16 0 98 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI HIPERGLIKEMIA
DISUSUN OLEH: RISHA RISNA DEWI NIM PO.62.20.1.17.344
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN KELAS REGULER IV SEMESTER VIII TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Pengertian Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat defisiensi insulin atau resistensi insulin. (Suyono, 2018). Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg/dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg/100 ml darah. (Elizabeth J. Corwin, 2001 dalam Misdawati, 2014). B. Patofisiologi Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkatkan.
Namun
jika
sel-sel
tidak
mampu
mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Sedangkan pada diabetes gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon- hormon plasenta. C. Tanda dan Gejala Menurut Hasdianah (2014) tanda dan gejala diabetes melitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronis, yaitu: 1.
Gejala akut
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain
sangat bervariasi dan mungkin tidak menunjukkan gejala
apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly), yaitu: a. Banyak makan (polifagi) b. Banyak minum (polidipsi) c. Banyak kencing (poliuri) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati akan timbul gejala : 1. Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) 2. Mudah lelah 3. Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma (koma diabetik) 2.
Gejala kronik Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut : a. Kesemutan b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum c. Rasa tebal di kulit d. Kram e. Lelah f. Mudah mengantuk g. Pandangan kabur h. Gatal disekitar kemaluan i. Gigi mudah goyah dan lepas
D. Pemeriksaan penunjang Menurut Wijawanti (2016) ada beberapa data penunjang diabetes melitus dengan hiperglikemia yaitu : 1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
2. jam setelah pemberian glukosa. 3. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok. 4. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat 5. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I 6. Elektrolit : Na normal atau meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun. 7. Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3 8. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi. 9. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal 10. Insulin darah : menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II) 11. Urine : gula dan aseton positif 12. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka. E. Penatalaksanaan medis dan Terapi obat Menurut Mahmudin (2012) tujuan utama terapi diabetes adalah dengan menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. 5 pilar manajemen DM tipe 2, meliputi : 1. Manajemen diet 2. Latihan fisik 3. Pemantauan kadar glukosa darah dan HbA1c 4. Terapi 5. Edukasi Kesehatan DM
A. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data, verifikasi serta komunikasi data yang mengenai pasien secara sistematis. Pada fase ini meliputi pengumpulan data dari sumber primer (pasien), sekunder (keluarga pasien, tenaga kesehtana), dan analisis data sebagai dasar perumusan diagnose keperawatan. Fokus pengkajian keperawatan pada kasus Diabetes Melitus tipe II. a.
Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan pada klien apakah keluarganya ada yang menderita penyakit seperti klien
b.
Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Tanyakan pada klien berapa lama klien menderita penyakit Diabetes Melitus, bagaimana cara penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c.
Aktivitas dan istirahat Tanyakan pada klien apakah merasakan letih, lemah, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d.
Sirkulasi Tanyakan pada klien apakah ada riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada ektremitas, ada ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e.
Integritas ego Tanyakan pada klien apa sedang mengalami stress atau ansietas
f.
Eliminasi Tanyakan pada klien adanya perubahan pola dalam berkemih, seperti poliuri, nokturia, dan anuria serta diare.
g.
Makanan dan cairan Tanyakan apakah klien pernah mengalami anorexia, mual, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus dan penggunaan diuretik.
h.
Neurosensori
Tanyakan pada klien apakah pernah merasakan pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, paresthesia, gangguan penglihatan i.
Nyeri dan kenyamanan Tanyakan pada klien adanya abdomen tegang, nyeri dengan skala sedang hingga berat.
j.
Pernafasan Tanyakan pada klien apakah mengalami batuk dengan atau tanpa spuntum purulent (terganggu adanya infeksi atau tidak).
k.
Keamanan Tanyakan pada klien adanya kuring yang kering disertai gatal, dan ulkus pada kulit.
l.
