Makalah Katharine Kolcaba Kel 10 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KATHARINE KOLCABA “TEORI KENYAMANAN” Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan



Di susun oleh : 1. Syahla Rahadatul Aisyi 2. Tasya Nurilmi



(C.0105.21.102) (C.0105.21.105)



KELAS C PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI 2021 - 2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Falsafah dan Teori Keperawatan tentang “Katharine Kolcaba : Theory of Comfort” ini dengan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ns. Wulan Novika Ambarsari., MAN selaku dosen mata kulian Falsafah dan Teori Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Keperawatan menurut Katharine Kolcaba. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Wulan Novika Ambarsari., MAN selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Cimahi,14 Oktober 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2 BAB II ....................................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3 A. Sejarah Perkembangan Theory of Comfort ............................................................... 3 B. Ruang Lingkup Theory of Comfort ............................................................................ 6 C. Context dan Content Theory of Comfort ................................................................... 8 D. Asumsi Teori Kenyamanan ........................................................................................ 10 E. Hubungan dengan Metaparadigma .......................................................................... 11 F. Aplikasi Teori Kenyamanan ...................................................................................... 15 BAB III.................................................................................................................................... 18 APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA KASUS ANAK .......................................... 18 BAB IV .................................................................................................................................... 24 ANALISIS KASUS ................................................................................................................ 24 BAB V ..................................................................................................................................... 28 PENUTUP............................................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu bagian intergral dari layanan kesehatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup individu, kelompok maupun masyarakat dengan cara melakukan pelayanan keperawatan secara profesional dan komprehensif. Dalam melakukan pelayanan harus didasari oleh ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh perawat. Hal tersebut menjadi tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan bermutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi masalah ini, upaya yang perlu dilakukan adalah mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap mutu layanan keperawatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teoriteori keperawatan. Aplikasi teori dan model keperawatan memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap teori-teori dan model keperawatan yang ada. Teori-teori keperawatan tersebut akan dijadikan panduan dalam meningkatkan praktik profesional keperawatan, aktivitas pendidikan dan pengajaran serta riset keperawatan yang menuntun kearah perkembangan ilmu keperawatan itu sendiri. Para ahli dalam dunia keperawatan telah mengembangkan teori dari tingkatan filosofi, model konseptual dan grand theories, teori keperawatan, sampai pada middle range theories. Setiap teori ini menjelaskan suatu fenomena mulai dari bersifat abstrak sampai konkrit. Teori Middle range dapat menggambarkan fenomena, menjelaskan hubungan diantara fnomena, memprediksi efek dari satu fenomena dengan fenomena lain dan di gunakan untuk mengontrol dimensi keperawatan tertentu. Salah satu middle range theory yaitu comfort theory dari Katharine Kolcaba. Comfort theory masuk dalam middle range theory karena konsep dan pernyataan yang terbatas, lebih nyata dan mudah untuk diaplikasikan dalam tatanan praktek nyata. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas comfort theory dan aplikasinya dalam asuhan keperawatan



B. Rumusan Masalah 1.



Bagaimana bentuk kerangka skematik dan konsep teoritis yang dikembangkan oleh Katherine Kolcaba?



2.



Apa makna teori yang mendasari komponen yang dicetuskan oleh Katherine Kolcaba?



3.



Bagaimana



hubungan teoriComfortoleh



Keperawatan?



1



Katherine



Kolcaba



dengan Paradigma



C. Tujuan Penulisan 1.



Memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.



2.



Mempelajari konsep teoritis dan kerangka skematik teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.



3.



Mengidentifikasi makna teori yang mendasari setiap komponendariteori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba



4.



Mengidentifikasi hubungan teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba dengan paradigma keperawatan



2



BAB II PEMBAHASAN



1.1



Sejarah Perkembangan Theory of Comfort Biografi dan Sejarah Teori



Comfort theory merupakan teori yang pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh Katharine Kolcaba. Katharine Kolcaba lahir pada tanggal 28 Desember 1944 dan dididik di Cleveland, Ohio. Pada tahun 1965, ia menyelesaikan program diploma di bidang keperawatan dan praktek paruh waktu selama bertahun-tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan jangka panjang, dan home care sebelum kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case Western Reserve University (CWRU) Frances Payne Bolton School of nursing, dengan spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga sebagai Kepala ruangan di Unit Dimensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai memikirkan teori tentang kenyamanan pasien. Kolcaba bergabung dengan University of akron College of Nursing setelah lulus dengan gelar master dalam keperawatan. Dia memperoleh dan mempertahankan gerontologinya di American Nurses Association (ANA) Certification. Dia kembali ke CWRU untuk mengejar gelar doktor di bidang keperawatan secara paruh waktu sambil terus mengajar. Selama 10 tahun ke depan, dia menggunakan program kerja dalam program doktor untuk mengembangkan dan mengutarakan teorinya.



3



Kolcaba mempublikasikan konsep analisis kenyamanan dengan suaminya yang ahli filsafat



