Laporan PKP (Armaini Hasibuan. 856 450 542) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) JUDUL: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN UANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA KONKRET SISWAKELAS II SD NEGERI 007 TAMBUSAI TAHUN 2020



Disusun Oleh ARMAINI HASIBUAN NIM. 856450542 EMAIL:[email protected]



DOSEN PEMBIMBING Hj. DARMAWATI, S.Pd,M.Pd NIP: 19720503199408 2001



PROGRAM S1 PGSD UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) UNIVERSITAS TERBUKA PEKANBARU 2020 i



KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapakan kehadirat Allah swt yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan PKP ini sesuai waktu yang tetap ditentukan. Salawat serta salam kepada rasulullah Muhammad saw yang telah membimbing umatnya dri alam kejahilan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti sekarang ini dengan mengucapkan Allohumma Sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad. Salah satu permaslahan yang ada di dalam dunia pendidikan itu adalah kesulitan-kesulitan belajar peserta didik sehingga hasil belajar tidak maksimal, Oleh sebab itu penulis berusaha mempelajari kesulitan belajar siswa ini dengan mencarikan solusi perbaikan agar siswa tersebut termotivasi mengikuti pelajaran dengan baik dan aktif melakukan pembelajaran dan tidak merasa terpaksa serta timbul rasa senang ketika proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu seorang guru harus cermat memilih cara yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran.



penulis



ii



LEMBARAN PENGESAHAN



UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN UANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA KONKRET SISWAKELAS II SD NEGERI 007 TAMBUSAI TAHUN 2020



Nama



: ARMAINI HASIBUAN



NIM



: 856450542



Program Studi



: S-I PGSD



Tempat Mengajar



: SDN 007 TAMBUSAI



Pasir Pengaraian, 16 November 2020 Menyetujui, Supervisor 1,



Hj.DARMAWATI, S.Pd,M.Pd NIP. 19720503199408 2001



Mahasiswa,



ARMAINI HASIBUAN NIM. 856450542



iii



iv



DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul..................................................................................................



i



Kata Pengantar .................................................................................................



ii



Lembar Pengesahan..................................................................... ....................



iii



Pernyataan bebas plagiat...................................................................................



iv



Daftar Isi ..........................................................................................................



v



Daftar Tabel ....................................................................................................



vii



Daftar Gambar..................................................................................................



viii



Daftar Lampiran………………………………………………………. ..........



ix



Abstrak .............................................................................................................



x



BAB I



BAB II



BAB III



PENDAHULUAN A. Belakang Masalah ...................................................................



1



1. Identifikasi Masalah .............................................................



2



2. Analisis Masalah ..................................................................



3



3. Alternatif Pemecahan Masalah............................................



3



B. Rumusan Masalah ....................................................................



3



C. Tujuan Perbaikan .....................................................................



3



D. Manfaat Perbaikan ...................................................................



4



KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ................................................................



5



B. Hasil Belajar...........................................................................



6



C. Karakteristik Siswa Kelas II SD ............................................



7



D. Media atau Peraga ..................................................................



9



E. Benda konkrit……….……………………………………….



11



F. Hubungan Penggunaan Alat Peraga dengan Hasil Belajar . ..



12



G. Hakikat Matematika …………………………… ..................



12



PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, pihak yang Membantu. 15 B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran .............................



16



C. Tekhnik Analisis Data …………………..............................



19



v



BAB IV



BAB V



HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran .............



23



B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran..........



30



KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................



36



B. Saran dan Tindak Lanjut ........................................................



36



Daftar Pustaka ................................................................................................



37



vi



DAFTAR TABEL Tabel



Halaman



3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian Tindakan kelas siklus I dan II ………..



15



3.2 Lembar observasi siswa ………………………………………………



19



3.3 Lembar observasi guru ………………………………………………..



20



3.4 Rentang nilai belajar siswa



…………………………………………



21



4.1 Persentase Hasil Belajar Siswa pra Siklus ……………………………



30



4.2 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ………………………………



31



4.3 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ……………………………..



