19 0 189 KB
LAPORAN PENDAHULUAN HMD Disusun untuk memenuhi tugas Departemen Anak Dosen Pembimbing: Ns. Sholihatul Amaliya, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An.
Disusun Oleh: Ade Ajeng Aulia
200070300011008 Kelompok 2A
PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2021
DEFINISI Penyakit membran hialin (PMH) merupakan penyebab terbanyak angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur. Bayi kurang bulan adalah 10% semua kelahiran hidup dan merupakan penyebab terbesar kematian dan kecacatan neonatal. Bayi kurang bulan sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, terutama gangguan terhadap sistem pernapasan yang dikenal dengan Hyaline Membrane Disease (HMD) atau penyakit memran hialin (PMH). PMH merupakan penyebab kesakitan cukup tinggi pada bayi kurang bulan. PMH juga disebut respiratory distress syndrome. Penyakit ini biasanya terjadi pada bayi kkurang bulan dengan tanda klinis takipnea (frekuensi napas > 60 kali/menit), retraksi dinding dada dan sianosis pada udara kamar. Kelainan ini menetap atau bertambah parah selama 48-96 jam pertama kehidupan. Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi & Rahardjo,2012) Surfaktan diproduksi paru2 bayi. Fungsi untuk menjaga tekanan di alveoli jadi mellapisi alveoli shg saat akhir espirasi nah alveoli itu mengempes nah sufartan itu yg menjaga agar tdk terlalu dalam / terlalu mengkerut shg masih ada sisa tekanan di alveoli shg bisa mengembang kembali. Produksi surfaktan dipengaruhi oleh usia shg kalau prematur ya produksi surfaktannya tdk ememnuhi ETIOLOGI Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lainlain. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus
meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lainlain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain. Faktor ibu yg mengalami DM meskipun lahirnya sudah matur tp kalau ibu DM masih ttp beresiko anak HMD. Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru. Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya masalah-masalah kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi & Rahardjo, 2012). PATOFISIOLOGI Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat. Dengan memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah keotak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung yang meningkat dan adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peninggkatan tekanan darah dan reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengaan meningkatkan implus aferen seperti perangsangan pada kulit.Apneu normal berlangsung sekitar 1-2 menit.Apnea primer dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan asidosis akan memperberat bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder denyut jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus
menurun. Bayi tidakbereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadikecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera dimulai (Marmi & Rahardjo, 2012).
MANIFESTASI KLINIS Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom)yang mampu bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit),
pernapasan
dangkal,
mendengkur,
sianosis,
pucat,
kelelahan,
apnea
dan
pernapasan tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal, pernapasan cuping hidung ( Surasmi, dkk 2013) KOMPLIKASI Menurut Cecily & Sowden (2009) Komplikasi RDS yaitu: 1) Ketidakseimbangan asam basa 2)
Kebocoran
pneumoperikardium,
udara
(Pneumothoraks,
pneumoperitonium,
emfisema
pneumomediastinum, subkutan,
emfisema
interstisial pulmonal) 3) Perdarahan pulmonal 4) Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10% 5) Apnea 6) Hipotensi sistemik 7) Anemia 8) Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial) 9) Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas 1) Paten Duktus Arteriosus (PDA) yang sering dikaitkan dengan hipertensi pulmonal 2) Perdarahan intraventrikuler 3) Retinopati akibat prematuritas 4) Kerusakan neurologis.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Menurut Cecily & Sowden (2009) pemeriksaan penunjang pada bayi dengan RDS yaitu: 1. Kajian foto thoraks 1) Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang tindih. 2) Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru 3) Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif) 4) Bayangan timus yang besar 5) Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit berat jika muncuk pada beberapa jam pertama 2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau metabolik 1) Hitung darah lengkap 2) Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum 3) Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan maturitas paru 4) Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia PENATALAKSANAAN Menurut Cecily & Sowden (2009) penatalaksanaan medis pada bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom) yaitu: 1) Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan 2) Pertahankan kestabilan suhu 3) Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat 4) Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin 5) Lakukankan transfusi darah seperlunya 6) Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi 7) Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel darah 8) Berikan obat yang diperlukan Menurut Surasmi (2003) penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan tujuan mengoreksi ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui perenteral. Yang pertama diatasi penyebabnya yaitu pemberian surfaktan dberikan melalui ETT lalu dimasukkan surfaktan melalui ETT lalu masuk alveoli. Lalu mengatas manifestasi yg muncul, takipeneu sianosis dll itu merupakan tanda ketidakadekuatan oksigen jadi harus diberikan bantuan oksigen kalau ringan bisa nasal canul atau kalau berat bisa diberikan CPAP. CPAP slain emmberikan oksigen jg memberikan tekanan oksigen yang positif shg alveoli tdk mengkerut dan bisa mengembang kembali, kalau bayi tdk bisa bernafas scr spontan pakai ventilator.
ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dilaboratorium. (Surasmi dkk,2013). Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah 1) Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita hipotensi atau perdarahan ) 2) Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada keadaan hipotermia) 3) Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif 4) Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi pada bayi). 5) Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti: takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada, pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis, apnea DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar surfaktan, ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan, keterbatasan pengembangan otot. 3. Termoregulasi
tidak
efektif
berhubungan
dengan
penurunan
lemak
subkutan, peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS. 4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan ventilasi pulmonal INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan . intervensi disusun berdasarkan NANDA (2015-2017), NOC dan NIC.
No.