(Kolcaba,



1991),



dalam



diagram



aspek



pada



kenyamanan,



kenyamanan



dioperasionalkan sebagai hasil dari perawatan (Kolcaba, 1992). Setelah itu kontekstual kenyamanan dipublikasikan dalam Middle-range Theory oleh Kolcaba pada tahun 1994, dan menguji teori dalam studi intervensi bersama Fox pada tahun 1999 (Alligood, 2014). Saat ini, Dr kolcaba adalah profesor emeritus asosiasi keperawatan di University of Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke Siswa MSN. Dia juga mengajarkan teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi Ursuline di ketinggian Mayfield, Ohio. Tujuan dia termasuk intervensi dalam perubahan dan dokumentasi kenyamanan untuk praktek keperawatan berdasarkan evidence base. Katherine Kolcaba awalnya menulis teori kenyamanan dengan pasien Alzheimer dan demensia. Namun, Katherine sendiri telah menulis beberapa artikel tentang cakupan keperawatan terkait teorinya. Dua artikel baru-baru ini ditulis dengan menerapkan teorinya untuk perianesthesia keperawatan dan perawatan di rumah sakit (Kolcaba & Wilson, 2002 dan Vendlinski & Kolcaba, 1997). Ketika Kolcaba mengembangkan teorinya, dia menggunakan penalaran logis. Dia menggunakan induksi, deduksi, pengurangan. Kolcaba menggunakan kerangka yang sudah ada sebelumnya untuk mensintesis atau mengidentifikasi jenis kenyaman. Kerangka ini ditulis oleh Henry Murray (Tomey & Alligood, 2002), dari sebuah buku berjudul Explorations in Personality. Henry A. Murray adalah seorang profesor psikologi di Harvard University; ia menerima Distinguished Scientific Contribution Award dari American Psychological Association dan the Gold Medal Award untuk pencapaian seumur hidup dari American Psychological Foundation. "Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 1938, buku ini memiliki efek provokatif dan mendalam, mendesak para psikolog untuk mempelajari kepribadian secara holistik dan mendalam dan menekankan interaksi kompleks antara karakteristik individu, sosial, dan budaya." --Salvatore R. Maddi, Profesor, Departemen Psikologi dan Perilaku Sosial, Sekolah Ekologi Sosial, Universitas California, Irvine (Eksplorasi Kepribadian, 2007). Ini adalah titik awal yang sangat bagus untuk teori ini karena kenyamanan paling baik dicapai melalui pengobatan holistik. Dia juga memulai dengan konsep analisis istilah, "comfort". Katherine Kolcaba mengumpulkan definisi, "kenyamanan" dari berbagai disiplin ilmu. Dalam teori kenyamanan, proposisi metaparadigm dari tindakan keperawatan digunakan (Kolcaba, 2001). Hal ini terbukti dalam teori ini karena dibangun di sekitar mengevaluasi kurangnya kenyamanan dan kemudian mengevaluasi ulang pasien untuk menghitung keberhasilan implementasi yang dilakukan atau tindakan yang dilakukan.



4



1.2



Pernyataan Teoritis



2. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, desain kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan untuk mencari peningkatkan kenyamanan pasien mereka, di mana hasil tersebut diinginkan dengan segera. 3. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan dengan penerapan di dalam HSBs, seperti hasil yang diinginkan sebelumnya. 4. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan secara penuh di dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program penyembuhan atau cara hidup, integritas institusi juga sangat mendukung.



1.3



Format Logis Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara lain :



1. Induksi Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, 8rotocol8gy, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta untuk menjelaskan diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.



2. Deduksi Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik. Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan dapat dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk menyatukan kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.



3. Retroduksi Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini memusat pada pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau 8rotocol masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar teori memungkinkan perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.



5



1.4



Ruang Lingkup (Scope) Theory of Comfort Teori keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya mulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak sampai pada practice theory yang paling konkrit. Macam-macam teori keperawatan antara lain meta theory, grand theory, middle range theory dan practice theory. Meta theory merupakan teori dengan level tertinggi dan merujuk pada body of knowledge tentang suatu bidang pembelajaran. Meta theory dalam ilmu keperawatan berfungsi untuk mengungkapkan sebagian dari isu melalui proses klarifikasi hubungan antara ilmu keperawatan dan praktek, mendefinisikan, mengembankan dan menguji teori, memciptakan dasar ilmu keperawatan dan memeriksa, menginterpretasikan pandangan dasar filosofi dan hubungannya dengan keperawatan. Grand theory menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan. Fawcett (2005) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang memiliki cakupan luas, tersusun atas konsep-konsep utama yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat diuji secara empiris. Grand theory mempunyai kontribusi yang signifikan dalam keperawatan, yaitu memberikan



batasan-batasan



sehingga



keperawatan



mempunyai



identitas



dalam



keberadaannya. Middle range theory, sama halnya dengan grand theory menjelaskan mengenai keperawatan, tetapi lebih spesifik. Middle range theory memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi dan kestabilan penerimaan secara luas. Teori ini cukup spesifik memberikan petunjuk riset dan praktek. Ciri dari teori ini, bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi, tanpa indikator pengukuran, masih cukup abstrak, konsep dan proposisi yang terukur, memiliki sedikit konsep dan variabel, lebih mudah diuji, memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik, dikembangkan secara deduktif dan retroduktif. Contohnya adalah Khaterin Kolcaba menjelaskan keperawatan harus menciptakan kenyamanan bagi pasien. Teori kenyamanan ini akan dibahas selanjutnya. Practice theory sangat dekat hubungannya dengan middle rang theory tetapi terdiri dari satu atau dua konsep-konsep utama. Teori ini paling konkrit dan dapat diaplikasikan. Teori kenyamanan termasuk dalam middle renge theory. Middle renge theory mengandung sejumlah konsep dan memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas. Namun, teori kepuasan kolcaba diklasifikasikan sebagai teori dengan tingkat menengah yang tinggi sehingga menjadikan teori ini lebih umum dan abstrak. sehingga berhubungan erat dengan "grand theory" yang sangat abstrak dan umum dan bisa diterapkan pada berbagai pengalaman dan tanggapan.