32



4.4 Analisis hasil pengamatan aktivitas siswa ……………………………



33



4.5 Lembar Hasil Observasi Guru siklus 1 ………………………………



34



4.6 Lembar Hasil Observasi Guru siklus II ………………………………



35



vii



DAFTAR GAMBAR



1. Skema Desain Prosedur Pelaksanaan Perbaikan.....................................



16



2. Gambar Grafik Hasil belajar siswa pra siklus ......................................



30



3. Gambar Grafik Hasil belajar siswa siklus I ...........................................



31



4. Gambar Grafik Hasil belajar siswa siklus II ..........................................



32



viii



DAFTAR LAMPIRAN



1. Surat Kesediaan supervisor 2 sebagai pembimbing PKP ………………



39



2. Berkas RPP Pra siklus …………………………………………………



40



3. RPP Perbaikan siklus I, dan II …………………………………………



49



4. Lembar Observasi …………………………………………………….



68



5. Jurnal Bimbingan ……………………………………………………..



76



6. Refleksi ……………………………………………………………….



78



7. Dokumentasi …………………………………………………………...



86



ix



UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN UANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA KONKRET SISWAKELAS II SD NEGERI 007 TAMBUSAI TAHUN 2020 ARMAINI HASIBUAN NIM. 856450542 EMAIL: [email protected] ABSTRAK Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan komponen-komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Dari semua itu, guru merupakan komponen yang berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas, karena guru berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar disebut juga pendidikan. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas II SD Negeri 007 Tambusai, ditemukan permasalahan tentang lemahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal soal latihan. Dalam mengerjakan soal latihan banyak siswa yang kurang teliti, sehingga jawaban yang dihasilkan pun kurang tepat. Terutama pada pelajaran matematika. Rekap nilai pelajaran tema peristiwa kelas II pra siklus dapat disimpulkan kalau 72% siswa memiliki kemampuan belajar rendah. Nilai mereka rata-rata di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Lemahnya kemampuan belajar siswa dikarenakan proses pembelajaran yang kurang menarik dan kurangnya variasi penerapan metode pembelajaran dan kurangnya penggunaan alat peraga. Seharusnya proses belajar yang baik itu dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif, bermakna dan menyenangkan Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus 1 maka hasil belajar siswa yang tuntas pada pertemuan pertama sebanyak 8 siswa ( 37%). Sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa (63%). Pada pertemuan kedua terjadi sedikit peningkatan nilai yaitu tergolong tuntas sebanyak 13 siswa (59%), yang tergolong tidak tuntas sebanyak 9 siswa (41%). Kemudian dilanjutkan pada siklus 2 hasil belajar siswa yang tuntas pada pertemuan pertama sebanyak 17 siswa ( 77%). Sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 5 siswa (23%). Pada pertemuan kedua terjadi peningkatan nilai yaitu tergolng tuntas sebanyak 20 siswa (91%), yang tergolong tidak tuntas sebanyak 2 siswa (9%). Terjadinya peningkatan ini disebabkan aktivitas guru sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran karena penguasaan terhadap pengelolaan kelas sudah semakin membaik dan kativitas belajar siswapun sudah semakin baik karena sudah terbiasa belajar dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Kata Kunci: Hasil Belajar, Alat Peraga, Benda konkrit.



x



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, terutama untuk menentukan masa depan. Fenomena saat ini banyak orang tua yang memahami pentingnya pendidikan, menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah unggulan. Dengan harapan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan komponenkomponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Dari semua itu, guru merupakan komponen yang berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas, karena guru berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar disebut juga pendidikan. Tindakan mendidik tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri. Selain guru, sebagai komponen yang berpengaruh juga harus ada kurikulum yang disempurnakan. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas II SD Negeri 007 Tambusai, ditemukan



permasalahan



tentang



lemahnya



kemampuan



siswa



dalam



menyelesaikan soal soal latihan. Dalam mengerjakan soal latihan banyak siswa yang kurang teliti, sehingga jawaban yang dihasilkan pun kurang tepat. Terutama pada pelajaran Matematika materi pecahan uang. Dengan melihat rekap nilai pelajaran Matematika materi pecahan uang kelas II, dapat disimpulkan kalau 73% siswa memiliki kemampuan belajar rendah. Nilai mereka rata-rata di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Lemahnya kemampuan belajar siswa dikarenakan proses pembelajaran yang kurang menarik dan kurangnya penggunaan alat peraga yang tepat. Dalam mengajar, guru cenderung menggunakan metode ekspositori dan lebih menekankan pada penguasaan materi, sehingga mengesampingkan proses belajar