Pemeriksaan fisik Dilakukan pemeriksaan head to toe.
m. Pemeriksaan penunjang Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl , gula darah puasa > 140 mg/dl, gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl, peningkatan lipid dan kolesterol, osmolaritas serum > 330 osm/l. 2. Diagnosa Keperawatan a. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit d.d ketidakseimbangan cariran
3. Intervensi keperawatan No 1.
Diagnosa Keperawatan Intoleransi aktivitas
Tujuan Setelah dilakukan intervensi
Rencana Tindakan
Rasional
Observasi :
1. Untuk mengetahui gangguan
keperawatan selama ... x 24
1. Identifikasi gangguan fungsi
jam maka Tingkat keletihan
tubuh yang mengakibatkan
menurun dengan kriteria hasil :
kelelahan
1. Verbilisasi kepulihan energi meningkat 2. Tenaga meningkat
fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan 2. Untuk memantau keadaan fisik
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
dan emosional yang dapat menyebabkan kelelahan
3. Monitor pola dan jam tidur
3. Keluhan lelah menurun
3. Untuk mengetahui kualitas tidur klien
4. Frekuensi nafas membaik 14-20x /menit
1. Untuk mengurangi aktivitas yang membuat klien merasa Lelah 1. Untuk mengurangi aktivitas yang membuat klien merasa Lelah Terapeutik : 1. Fasilitasi
2. Untuk meminimalkan energi duduk
disisi
yang dibutuhkan saat melakukan
tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
aktivitas 1. Agar memenuhi kebutuhan asupan makan untuk
Edukasi :
meningkatkan nutrisi klien
1. Anjurkan tirah baring 2. Anjurkan
melakukan
aktifitas secara bertahap
Kolaborasi : 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan 2.
Ketidakstabilan kadar
Setelah dilakukan intervensi
glukosa darah
keperawatan selama ... x 24 jam maka kestabilan kadar
Observasi : 1. Identifikasi
1. Untuk mengetahui penyebab kemungkinan
penyebab hiperglikemia
terjadinya hiperglikemia 2. Untuk mengontrol kadar glukosa
glukosa
darah
meningkat
dengan kriteria hasil : glukosa
dalam
darah normal >200 mg/dl 3. Jumlah urin normal 4002000 ml/hari
kadar
glukosa
darah, jika perlu
1. Keluhan lelah menurun 2. Kadar
2. Monitor
darah 3. Untuk mengetahui tanda gejala
3. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
hiperglikemia (mis. Poliuria, polidipsoa,
polipagia,
kelemahan,
malaiese,
pandangan
kabur,
sakit
1. Agar dapat dilakukan tindakan lebih
kepala )
lanjut
Terapeutik : 1. Konsultasi dengan medis jika
tanda
dan
hiperglikemia
1. Agar dapat mengotrol kadar
gejala
tetap
ada
glukosa darah 2. Untuk meningkatkan kualitas hidup
atau memburuk Edukasi : 1. Anjurkan glokusa
monitor arah
kadar secara
mandiri 2. Ajarkan
pengelolaaan
1.
Agar klien mengetahui cara
diabetes (mis.penggunaan
pengelolaan diabetes
insulin, obat oral, monitor asupan
cairan,
peenggantian karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan ) Kolaborasi 1. Kolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu 3.
Risiko
Setelah dilakukan intervensi
ketidakseimbangan
keperawatan selama ... x 24
elektrolit
jam cairan
maka
keseimbangan
meningkat
dengan
Observasi : 1. Monitor status hidrasi (mis. nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan
1. Keluaran urin normal
mukosa, turgor kulit,
2. Dehidrasi menurun
tekanan darah)
4. Turgor kulit membaik
2. Untuk memantau kondisi klien
Frekuensi nadi, kekuatan
kriteria hasil :
3. Membran mukosa lembab
1. Untuk memantau kondisi klien
2. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
1. Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh klien
Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin, BON,) Terapeutik : 1. Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam Kolaborasi : 1. Diuretik, jika perlu
1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
5. Implementasi Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. 6. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan
DAFTAR PUSTAKA Amalia rizki. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe II”.Jurnal Kesehatan Hasdianah. 2014. Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Dan Anak-
Anak Dengan Solusi Herbal . Nuha Medika : Yogyakarta. Mahmudin amir. 2012. “Evaluasi Manajemen Mandiri Karyawan Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 Setelah Mendapatkan Edukasi Kesehatan Di Pt Indocement Tunggal Prakarsa Plantsite Citeureup”. Jurnal Kesehatan Misdawati. 2014. “Asuhan Keperawatan Hiperglikemia” Jurnal Kesehatan Nuari Nian Afrian. 2017. Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus. Deepublish: Yogyakarta. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Rudijanto Achmad, 2014. Keterangan Ringkas Tentang Diabetes Melitus
(Kencing Manis).UBMedia : Malang. Suyono Slamet et al, 2018. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. Wijayanti Dhea Imas. 2016. “Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus” Jurnal Kesehatan