6



Hal ini sangat benar untuk teori kenyamanan karena banyak artikel telah ditulis yang mengadaptasi teori tersebut pada beberapa lingkup keperawatan. Middle renge theory juga memperhitungkan populasi usia dan lokasi ketika bekerja pada pengembangan sebuah teori. Middle renge theory juga mencakup intervensi, usulan hasil, atau tindakan perawat. Middle renge theory dikembangkan dengan menafsirkan dan mengamati pengalaman hidup dengan hubungan kesehatan dan keperawatan (Tomey & Alligood, 2014). Dalam Theory of Comfort oleh Katharine Kolcaba's, dia menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa hubungan dan hasil pasien dalam kaitannya dengan kenyamanan. Middle renge theory terdiri dari sesuatu yang spesifik yang berhubungan dengan praktik keperawatan pada situasi dan kondisi dari pasien dan lingkungan pasien. Teori Kolcaba memiliki potensial untuk menempatkan rasa nyaman di garis depan perawatan kesehatan. Keperawatan adalah serangkaian proses yang meliputi pengkajian tentang kenyamanan awal, intervensi untuk meningkatkan kenyamanan berdasarkan kebutuhan dan evaluasi tingkat kenyamanan setelah diberikan intervensi keperawatan. Pengkajian awal dan evaluasi dapat berupa data subjektif dan objektif yang menggambarkan tingkatan kenyamanan pasien. Pengkajian dilakukan dari administrasi verbal rating scale (klinikal) atau kuesioner kenyamanan (riset) yang dikembangkan oleh Kolcaba (2003). Pada teori kenyamanan, Katherine Kolcaba sebagai pencetus teori ini memilki beberapa asumsi dasar teori yang berhubungan erat dengan konsep metaparadigma keperawatan yaitu ditinjau dari keperawatan, pasien, lingkungan dan kesehatan. Konsepkonsep utama dalam teori keyamanan Kolcaba yang meliputi; Healh care needs, Comfort intervention, Intervening Variables, Comfort, Health-seeking behavior, Institutional integrity, Best practices, Best policies. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap definisi konsep-konsep dalam kerangka konseptual teori kenyamanan (Alligood, 2014). Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara lain: induksi, deduksi dan retoduksi. Induksi, dimana terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka.



7



Deduksi, tahapan ini dari pengembangan teori menghubungkan kenyamanan dengan konsep lain untuk menghasilkan teori. Kolcaba mencari teori lain yang dapat menjadi dasar untuk menyatukan kelegaan (relief), ketenteraman (ease) dan transendensi (trasendence). Pada tahap ini Kolcaba memulai dari konstruksi teoritis yang abstrak dan umum serta menggunakan proses sosiologis untuk mengidentifikasi konsep-konsep yang lebih spesifik untuk digunakan dalam praktik keperawatan. Retroduksi merupakan suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji.



1.5



Context dan Content Theory of Comfort Latar Belakang Filosofi Keperawatan dan Interdisiplin Ilmu dalam Teori Kenyamanan Kolcaba Teori kenyamanan Kolcaba (Theory of Comfort) merupakan salah satu teori yang ada dalam tingkatan Middle-Range Theory Keperawatan yang berfokus pada peningkatan kenyamanan atau comfort pasien dalam hubungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraaan individual. Teori kenyamanan Kolcaba terpengaruh dari salah satu filosofi keperawatan yaitu Florence Nightingale. F.Nightingale mungkin adalah tenaga kesehatan pertama yang menyadari bahwa kenyamanan adalah hal yang penting bagi manusia yang dalam konteks perawatan adalah pasien. F. Nightingale pada tahun 1895 menyatakan bahwa ”It must never be lost sight of what observation is for. It is not for the sake of piling up miscelaneous information or curious facts, but for the sake of saving life and increasing health and comfort”, dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa kenyamanan dan kesehatan memiliki hubungan yang kuat, sama dan penting dalam proses perawatan (Peterson & Bredow, 2013; Alligood, 2014). Pada awal abad ke-21, kenyamanan menjadi tolak ukur yang signifikan dan relevan bagi kondisi pasien, karena pada saat itu kondisi kuratif medis yang belum cukup berkembang. Kenyamanan menjadi tugas unik bagi perawat dimana perawat dapat memberikan intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien yang mencakup kenyamanan fisik, emosional, dan lingkungan. Walaupun, memberikan kenyamanan bukan tugas utama dari keperawatan, tetapi intervensi-intervensi yang perawat lakukan dinilai memberikan efek kenyamanan bagi pasien. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka rasa kenyamanan pada pasien mulai bergeser dengan pada arah kuratif dengan pemberian medikasi anti-nyeri dan pandangan perawat berfokus pada peningkatan promosi kesehatan yang berpusat pada self-care sehingga secara tidak langsung membawa dampak pada penurunan intervensi perawat dalam meningkatkan rasa nyaman.



8



Trend ini memberikan dampak pada pemberian kenyamanan pada pasien lebih terfokus pada kondisi terminal dan yang benar-benar tidak didapati lagi pengobatan dari sisi medis (Peterson & Bredow, 2013; Alligood, 2014). Selain filosofi keperawatan dari F. Nightingale, teori kenyamanan Kolcaba juga dipengaruhi oleh filosofi dasar akan kebutuhan manusia. Menurut Kim (1999) dalam Jurnal K. Kolcaba Evolution of Middle-Range Theory of Comfort for Outcome Research (Kolcaba, 2001), adapun dua komponen dari kebutuhan manusia adalah dorongan motivasi yang melatarbelakangi perilaku manusia. Komponen yang kedua adalah dorongan dari sosial dan kultural politik yang mempengaruhi ekspektasi manusia. Sehingga pada akhirnya kenyamanan manusia muncul muncul dari dorongan ekpektasi akan pelayanan keperawatan yang bersifat holistik dalam kehidupannya. Selain itu, pandangan umum yang sesuai dengan teori kenyamanan Kolcaba adalah pandangan mengenai hubungan timbal-balik yang muncul karena sifat manusia yang aktif dan holistik. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya dan interaksi ini dapat membawa dampak bagi tubuh manusia yang berupa rasa nyeri yang akhirnya menganggu rasa nyaman manusia. Oleh karena manusia adalah mahkluk yang mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu, sehingga manusia cenderung akan menghindari tindakan yang akan mengganggu kenyamanannya dan lingkungannya. Selain dasar filosofis diatas, konsep awal dalam teori kenyamanan Kolcaba turut dipengaruhi oleh berbagai macam disiplin ilmu, diantara lain; kedokteran, psikologi, psikiatri, teologi, ergonomik dan sastra klasik Inggris yang secara spesifik diambil dari Oxford English Dictionary (Kolcaba & Kolcaba, 1991). Semua disiplin ilmu tersebut memberikan ulasan dasar bagi Katherine Kolcaba dalam mendefinisikan kata nyaman yang merupakan konsep dasar dalam teorinya. Oleh karena itu, teori kenyamanan Kolcaba merupakan teori yang didasari dan dipengaruhi oleh berbagai macam filosofi dan konsep dari interdisplin ilmu yang akhirnya memberikan berbagai macam masukan bagi pengembangan teori tersebut (Alligood, 2014).