1



siswa. Seharusnya proses belajar yang baik itu dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif, bermakna dan menyenangkan (Pitadjeng, 2006: 82). Menurut Kline belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan (Pitadjeng, 2006: 1). Dalam kegiatan belajar di kelas II SD Negeri 007 Tambusai, khususnya pelajaran matematika materi pecahan uang, belum terdapat proses pembelajaran yang dikatakan sebagai proses belajar yang baik. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang, sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal ini menjadikan kegiatan belajar mengajar tidak efektif, karena guru harus mengulang menjelaskan materi kepada siswa yang tidak memperhatikan pembelajaran. Proses belajar pun dinilai tidak menyenangkan, terbukti sebagian anak lebih memilih asyik dengan dunianya sendiri. Sebagai guru, harus bisa memahami seperti apa dunia anak. Dunia anak tidak terlepas dari permainan. Perkembangan bermain anak usia SD menurut Hurlock memasuki tahapan Play Stage/tahap bermain (Andang Ismail, 2006: 40). Bagi anak, kegiatan bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikkan (Conny R Semiawan, 2008: 20). Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak dalam masa perkembangannya. Menurut Monks dalam Pitadjeng (2006: 95) anak dan permainan merupakan dua pengertian yang hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan bermain sambil belajar diharapkan anak dapat belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya dan proses belajar pun menjadi menyenangkan. Bermain sambil belajar adalah upaya menyampaikan materi belajar kepada anak dengan cara bermain atau dengan cara menyenangkan, sehingga tanpa disadari anak memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari proses belajar yang mudah (Andang Ismail, 2006: 296). benda konkrit merupakan salah satu alat peraga yang dapat dipilih oleh guru untuk mengajar Matematika, karena dengan benda konkrit pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi yang diajarkan. 1. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang ada dalam penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut :



2



1. Proses belajar mengajar cenderung berpusat pada guru sebagai penyampai materi. 2. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti Pembelajaran. 3. Lemahnya kemampuan belajar siswa. 4. Siwa Kurang memperhatikan penjelasan guru 5. Belum digunakannya alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. 2. Analisis maslah 1. Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran 2. Guru tidak menggunakan peraga yang tepat dalam menyampaikan materi Pelajaran 3. Kurang termotivasinya siswa dalam mengikuti pembelajaran 4. Guru tidak menggunakan benda konkrit sebagai alat peraga 5. Kecenderungan guru menggunakan metode ceramah 3. Alternatif pemecahan masalah Untuk mengatasi masalah diatas guru harus menggunakan benda konkrit dalam pembelajaran, Dengan bantuan benda konkrit siswa kelas II SD007 Tambusai akan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil hasil belajar siswapun akan meningkat.



B. Perumusan Masalah Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan: “Apakah Penggunaan Alat Peraga benda konkrit Dapat Meningkatkan Hasil Belajar matematika Pada Siswa Kelas II SD Negeri 007 Tambusai Tahun 2020?”



C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan pokok di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 007 Tambusai tentang pecahan mata uang dengan menggunakan alat peraga benda konkrit.



3



D. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses kegiatan belajar mengajar siswa. a. Bagi Siswa 1) Siswa lebih menyukai pelajaran 2) Siswa akan termotivasi dalam pembelajaran, 3) Hasil belajar siswa akan meningkat. b. Bagi Guru 1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan alat peraga benda konkrit sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran. 2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang



bermanfaat



bagi



perbaikan



dan



peningkatan



proses



pembelajaran. 3) Guru lebih termotivasi untuk menggunakan alat peraga benda konkrit dalam pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga penyampaian materi pelajaran lebih menarik. c. Bagi Kepala Sekolah Sebagai masukkan atau informasi bagi kepala sekolah dalam rangka mengambil suatu kebijakan untuk mengarahkan guru-guru agar mencoba menggunakan alat peraga benda konkrit sebagai media pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa.