1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
(NOC)
(NIC)
Ketidakefektifan Pola nafas
NOC :
NIC
Batasan Karakteristik :
Respiratory status : Ventilation
Oxygen Therapy
Bradipnea
Setelah
Dispnea Fase ekspirasi memanjang
tindakan
Pertahankan jalan nafas yang paten
pola nafas pasien teratur dengan
Siapkan peralatan oksigenasi
kriteria :
Monitor aliran oksigen Irama pernafasan teratur/
Penggunaan otot bantu
pernafasan Penggunaan posisi tiga titik
Peningkatan
diameter
anterior-posterior Penurunan kapasitas vital
Penurunan
Pernafasan normal
tekanan
dalam
batas
(dewasa:
16-
Kedalaman
Monitor volume aliran oksigen dan jenis canul yang digunakan. Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah
20x/menit)
Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan posisi pasien
tidak sesak
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
keperawatan ..x.. jam diharapkan
Ortopnea
dilakukan
pernafasan
diberikan
normal
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Suara perkusi jaringan paru
Monitor tingkat kecemasan pasien yang
normal (sonor) Cemas berkurang
kemungkinan diberikan terapi O2
ekspirasi
Penurunan
tekanan
inspirasi Penurunan ventilasi semenit Pernafasan bibir Pernafasan cuping hidung Pernafasan ekskursi dada Pola nafas abnormal (mis., irama, frekuensi, kedalaman) Takipnea
Faktor yang berhubungan Ansietas Cedera medulaspinalis Deformitas dinding dada
Deformitas tulang Disfungsi neuromuskular Gangguan muskuluskeletal
Gangguan
Neurologis
(misalnya
:
elektroenselopalogram(EEG) positif,
trauma
kepala,
gangguan kejang) Hiperventilasi Imaturitas neurologis Keletihan Keletihan otot pernafasa Nyeri Obesitas
Posisi
tubuh
yang
menghambat ekspansi paru Sindrom hipoventilasi
2
Gangguan pertukaran gas
NOC
Batasan Karakteristik :
Respiratory
NIC status:
Gas Acid Base Management
Diaforesis
Exchange
Dispnea
Setelah
Gangguan pengelihatan Gas darah arteri abnormal
Pertahankan kepatenan jalan nafas dilakukan
tindakan
Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi
keperawatan ..x.. jam diharapkan
yang adekuat(mis., buka jalan nafas dan
hasil AGD pasien dalam batas
tinggikan kepala dari tempat tidur)
normal dengan kriteria hasil :
Monitor hemodinamika status (CVP & MAP)
PaO2 dalam batas normal (80-
Gelisah
Monitor kadar pH, PaO2, PaCO2 darah
100 mmHg)
melalui hasil AGD
Hiperkapnia
PaCO2 dalam batas normal
Monitor tanda-tanda gagal napas
Hipoksemia
(35-45 mmHg)
Hipoksia
pH normal (7,35-7,45)
Monitor
Iritabilitas
SaO2 normal (95-100%)
Monitor status neurologis
Konfusi
Tidak ada sianosis
Monitor
status
pernapasan
dan
status
oksigenasi klien Nafas cuping hidung
Tidak
Penurunan karbon dioksida
kesadaran
ada
penurunan Atur intake cairan Auskultasi bunyi napas dan adanya suara
pH arteri abnormal
Pola
pernafasan
napas tambahan (ronchi, wheezing, krekels, abnormal
dll)
(mis.,
kecepatan,
Kolaborasi pemberian nebulizer, jika diperlukan
irama,
kedalaman)
Kolaborasi pemberian oksigen, jika diperlukan.
Sakit kepala saat bangun Sianosis Somnolen Takikardia Warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman ) Faktor yang berhubungan :
Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi Perubahan membran alveolarkapiler 3
Penurunan curah jantung berhubungan dengan : Perubahan
frekuensi
Setelah
diberikan
asuhan NIC Label :
keperawatan selama ...... x ...... jam, diharapkan ....................................... jantung ..........................................................
Cardiac Care o Evaluasi adanya nyeri dada (Intesitas, lokasi,
(Heart rate, HR) Perubahan ritme jantung Perubahan afterload Perubahan kontraktilitas Perubahan preload Perubahan volume sekuncup
.....................................................
rambatan, durasi, serta faktor yang menimbulkan dan meringankan gejala).
NOC Label :
o Monitor
o Tekanan darah sistolik (TDS) batas normal (< 120
mmHg) DS : ............................................................. ............................................................. ............................................................. ............................................................. ............................................................. ............................................................. ............................................................. ............................................................. ....... DO : Perubahan Frekuensi/Irama Jantung
o Tekanan darah diastolik (TDD) dalam
batas
normal
(
95%) Refill
Time
(CRT)
dalam batas normal (< 3 detik)
Vital Signs Monitoring o Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan RR.
o Hipertensi ortostatik (-)
o Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
o Edema perifer (-)
o Monitor tekanan darah saat pasien berbaring,
vaskular
o Ascites (-)
duduk, atau berdiri, sebelum dan sesudah
Vascular
o Keletihan (-)
perubahan posisi.
o Kelemahan kognitif (-)
Resistance, PVR) o Peningkatan
o Monitor EKG (12-leads), jika diperlukan. o Monitor fungsi ginjal (Nilai BUN dan kreatinin),
o MAP dalam batas normal (60-70
o Capillary
PVR) resistensi
80
mmHg atau 10,6-12,6 kPa)
o Perubahan tekanan darah
o Peningkatan
(