9



1.6



Asumsi Dasar Teori Kenyamanan dan Hubungan dengan Metaparadigma Asumsi dasar teori adalah pernyataan akan hubungan antar-konsep dalam teori yang diyakini oleh pembuat teori dan melandasi pembuktian teori. Pada teori kenyamanan, Katherine Kolcaba sebagai pencetus teori ini memilki beberapa asumsi dasar teori yang berhubungan erat dengan konsep metaparadigma keperawatan yaitu ditinjau dari keperawatan, pasien, lingkungan dan kesehatan (Alligood, 2014), berikut ini adalah penjelasan mengenai konsep meta-paradigma ditinjau dari teori kenyamanan Kolcaba: 1. Keperawatan Keperawatan adalah serangkaian proses yang meliputi pengkajian tentang kenyamanan awal, intervensi untuk meningkatkan kenyamanan berdasarkan kebutuhan dan evaluasi tingkat kenyamanan setelah diberikan intervensi keperawatan. Pengkajian awal dan evaluasi dapat berupa data subjektif dan objektif yang menggambarkan tingkatan kenyamanan pasien. Pengkajian dilakukan dari administrasi verbal rating scale (klinikal) atau kuesioner kenyamanan (riset) yang dikembangkan oleh Kolcaba (2003). 2. Pasien (Manusia) Penerima intervensi keperawatan dalam teori kenyamanan adalah individual, keluarga, insititusi dan komunitas yang memerlukan intervensi. Perawat juga dapat menjadi sasaran intervensi, jika berkaitan dengan kenyamanan dalam lingkungan pekerjaan. 3. Lingkungan Lingkungan adalah keseluruhan aspek dari pasien, keluarga atau institusi yang dapat dimanupulasi oleh perawat dalam proses pemberian asuhan keperawatan yang meningkatkan kenyamanan. 4. Kesehatan Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan atau komunitas yang menerima intervensi untuk meningkatkan kenyamanan.



10



Selain keempat konsep diatas, ada beberapa pernyataan asumsi dasar yang berkaitan langsung dengan teori kenyamanan yang meliputi (Alligood, 2014); 1. Manusia memilki respons holistik kepada stimulus yang kompleks (Kolcaba, 1994). 2. Kenyamanan adalah hasil atau capaian holistik yang diinginkan dan berhubungan dengan disiplin ilmu keperawatan (Kolcaba, 1994). 3. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang diusahakan secara maksimal oleh manusia (Kolcaba, 1994). 4. Peningkatan kenyamanan memperkuat keikutsertaan pasien untuk turut terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan (Kolcaba & Kolcaba, 1991 ; Kolcaba, 1994). 5. Pasien yang secara aktif ikut serta dalam perilaku untuk mencapai kesehatan akan merasa puas dengan tingkat kesehatan mereka (Kolcaba, 1997 ; Kolcaba, 2001). 6. Integritas institusional berdasarkan orientasi sistem keyakinan dari penerima intervensi keperawatan. Kesetaraan dalam pemberian asuhan adalah orientasi yang digunakan dalam promosi kesehatan dalam konteks holistik bagi keluarga dan penyedia layanan kesehatan (Kolcaba, 1997 ; Kolcaba, 2001).



1.7



Pengembangan Teori Keperawatan pada Konsep Dasar Teori Kenyamanan Awal dari pengembangan sebuah teori adalah dimulai dari penentuan konsep dasar yang menjadi inti dari teori tersebut. Pada teori kenyamanan Kolcaba, kata dasar yang menjadi fokus adalah nyaman atau comfort. Dalam pengembangan teorinya, Kolcaba memulai penyelidikannya dengan mencari definisi aktual dari kata nyaman yang dipandang dari berbagai interdisiplin ilmu seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pertama. Kolcaba melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan beberapa definisi comfort yang signifikan dengan praktik keperawatan (Alligood, 2014). Diawali dengan makna comfort ditinjau dari Oxford English Dictionary (OED) yang melihat dari asal kata dalam sastra inggris, adapun definisi yang didapatkan adalah (a) strengthening, encouragement, incitement, aid, succor, support dan (b) physical refreshment or sustenance, refreshing or invigorating influence. Kata comfort dari bahasa latin berasal dari kata confotare, yang berarti “to strengthen greatly”. Kumpulan definisi tersebut kemudian dikaitkan dengan aspek ergonomis dalam literatur yang berkaitan dengan fungsi optimal, sehingga akhirnya memberikan signifikansi teori terhadap pengembangan teori kenyamanan Kolcaba (Alligood, 2014). Setelah melewati jangka waktu kurang lebih dua tahun dalam pengembangannnya, akhirnya Kolcaba mendefinisikan comfort atau rasa nyaman ke dalam tiga definisi teknis yang terinspirasi dari teori-teori keperawatan awal yang meliputi ; relief, ease, dan transcendence.