4



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah sebuah proses yang kerjanya tidak dapat dilihat tetapi bisa terimplementasi dalam alat-alat tubuh, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang terdapat pada siswa Belajar adalah ilmu yang diperoleh dari proses aktifitas, kreatifitas, yang murni dan ada pula yang berasal dari empiri. Oleh sebab itu belajar disebut learning is a process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, kekuatan, keinginan, pikiran dengan melatih diri Teori belajar psikologi, setiap diri manusia memiliki daya ingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Dan setiap daya itu berbeda kekuatannya. Kekuatan dimaksud bisa berbeda tergantung kepada daya mana yang sering mendapat latihan yang diberikan guru kepada siswanya. Kalau guru mempertinggi daya mengingat maka siswa tidak bisa mencipta, kalau guru mempertinggi daya berpikir maka siswa mampu mencipta. Dan untuk dapat diketahui pada satu individu manusia apabila daya berpikir yang berkembang atau terlatih, maka daya-daya lainnya bisa ditransfer dari daya berpikir terhadap situasi lain yang disebut transfer of learning (Hamalik, 2008;36). Penggunaan alat peraga dalam proses pembleajaran dapat meningkatkan daya berfikir siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang baik. Dengan adanya alat peraga daya berfikir siswa akan lebih terlatih yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya ingat, daya kemauan dan daya yang lainnya. Teori behaviorisme tentang belajar, teori ini dikembangkan oleh Vablo yang disebut dengan teori conditioning. Di mana apabila seseorang dilayani dengan baik, dibimbing dengan baik, diberi pengetahuan dengan baik, cara pemberian pengetahuannya dengan yang sangat menyenangkan atau serasi



5



dengan seseorang, maka akan timbul respon dari yang belajar dan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya akan mudah dikuasainya (Hamalik, 2008;39). Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Vablo tersebut maka untuk menimbulkan repon siswa terhadap kegiatan belajar dan agar materi mudah dikuasai oleh siswa maka perlu pelayanan dan bimbingan yang baik serta cara penyajian yang serasi.



B. Hasil Belajar Hasil belajar akan dapat secara optimal apabila sistem pengajaran pada setiap mata pelajaran dilaksanakan dengan pengajaran individual sesuai dengan kebutuhan belajar siswa (Hamalik, 2008;187). Keaktifan belajar siswa akan semakin terlihat bervariasi karena setiap siswa



memiliki motivasi sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang



dipelajarinya sesuai dengan kebutuhan belajarnya (Mulyasa, 2007;127). Perkembangan keberhasilan peserta didik akan bisa mencapai tahap normal secara klasikal yang kecerdasannya lamban mendapat bimbingan yang dari siswa kecerdasan tinggi dan siswa memiliki kecerdasan tinggi akan berkembang dengan baik, sehingga ketuntasan klasikal mudah dicapai tetapi siswa yang cerdas tetap memiliki kelebihan-kelebihan karena siswa tersebut belajar sesuai dengan kebutuhannya dan dilayani oleh guru sesuai dengan kehendak belajar siswa itu sendiri (Hamalik, 2008;187). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa akan tercapai secaar optimal apabila pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa secara individu maupun secra klasikal. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tentang sifat-sifat cahaya dengan pemanfaatan alat peraga slalah satunya tekhnik penilaian yang dilakukan adalah unjuk kerja dan penilian tertulis. penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.



6



Hasil belajar akan bisa mencapai optimal apabila digabungkan cara belajar PAKEM dengan pembelajaran terpusat pada siswa, karena siswa menganalisa pelajar terpusat pada siswa itu adalah bimbingan dari pembelajaran



aktif,



kreatif,



edukatif



dan



menyenangkan.



Apabila



pembelajaran sudah dilakukan oleh siswa dengan senang hati, maka hasil belajara akan meningkat. C. Karakteristik Siswa Kelas II SD Karakteristik anak sekolah dasar berbeda dengan anak sekolah lanjutan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan komponen masukan yang mempunyai kedudukan sentral. Tidak mungkin proses pembelajaran berlangsung tanpa kehadiran peserta didik, yang di tingkat SD disebut siswa. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, guru perlu memahami karakteristik siswanya. Ketika proses pembelajaran di sekolah, siswa memiliki latar belakang yang berbeda. Guru harus dapat mengakomodasi setiap perbedaan dari siswanya agar suasana pembelajaran kondusif. Karakteristik siswa menurut Depdikbud (1997) adalah mencakup umur, jenis kelamin, pengalaman prasekolah, kemampuan sosial ekonomi, tingkat kecerdasan, kreativitas, bakat dan minat, pengetahuan dasar dan prestasi terdahulu, motivasi belajar, dan sikap belajar. 1) Umur dan Jenis kelamin Dalam belajar umur merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan karena berkaitan dengan tingkat perkembangan dan kematangan. Murid SD adalah kelompok anak yang berada pada tingkat perkembangan awal. Menurut Depdikbud (1997:67) murid laki-laki dan perempuan mempunyai karakteristik belajar yang relatif berbeda. Misalnya, pada umur SD sebagian anak perempuan sudah mengalami menstruasi yang menandai awal keremajaannya, sedangkan anak laki-laki sebagian besar mengalami “mimpi indah” pada usia sekitar 15 tahun. Jadi datangnya masa keremajaan awal perempuan umumnya lebih cepat dari laki-laki.



