segera mengatasi hal tersebut. 3. Meningkatkan ketaatan dalam melakukan jadwal maintenance/perawatan terhadap alat-alat sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk bisa menghindari kerusakanmendadak pada mesin-mesin yang digunakan yang tergolong fatal. 4. Meningkatkan



pemerataan



sumber



daya



manusia



dalam



struktur



bagianperawatan agar kinerja bagian perawatan bisa lebihmaksimal. 5. Bagian pemeliharaan harus terus meningkatkan kinerjanya seperti



melakukan



perbaikan



54



segera



pada



mesin



pengeringan kayu (cady) jika terdapat kerusakan atau masalah yang terjadi walaupun hanya kerusakan atau masalah kecil. Sehingga kemampuan dalam mengeringkan kayu tetap pada kondisi yang diinginkan. Demikian juga pada halnya alat-alat dan mesin-mesin yang lain.



DAFTAR PUSTAKA Adriani, Uli.2010. "Pengeringan Kayu".Jurusan TeknikKehutanan, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro Semarang. Kusuma, Dwi.2013.Program Studi Teknik Biologi, Fakultas Teknologi Industri, ITB. Rizal, Arman.2013. " Membuat Pintu Rumah".Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gresik Liancheng



group.2007.



"



DG



Series



ProductCatalog Standart Operation ProcedureSuryamas Lestari Prima 55



Panel



Doors".



Martono, Budi. " Teknik PengolahanKayu". Jurusan Teknik Arsitek, Fakultas Diponegoro, Jawa Tengah



56