11



Kata relief atau kelegaan didefinisikan sebagai pengalaman pasien yang memiliki kebutuhan kenyamanan spesifik, yang melatar belakangi definisi ini adalah Teori Dynamic Nurse-Patient Relationship dari Jean Orlando (1961/1990). Kata ease didefinisikan sebagai kondisi tenang atau kepuasan; yang mendasari definisi ini adalah teori Virginia Henderson The Principles and Practice of Nursing. Kata transcendence didefinisikan sebagai kondisi nyaman yang melampaui rasa nyeri dan masalah yang dirasakan oleh pasien dengan bantuan perawat ; yang berasal dari teori Humanistic Nursing oleh Paterson dan Zderad (1976/1988) dalam literature keperawatan yang telah digunakan sebelumnya dalam bidang keperawatan jiwa yang menunjukkan “more-being” yang dicapai dari hubungan dengan perawat. Konsep-konsep yang berasal dari teori keperawatan tersebut kemudian dipresentasikan dalam konferensi riset dan direspon oleh audiens dengan sangat aktif hingga memberikan ide baru bagi Kolcaba untuk mengembangkan penerapan makna definisi tersebut tidak hanya secara fisik dan mental tetapi kemudian dimasukkan kedalam konteks pengalaman holistik yang terdiri dari fisik, psikospiritual, social dan lingkungan (Kolcaba & Kolcaba, 1991). Konsep fisik adalah mengacu pada sensasi tubuh dan mekanisme homeostatik. Konsep psikospiritual berkaitan dengan kesadaran internal antara lain, harga diri, seksualitas dan arti kehidupan seseorang yang juga mencakup hubungan personal individual. Konsep sosial berkaitan dengan interpersonal, keluarga dan hubunan societal yang didalamnya terdapat peran budaya atau cultural dalam hubungan individu. Lingkungan berarti kondisi eksternal dari pengalaman manusia yang meliputi, pencahayaan, kebisingan atau suara, suasana, warna, suhu dan elemen-elemen sintesis (Alligood, 2014). Berikut ini adalah taksonomi atau klasifikasi dari struktur kenyamanan menurut Kolcaba dan Fisher (1996), yang berfungsi untuk mengkaji kebutuhan kenyamanan dari pasien, keluarga dan perawat ; serta dalam perencanaan intervensi keperawatan dan evaluasi kesesuaian hasil penerapan intervensi keperawatan yang telah diberikan ;



12



Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut : a. Fisik,berkenaan dengan sensasi tubuh b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi. c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar. d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial



1.6



Pengembangan Empiris dan Kerangka Konseptual Teori Kenyamanan Kolcaba Dalam proses pengembangan teori kenyamanan Kolcaba, dilakukan serangkaian penelitian yang memuat indikator-indikator empirik yang bertujuan untuk menguji teori kenyamanan dari berbagai sisi. Dalam disertasinya Kolcaba mendemonstrasikan bahwa perubahan kenyamanan dapat diukur, Kolcaba membuktikannya dengan melakukan eksperimen kepada pasien dengan Kanker Payudara yang dilakukan teknik guidedimaginary dan hubungannya dengan peningkatan kenyamanan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang signifikan pada kelompok yang diberikan intervensi tersebut (Kolcaba & Fox, 1999). Penelitian yang dilakukan selalu didasari oleh sebuah kerangka konseptual sebagai penuntun dalam melakukan proses pembuktian teori. Pada teori kenyamanan Kolcaba terdapat kerangka konseptual yang digunakan sebagai kerangka konseptual yang membangun teori tersebut, seperti pada gambar dibawah ini;



Kerangka konseptual diatas memuat konsep-konsep utama dalam teori keyamanan Kolcaba yang meliputi; Healh care needs, Comfort intervention, Intervening Variables, Comfort, Health-seeking behavior, Institutional integrity, Best practices, Best policies. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap definisi konsep-konsep dalam kerangka konseptual teori kenyamanan (Alligood, 2014); 13



1. Health Care Need adalah kebutuhan akan kenyamanan yang timbul dari kondisi yang kesehatan yang tidak terpenuhi oleh sistem pendukung tradisional pasien. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan fisik, psikospiritual, sosiokultural atau lingkungan. Keluhan akan kebutuhan ini akan menjadi nyata dengan dilakukannya monitoring, laporan verbal dan nonverbal, parameter patofisiologi, dukungan dan edukasi, konseling finansial dan intervensi. 2. Comfort Intervention adalah tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah kebutuhan kenyamanan pasien yang meliputi fisiologis, psikologis, fisik, sosial, cultural, finansial, spiritual dan lingkungan. 3. Intervening Variables adalah dorongan interaktif yang mempengaruhi pesepsi kenyamanan pasien. Faktor-faktor tersebut meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, sistem pendukung, prognosis, finansial, pendidikan, latar belakang kultural dan keseluruhan elemen dalam pengalaman pasien. Keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan dalam perencanaan dan intervensi keperawatan. 4. Comfort adalah pernyataan mengenai keadaan atau kondisi pasien yang menerima intervensi kenyamanan. Kenyamanan juga diartikan sebagai sebuah pengalaman holistik mengenai kondisi setelah merasakan rasa ‘nyaman’ yang diberikan oleh perawat yang digambarkan dalam tiga jenis rasa nyaman (relief, ease dan transcendence) dan empat konteks keadaan (fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan). 5. Health-seeking Behaviour adalah susunan dari kategori kondisi yang berhubungan langsung dengan usaha untuk mencapai kesehatan optimal yang didiskusikan dengan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Kategori tersebut meliputi internal, eksternal dan kematian yang damai. 6. Institutional Integrity adalah bentuk kooperasi, komunitas, sekolah, rumah sakit, daerah dan negara yang memiliki kualitas integritas yang kuat terkait dengan tingkat kenyamanan sebagai hasil intervensi dalam teori kenyamanan. Saat institusi tertentu mempunyai integritas yang baik maka akan menjadi bukti yang nyata bagi praktek intervensi yang terbaik dan aturan yang sesuai. 7. Best Practices adalah penggunaan dari intervensi kesehatan yang berbasis bukti untuk menghasilkan intervensi maksimal bagi pasien dan keluarga. 8. Best Policies adalah aturan daerah yang berbentuk protocol dan prosedur serta kondisi medis untuk mengakses dan memberikan layanan kesehatan.



14



Keseluruhan konsep-konsep tersebut berinteraksi dengan berkesinambungan dan kemudian membentuk sebuah teori dasar kenyamanan dimana teori tersebut dapat dikembangkan dalam segala aspek dan tidak terbatas hanya kepada intervensi keperawatan. Adanya hubungan timbalbalik antar konsep pada output memberikan gambaran bahwa teori ini mampu untuk diaplikasikan dalam sebuah komunitas yang lebih besar dan diterapkan dalam berbagai macam aturan dan prosedur dalam masyarakat.



1.7



Aplikasi Teori Kenyamanan Aplikasi teori kenyamanan di area keperawatan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan mencakup kegiatan pengkajian, penegakan diagnosis keperawatan sesuai masalah keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.