7



2) Kemampuan Sosial Ekonomi Orang tua Latar belakang sosial ekonomi keluarga perlu dipertimbangkan dalam proses belajar dan mengajar, karena hal ini akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Perhatian guru terutama diberikan kepada siswa-siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang menguntungkan,



misalnya



karena



keterlantaran,



kemiskinan,



dan



keterpencilan. Menurut Depdikbud (1997) “kemiskinan secara ekonomi mempunyai akibat yang luas terhadap kemiskinan perkembangan fisik, intelektual, sosial dan emosional”.Secara fisik anak-anak miskin sering sakit-sakitan, kurang bersemangat, mengantuk, lusuh.Secara sosial mereka kurang bersahabat, agresif atau sebaliknya pemalu, malas, rendah diri. Secara emosional mereka labil dan kurang peka pada kepentingan orang lain. Secara kognitif mereka lemah, kemampuan belajarnya lambat, prakarsanya kurang, dan sulit berkonsentrasi. 4) Tingkat Kecerdasan Menurut Depdikbud (1997) tingkat kecerdasan atau sering disebut inteligensi merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Sebagian orang percaya bahwa taraf inteligensi sifatnya tetap, artinya tidak dapat diubah-ubah, ditambah atau dikurangi. Tetapi sebagian orang yang lain menyatakan bahwa taraf inteligensi seseorang dapat berkembang melalui proses belajar. Siswa di SD mungkin ada yang termasuk anak yang sangat cerdas, cerdas, biasa-biasa saja, dan kurang cerdas.Dalam kegiatan belajar sehari- hari, tingkat kecerdasan siswa dapat diamati dari kemampuan belajarnya, yaitu cepat, tepat, dan akurat. Ada siswa yang dalam sekejap dapat , menyelesaikan soal dengan benar, ada yang dapat menyelesaikannya dengan susah payah. 5) Kreativitas Depdikbud



(1997)



mengemukakan



bahwa



“kreativitas



yaitu



kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang telah ada“. Kreativitas siswa terlihat ketika mencetuskan ide atau gagasan yang relatif baru, misalnya suatu masalah dipecahkan dengan



8



cara berbeda dari biasanya, menguraikan sesuatu dengan bahasa atau istilah yang bervariasi. 6) Pengetahuan Dasar dan Prestasi terdahulu Belajar pada dasarnya merupakan proses yang berkelanjutan. Hasil belajar terdahulu mendasari proses belajar kemudian. Oleh karena itu guru perlu mengetahui dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai oleh murid-muridnya, sebelum mereka diberikan materi yang baru. Menurut Depdikbud (1997) “dari berbagai penelitian diketahui bahwa siswa yang mempunyai pengetahuan dasar yang kuat sebelumnya akan mencapai prestasi lebih baik pada proses belajar berikutnya”. Agar terjadi kesinambungan pengalaman belajar maka perlu adanya tautan materi terdahulu dengan berikutnya.Materi pelajaran perlu ditata secara urut serta sesuai dengan tingkat pencapaian siswa. 7) Motivasi Belajar Proses pembelajaran akan efektif dan berhasil apabila siswa memiliki dorongan untuk belajar. Meskipun mereka memiliki kecakapan yang tinggi tetapi motivasi belajarnya lemah, maka prestasi yang akan dicapai kurang berhasil. Menurut Depdikbud (1997) “motivasi belajar siswa dapat diamati melalui indikator: ketekunan dalam belajar, keseringan dalam belajar, komitmen dalam memenuhi tugas, frekuensi kehadiran di sekolah”. Salah satu tugas guru adalah memberikan motivasi belajar kepada siswanya agar pembelajaran dapat berlangsung efektif. Berbagai cara membangkitkan motivasi perlu diupayakan guru D. Media Atau Peraga Media atau peraga adalah sejenis alat sebagai perantara pemberi informasi terhadap pelajaran yang dipelajari yang sangat berguna untuk mencapai tujuan agar siswa memahami pelajaran itu dengan sebaik-baiknya (Djamarah, 2006;120). Media Visual adalah semua alat peraga yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang bisa dinikmati lewat panca indera mata Ada beberpa manfaat penggunaan media visual didalam pembelajaran dianaranya adalah:



9



1. Memperlancar pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 2. Memperkuat ingatan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. 3. Menarik minat siswa terhadap materi pelajaran. 4. Menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata. Peraga adalah sebagai sumber belajar yang mampu mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu datang sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Alat peraga ini bisa saja terdapat di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, bisa melalui gambar yang bergerak seperti video dan bisa dari gambar mati (Syaipudin dan Winatapura, 1999;65). Ada bermacam-macam alat peraga atau media yang dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah Meida visual yaitu yang mengandalkan indra penglihatan. Dalam penelitian ini penulis memilih penggunaan alat peraga visual yang mengandalkan indra visual karena alat peraga jenis ini lebih mudah didapat dilingkungan sekolah. Pemilihan peraga atau media harus memperhatikan situasi dan kondisi sekolah serta situasi dan kondisi anak didik, tetapi sifat-sifatnya sebagai berikut : 1) Alat dan bahannya ada pada lingkungan sekolah. 2) Mudah dibuat 3) Biaya kecil 4) Memiliki daya pesan pengetahuan yang akan dipelajari, sehingga memudahkan siswa untuk mencapai tujuan yang akan dicapai pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Peraga adalah sebuah alat belajar yang punya kemampuan untuk menyampaikan pesan pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa bisa memahami pelajaran tersebut dengan pikirannya sendiri dengan mengamati media gambar (Sudjana, 2006). Berdasarkan pendapat ahli diatas maka penulis memberikan defenisi alat peraga/media visual adalah suatu alat yang dipergunakan dalam proses



10



pembelajaran yang bertujun untuk membantu meningktkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. E. Benda Konkrit Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konkrit yaitu nyata, benarbenar ada (berwujud, dapat dilihat, dapat diraba,dsb). Jadi media konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Selain itu, definisi lain dari media benda konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Media



konkret



merupakan



alat



bantu



yang



paling



mudah



penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan. Azhar Arsyad, M.A. Media Pembelajaran…, hlm. 5 17 yang berarti. Sebagai obyek nyata, media konkret merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, media konkret banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Media konkret mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual. Benda-benda konkret itu sendiri dapat diperoleh disekitar kita misalnya batu, daun kering, kelereng, buku, pensil, meja,sepatu, kaos kaki, sapu tangan, sendok, piring, dan lain-lain. Anak-anak terutama siswa kelas rendah akan mendapatkan banyak informasi dengan adanya interaksi dengan obyek nyata dan menarik, sehingga pemahaman anak akan lebih mudah terbentuk.



11



Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa benda konkret ini merupakan benda yang sebenarnya, benda atau media yang membantu pengalaman nyata peserta didik. Trianang, Media Konkrit, dalam http://trianangyono.blogspot.co.id/2014/06/media-bendakonkrit-dalampembelajaran.html diakses tanggal 5 Mei 2017 . F. Hubungan Penggunaan Alat Peraga dengan Hasil Belajar Alat peraga berfungsi untuk memperkuat daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Proses belajar mengajar dengan menggunakan bantuan alat peraga dapat mempertinggi daya ingat belajar siswa dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang baik dari pada tanpa bantuan alat peraga. Dengan alat peraga siswa dapat praktek dan mendapatkan pengalaman langsung secara nyata tanpa harus membayangkan, dengan demikian siswa mendapatkan pengalaman langsung tentang materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. sehingga siswa akan memiliki prestasi belajar yang tinggi. G. Hakikat Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika. Untuk menjawab pertanyaan “Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para ahli yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika merupakan bahasa simbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain. Kata 'matematika' berasal dari perkataan Latin 'mathematika' yang mulanya diambil dari perkataan Yunani



'mathematike' yang berarti



12



mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya 'mathema' yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata 'mathematike' berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu 'mathein' atau 'mathenein' yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan 'matematika' berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148). Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. Beberapa Definisi Para Ahli Mengenai Matematika antara lain : Russefendi (1988 : 23) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. James dan James (1976). Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972). Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis, Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,



13



jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan Matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya. Reys - dkk (1984). Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Kline (1973). Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya Matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. .