1. Pengkajian keperawatan Pengkajian ditujuan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan keluarga pada empat konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Kenyamanan fisik terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis. Kenyamanan psikospiritual mencakup kesadaran diri (harga diri, seksualitas, arti hidup) dan hubungan manusia pada tatanan yang lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising, lingkungan sekeliling, cahaya, suhu, elemen tiruan versus alami.



2.



Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi kenyamanan memiliki tiga kategori: (a) intervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol rasa sakit, (b) pelatihan untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan (c) tindakan yang menenangkan bagi jiwa, hal-hal menyenangkan yang perawat lakukan untuk membuat klien atau keluarga merasa diperhatikan dan diperkuat seperti pijat atau guided imagery, (kolcaba, 2003). Intervensi holistik yang sesuai dengan teori kenyamanan antara lain: guided imagery, progressive muscle relaxation, meditasi, terapi mjsik atau seni, pijatan dan sentuhan terapeutik (Peterson dan Bredow, 2004).



15



3. Implementasi keperawatan Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk defisit dalam mekanisme fisiologis yang terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasif. Kebutuhan fisik yang tidak jelas terlihat dan yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau keseimbangan elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang terlihat seperti sakit, mual,muntah, mengigil atau gatal lebih mudah ditangani dengan maupun tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi diarahkan untuk mendapatkan kembali dan mempertahankan homeostasis (kolcaba dan DiMarco, 2005., Wong, 2009) Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termsuk kebutuhan untuk kebutuhan kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan agar klien lebih tenang ketika menjalani prosedur invasif yang menyakitkan atau trauma yang tidak dapat segera sembuh. Kebutuhan ini sering dipenuhi dengan tindakan keperawatan yang menenangkan bagi jiwa klien serta ditargetkan untuk trasedensi seperti pijat, perawatan mulut, penunjang khusus, sentuhan dan kepedulian. Fasilitasi diri untuk strategi menghibur dan kata-kata motovasi. Tindakan ini termasuk intervensi khusus karena perawat sering sulit meluangkan waktu untuk melaksanakannya tetapi apabila perawat menyempatkan diri maka tindakannya akan sangat bermakna. Tindakan ini dapat memfasilitasi klien dan keluarga mencapai transendence. Transendensi merupakan faktor kunci dalam kematian klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009) Kebutuhan kenyamanan sosiocultural adalah kebutuhan untuk jaminan budaya, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pembinaan yang mencakup sikap optimisme, pesan-pesan kesehatan dan dorongan semangat, penghargaan terhadap pencapaian klien, persahabatan perawat selama bertugas, perkembangan informasi yang tepat tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur, pemulihan kesadaran, setelah anastesi, rencana pemulangan dan rehabilitasi. Kebutuhan sosial ini juga termasuk kebutuhan keluarga untuk keuangan, bantuan pekerjaan, menghormati tradisi budaya dan kadang-kadang untuk persahabatan selama rawat inap jika unit keluarga memiliki jaringan sosial yang terbatas. Rencana pemulangan juga membantu memenuhi kebutuhan sosial untuk transisi perpindahan perawatan dari rumah sakit ke rumah. Misalnya diskusi tentang rencana pemakaman dan membantu dengan berkabung dalam situasi khusus klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).



16



Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan, perabotan yang nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini juga termasuk perhatian dan saran pada klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan kamar rumah sakit. Ketika perawat tidak mampu untuk menyediakan lingkungan benar-benar tenang, perawat dapat membantu klien dan keluarga untuk mampu menerima kekurangan dari pengaturan yang ideal. Namun perawat harus mampu untuk melakukan upaya mengurangi kebisingan, cahaya lampu dan gangguan istirahat tidur dalam rangka memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan kesehatan klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).



4. Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrumen telah dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan. Perawat dapat menggunakan bebebrapa instrumen untuk menilai peningkatan kenyamanan klien seperti behaviors cheklist ataupun childrens comfort disiases sesuai dengan usia klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).



17



BAB III APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA KASUS ANAK DI RUANG RAWAT NON BEDAH A. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada kontak fisik Klien adalah seorang anak berusia 15 tahun, perempuan, dirawat diruang rawat non bedah dengan diagnosis medis demam tipoid. Keluhan saat ini, kklien mengeluh mual, pusing dan lemas. Sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama. Pengukuran tanda-tanda vital; tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 36,40C. Berat badan klien sekarang 43 Kg, tinggi badan 155 cm. Pemeriksaan fisik didapatkan data konjungtiva tidak anemis, suara nafas vesikuler, bising usus 8 kali per menit, hepar tidak teraba. Hasil pemeriksaan laboratorium; Hb 14,9, Ht 45, trombosit 210.000, widal titer O: 1/320 widal titer H 1/160. Saat ini mendapatkan terapi acran injeksi 3x25 mg (IV), Tricefin 2x1 gr (drip dekstrose 5% 100 cc)



B. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada konteks psikospiritual Ibu mengatakan klien adalah anak yang percaya diri dan mudah bergaul, mempunyai banyak teman dan merasa sedih karena tidak dapat berkumpul dengan mereka selama sakit. Kklien merasa sangat senang ketika dijenguk oleh teman-temannya di rumah sakit. Klien teratur melaksanakan ibadah agama dan berdoa dirumah. Sejak diraawat klien tidak melaksanakan ibadah karena kondisi tubuh yang lemah, klien belum menarche, informasi tentang pubertas didapatkan dari majalah dan cerita teman. Orang tua memberikan penjelasan apabila klien bertanya.



C. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada konteks lingkungan Keluarga dan klien merasa nyaman dengan lingkungan kamar. Ruangan kamar menggunakan AC dengan pengharum ruangan, satu kamar untuk 2 pasien dengan lampu penerangan masing-masing klien. Terdapat sofa untuk keluarga. Kamar mandi bersih dan nyaman. Namun demikian anak dan keluarga ingin segera pulang ke rumah.



D. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada kontek sosiokultural Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah tidak pernah menjenguk kerena bekerja sebagai supir di kedutaan besar. Anak tidak sedih berpisah dari ayah karena ayahnya bekerja. Klen lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah.



18



Relief Fisik



Ease



Transcenden



Mual, pusing, lemas, konjungtiva anemis



Psikospiritual



Anak menyesal



Anak senang dijenguk



berpisah dengan teman-



teman-temannya



temannya Lingkungan



Psikocultural



Anak dan keluarga



Keluarga dan klien



ingin segera pulang



merasa nyaman Anak tidak sedih berpisah dengan ayahnya karena ayahnya bekerja



Diagnosa keperawatan terdiri atas (1) pengalaman fisik meliputi resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, mual berhubungan iritasi intestinum dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. (2) pengalaman psikososial, merupakan gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan.



19



E. Intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan terkait resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan tujuan tidak terjadi penurunan berat badan.



Intervensi Kenyamanan Standard Comfort



Tindakan Keperawatan -



Kaji ulang pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit.



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diit klien selama sakit dan setelah kembali kerumah



-



Timbang berat badan klien setiap hari dengan neraca timbangan yang sama



Cocahing



-



Ajarkan pada keluarga untuk membuat jadwal makan klien selama dirumah



-



Kenalkan kepada keluarga bahan makanan yang baik untuk pertumbuhan klien



Comfort food for the soul



-



Dampingi keluarga untuk menyusun menu sesuai dengan anjuran ahli gizi



-



Ciptakan suasana yang menyenangkan pada saat makan



-



Berikan kebebasan pada klien untuk memilih menu makanan sesuai daftar anjuran



20



Diagnosa keperawatan terkait mual berhubungan dengan iritasi intestinum dengan tujuan rasa mual berkurang, tidak mengganggu aktifitas makan. Intervensi Kenyamanan Standard Comfort



Tindakan Keperawatan -



Kaji ulang intensitas mual, faktor yang memperberat mual dan meringankan mual



-



Berikan acran injeksi 3x25 mg (IV)



-



Berikan tricefin 2x1 gr (drip dekstrose 5% 100cc)



Coaching



-



Jelaskan pada anak penyebab munculnya mual



Comfort food for the soul



-



Ajarkan pada klien teknik imagery guidance



-



Libatkan keluarga dalam latihan imagery guidance



Diagnosa keperawatan terkait intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dengan tujuan klien mampu beraktivitas sesuai toleransi.



Intervensi Kenyamanan Standard Comfort



Tindakan Keperawatan -



Kaji ulang aktifitas klien sebelum dan sesudah sakit



-



Ukur nadi, frekuensi pernafasan, tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktifitas



Coaching



-



Pembatasan aktifitas klien;bedrest



-



Ajarkan pada anak untuk mengukur nadi sebelum dan sesudah aktifitas



-



Ajarkan pada keluarga tanda-tanda intoleransi aktifitas



Comfort food for the soul



-



Dampingi anak melakukan aktifitas yang digemari yang dapat dilakukan diatas tempat tidur



21



Diagnosa keperawatan terkait gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan



Intervensi Kenyamanan Standard Comfort



Coaching



Tindakan Keperawatan -



Kaji ulang hubungan ayah dan klien



-



Kaji ulang pola asuh orang tua



-



Jelaskan pada keluarga perkembangan remaja yang sedang dialami pasien



-



Jelaskan peran orang tua yang memiliki anak remaja



-



Anjurkan pada keluarga untuk menghargai pola pikir anak



Comfort food for the soul



-



Berikan privasi pada anak untuk mengungkapkan perasaannya terhadap pola asuh orang tua



22



BAB IV ANALISIS KASUS A. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik Pengkajian rasa nyaman terkait dengan pengalaman fisik klien dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Secara umum perawat mengobservasi keadaan klien, mengamati sikap tubuh klien, perilaku yang menunjukan ketidaknyamanan. Observasi dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan hemodinamik juga dapat memberikan gambaran rasa tidak nyaman klien. Pengkajian secara menyeluruh dapat dilakukan dengan pemeriksaan head to toe. Data antropometri melengkapi data pemeriksaan head to toe. Pemeriksaan ini mendukung masalah ketidaknyamanan fisik klien. Anak yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan ini dapat terkait dengan riwayat kesehatan masa lalunya. Gangguan kesehatan anak dapat pula disebabkan karena penurunan fungsi imunitas sehingga perlu dikaji riwayat imunisasi anak. Pergeseran status kesehatan anak dapat terjadi karena gangguan fungsi fisiologis sistem maupun organ. Gangguan ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, foto rontgen dan pemeriksaan penunjang lainnya. Hasil pemeriksaan penunjang dapat memperkuat dugaan penyebab rasa tidak nyaman anak secara fisik



B. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada anak disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Pencapaian tahap perkembangan psikoseksual termasuk dalam pengalaman psikospiritual karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak. Pada kasus ini remaja dikaji tahap perkembangan pubertasnya, gambaran diri dan nilai diri. Remaja mengalami masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa sehingga terjadi perubahan psikoseksual. Perubahan bentuk fisik sebaiknya dapat diterima dengan baik oleh anak sehingga terbentuk rassa percaya diri dan gambaran diri yang baik. Remaja yang sakit dan dirawat dirumah sakit dapat terganggu privasinya karena harus berbagi kamar dengan orang lain. Bila perubahan ini tidak dapt diterima oleh anak maka dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.