14



BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN



A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, pihak yang membantu 1. Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas II SD Negeri 007 Tambusai 2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri 007 Tambusai 3. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 12 sampai 30 Oktober Tahun 2020. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 x pertemuan. Berikut disajikan tabel waktu penelitian, Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1 dan 2 No Siklus/ Pertemuan 1



2



3



4



Siklus 1 pertemuan pertama Siklus 1 pertemuan kedua



Senin, 12 Oktober 2020



Materi pelajaran 07.30 s/d Pecahan 11.00 Uang



Kamis, 15 Oktober 2020



07.30 s/d Pecahan 11.00 Uang



Hari/ Tanggal



Siklus 2 Senin, 19 pertemuan Oktober 2020 pertama Siklus 2 Kamis, 22 pertemuan kedua Oktober 2020



Jam



07.30 s/d Pecahan 11.00 Uang 07.30 s/d Pecahan 11.00 Uang



Teman Sejawat Siti Romal Hayani, S.Pd.SD Siti Romal Hayani, S.Pd.SD Siti Romal Hayani, S.Pd.SD Siti Romal Hayani, S.Pd.SD



4. Pihak Yang membantu a. Ibu Hj,Darmawati, S.Pd,M.Pd selaku Dosen pembimbing PKP. b. Ibu Habibah Siregar, S.Pd.SD



selaku Kepala SD Negeri 007



Tambusai sekaligus sebagai penilai 1 c. Ibu Siti Romal Hayani, S.Pd.SD selaku Supervisor 2



15



B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran a. Perencanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran tematik siklus 1 dan 2 dengan penggunaan



alat



peraga



benda



konkrit,



dalam



hal



ini



peneliti



mempersiapkan instrument-instrumen yang akan dipergunakan dalam perbaikan pembelajaran tersebut yaitu : 1. Instrumen perangkat pembelajaran  Mempersiapkan silabus  Mempersiapkan RPP  Mempersiapkan LKS  Mempersiapakan lembar observasi  Merencanakan refleksi setiap akhir satu siklus 2. Instrument pengumpulan data  Mempersiapkan instrument penilaian  Mempersiapkan instrument observasi yang berisi lembar aktifitas siswa dan sikap  Menunjuk Suvervisor 2 yaitu Ibu Siti Romal Hayani, S.Pd.SD sebagai observer. Berikut disajikan bagan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti



Perencanaan Refleksi



Siklus I



Pelaksanaan



Pengamatan Perencanaan Refleksi



Siklus II



Pelaksanaan



Pengamatan



Gambar 3. 1. Skema Desain Prosedur Pelaksanaan Perbaikan



16



b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini peneliti lakukan dengan dua siklus, Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Siklus satu pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 Oktober 2020 jam 07.30 sd 11.00. Peneliti telah mempersiapkan berupa program semester, silabus, RPP, media pembelajaran, lembar penilaian, dan lembar refleksi. Untuk observer telah mempersiapkan berupa lembar observasi guru, dan lembar observasi siswa, hal itu untuk melakukan pengamatan baik terhadap peneliti selaku guru, maupun terhadap siswa sebagai objek pembelajaran. Siklus satu pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 15 Oktober 2020 jam 07.30 sd 11.00. Peneliti telah mempersiapkan berupa program semester, silabus, RPP, media pembelajaran, lembar penilaian, dan lembar refleksi. Siklus dua pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Oktober 2020 jam 07.30 sd 11.00. Peneliti telah mempersiapkan berupa program semester, silabus, RPP, media pembelajaran, lembar penilaian, dan lembar refleksi. Siklus dua pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2020 jam 07.30 sd 11.00. Peneliti telah mempersiapkan berupa program semester, silabus, RPP, media pembelajaran, lembar penilaian, dan lembar refleksi. Sebelum bahan pelajaran diberikan, peneliti memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Penulis bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. c. Observasi Adapun maksud dilakukannya observasi ini adalah untuk mengamati pelaksanaan perbaikan pembelajaran oleh peneliti sekaligus memperoleh data dari subjek secara langsung, baik yang dapat berkomunikasi secara verbal ataupun tidak



17



Untuk manfaat dilakukannya observasi ini antara lain: Pertama, menambah wawasan dan pengetahuan yang sebelumnya kita belum tahu menjadi tahu gerakan tingkah laku seseorang. Yang dimaksud disini adalah sebelum kita melakukan observasi kita tidak mengetahui tindakan apa yang dilakukan seseorang. Tetapi setelah kita melakukan observasi kita menjadi tahu apa arti tindakan yang dilakukan seseorang. Kedua, Hasil observasi yang dibuat dapat dikonfirmasikan dengan hasil penelitian. Ketiga, dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kuwalitas, memperkirakan mengapa sesuatu terjadi dalam seting nyatanya. Adapun tugas observer adalah mencatat kelebihan dan kelemahan - kelemahan dalam pelaksanaan tindakan. Hasil dari catatan observer dapat dijadikan sebagai masukan – masukan terhadap guru untuk melakukan kegiatan refleksi untuk penyusunan rencana ulang untuk melangkah ketahap siklus berikutnya. d. Refleksi Refleksi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan oleh anak didik kepada guru, berisi ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik membangun atas pembelajaran yang diterimanya. Bahasa yang paling sederhana dan mudah dipahami adalah refleksi ini sangat mirip dengan curhatan anak didik terhadap guru tentang hal-hal yang dialami dalam kelas sejak dimulai hingga berakhirnya pembelajaran. Refleksi digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 dalam tahapan pertemuan 1, dan 2 berlangsung. Kekurangan yang terjadi pada pertemuan 1, akan diperbaiki pada pertemuan 2 pada masing-masing siklus. ini akan dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan pada pembelajaran yang akan datang.



18



C. Tekhnik Analisis Data Sesuai dengan judul penelitian, maka tehnik analisis data dalam pemantapan kemampuan pembelajaran ini penulis lakukan dengan langkanglangkah sebagai berikut; 1. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penulis lakukan dengan tiga cara yaitu; a. Observasi Dalam pembelajaran ini observer melakukan pengamatan baik terhadap peneliti sendiri maupun siswa.



Observer akan mengisi



pada tabel



pengamatan sebagai berikut; Tabel 3. 2. Lembar observasi siswa No



Nama Siswa



1 ya



2 tidak ya



tidak ya



3 tidak ya



4 tidak



1 2 3 4 5 Jumlah Persentase Keterangan



:



1.



Minat Belajar Meningkat



2.



Siswa aktif bertanya



3.



Kemandirian



4.



Menanggapi mempresentasikan



19



Tabel 3. 3. Lembar Observasi guru KESESUAIAN DENGAN RPP* ASPEK YANG DIAMATI TIDAK SESUAI SESUAI A. KEGIATAN PENDAHULUAN/AWAL 1. Memotivasi 2. Memberi acuan 3. Melakukan apersepsi B. KEGIATAN INTI 1. Penjelasan konsep/materi/contoh/ilustr asi 2. Pemberian penguatan 3. Penggunaan media 4. Pemberian tugas/latihan 5. Umpan balik C. KEGIATAN PENUTUP 1. Meringkas/Merangkum 2.Evaluasi 3. Pemberian tugas



SARAN/HASIL DISKUSI/REFLEKSI A. KEGIATAN PENDAHULUAN/AWAL



B. KEGIATAN INTI



C. KEGIATAN PENUTUP



b. Tes Hasil Belajar Untuk melihat keberhasilan pembelajaran dengan model tematik ini penulis lakukan dengan tes soal, dengan ketentuan sebagai berikut; Adapun untuk jumlah soalnya adalah sebanyak lima butir dengan bentu essay, skor untuk kelima soal tersebut adalah 20 untuk masing-masing soal c. Dokumentasi Untuk dokumentasi, peneliti hanya membuat tiga dokumentasi pembelajaran pada lampiran laporan ini. Adapun tiga dokumentasi ini yaitu ketika pertemuan pertama siklus pertama, pertemuan pertama dan ke dua siklus ke dua.



20



2. Tekhnik Analisis Data Setelah data diperoleh mengenai aktivitas dan penguasaan siswa tentang materi pelajaran pada siswa kelas II SD Negeri 007 Tambusai tahun 2020 yaitu : a. Aktivitas belajar (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I, dan siklus II. b. Hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan deskriptif



yaitu membandingkan nilai test



kondisi awal, nilai test setelah siklus I, dan nilai setelah siklus II, kemudian direfleksi. Untuk rentang nilai berdasarkan hasil belajar siswa secara individu diperoleh sebagai berikut : Tabel 3.4. Rentang Nilai Belajar Siswa No Rentang Nilai



Kategori



1



95-100



Tuntas



2



85-94



Tuntas



3



75-84



Tuntas



4



65-74



Tuntas



5