24



C. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural. Pengkajian sosiokultural mencakup perkembangan sosial anak baik interpesonal maupun intrapersonal. Lingkungan sosial yang banyak berinteraksi dengan anak adalah keluarga. Kondisi hubungan dalam keluarga banyak dikaji dalam aspek ini. Masalah yang muncul antara pemberi asuhan dengan anak akan menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial. Anak remaja mengalami perubahan dalam menjalin hubungan. Remaja tidak lagi banyak terikat dengan hubungan orang tua dan anak tetapi lebih banyak terlubat hubungan dengan kelompoknya yang mempunyai nilai-nilai tersendiri. Nilai yang dianut oleh remaja dan kelompoknya tidak selalu sama dengan nilai yang dapat diterima oleh masyarakat secara umum. Mungkin saja nilai tersebut sejalan atau bertentangan dengan nilai kultural. Perubahan ini sebaiknya dapat diantisipasi oleh keluarga dan masyarakat. Sehingga tidak muncul ketegangan peran pemberi asuhan dan ketegangan di lingkungan masyarakat. Apabila timbul ketegangan-ketegangan maka dapat menimbulkan masalah ketidaknyamanan sosiokultural. Remaja yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dari kelompoknya untuk sementara waktu. Perpisahan dengan kelompoknya ini akan menimbulkan rasa isolasi pada diri remaja. Isolasi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial pada diri anak. Remaja menjadi lebih sedih berpisah dengan teman-temannya daripada berpisah dengan keluarganya. Keluarga mengalami perubahan terkait perawatan anak dirumah sakit. Ibu yang biasanya berperan sebagai ibu rumah tangga harus meninggalkan rumah untuk menunggu anak yang sakit di rumah sakit. Ayah yang mencari nafkah terganggu rutinitasnya karena anak dirumah sakit. Perubahan sementasra pada remaja yang Menjalani perawatan di rumah sakit dapat mengakibatkan adanya ketidaknyamanan secara sosiokultural.



D. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan. Pengkajian lingkungan pada teori kenyamanan ini mencakup respon adaptasi anak dan keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit. Lingkungan yang berbeda ini dapat menjadi suatu stressor tersendiri bagi anak dan keluarga . stressor ersebut dapat berupa cahaya lampu kamar, kebisingan atau suara suara yang tidak bisa didengar seperti suara mesin, suara alat alat kesehatan, suhu yang mungkin dingin atai terlalu panas/ apabila anak dan keluarga tidak dapat beradapasi maka akan timbul rasa tidak nyaman terhadap lingkungan (Peterson dan Bredow. 2004., Kolbaca, 2003)



24



E. Masalah Keperawatan Masalah keperawatan dapat dianalisa dari sruktur taksonomi kenyamanan. Analisa dilakukan terhadap ketiga tingkat kenyamanan yang dikaitkan dengan pengalaman fisik, pskikospiritual, sossiokulural dan lingkungan anak dan keluarga. Daa yang meniunjukkan perubahan homeostatis dan respon fisiologi anak termasuk didalam diagnosis rasa tidak nyaman fisik pada level relief karena nakan merasa pusing, mual, lemas, dan konjungtiva anemis. Pengalaman psikospiritual anak mengalami rasa tidak nyaman pada level ease karena anak merasa sedih berpisah dengan teman – temannya. Rasa nyaman meningkat pada level transcendence ketika teman – teman klien menengok ke rumah sakit. Klien merasa senang ditengok oleh teman- temannya. Anak belum dapat berkumpul beraktifitas speri biasa bersama kelompoknya tetapi nakan sudah merasa sengat sennag dengan ditengok temantemannya. Pengalaman sosiokultural nakan mengalami masalah pada level transcendence karena anak merasa tidak sedih berpisah dengan ayahnya, hal ini menunjukkan bahwa hubungan anakd dengan ayahnya tidak dekat. Ketidak eratan hubungan ini dapat disebabkan karena orang tua belum siap menghadapi perubahan anaknya yang beranjak remaja. Kondisi ini beresiko terhadap ketegangan pemberi asuhan. Anak dan keluraga mengalami rasa nyaman pada levcel trancedence karena anak dan keluraga ingin segara pulang kerumah. Anak dfan kelurga sudah mulai erbiasa dengan lingkungan kamar.



F. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman nakn dan keluarga. Pengkajian keperawatan menggunakan taksonomi. Kenyamanan tidak memerlukan waktu yang lama untuk merngkaji sehingga perawat mempunyai waktu yang lama untuk mengkaji sehingga perawat mempunyai waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis intervensi yaitu intervensi standar, pendampingan atau pelatihan dan tindakan kenyamanan ekstra perawat. Masing – masing pengalaman kenyamanan berbeda focus intervensinya. Pengalaman fisik lebih banyak tindakan standardaripada kedua tindakan lainnya salah satu contoh tindakan standar adalah mempertahankan hemeostatis. Pengalaman sosiokultural lebih banyak tindakan pendampingan atau pelatihan daripada kedua tindakan lainnya



25



G. Implementasi & Evaluasi Intervensi



keperawatan



diimplementasikan



kemudian



dievaluasi.



Evaluasi



menggunakan instrument yang berbeda – beda antara klien tergantung dan tingak peekembangan anak. Kenyamanan klien yang tekah tercapai akan dibandingkan dengan tujuan tindakan keperawatan. Kemudian perawat akan menyususn kembali rencana keperawaan untuk meningkatkan maupun mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada level trancedence. Proses inilah yang disebut dengan intervensi yang intens. Dengan demikian diharapkan kenyamanan klien dan keluarga akan selalu meningkat



H. Aspek Positif Aplikasi Teori Kenyamanan pada Area Keperawatan Anak Aspek positif aplikasi teori kenyaman pada area keperaeatan anak terdiri atas a. teori kenyaman sederhan sehingga dapat langsung diaplikasikan pada tingkat praktis, b. instrument pengkajian telah disusun untuk mengukur level kenyamanan klien sehingga dapat membantu perawat menyusun intervensi comfort, c. instrument kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan klien maupun keluarganya sehingga sesuai dengan filosofi keperawatan anak yaitu family canter care (perawatan berpusat pada keluarga), d. intervensi kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa nyaman sehingga menjadi pengalaman yang positif bagi anak dan keluarganya, hal ini sesuai dengan filosofi keperawatan anak atraumatic care



I. Aspek Negatif Aplikasi teori kenyamanan pada Area keperawatan Anak Aspek negative aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan anak terdiri atas a. tingkat perkembangan anak berbeda – beda sehingga tidak semua instrument pengkajian kenyamanan dapat diterapkan disemua tahap usia anak, b. diperlukan format pengkajian khusus karena keempat pengalaman nyaman anak akan berbeda di setiap tahap perkembangan, c. intervensi keperawatan telah dikelompokkan tetapi diagnosis keperawatan belum dikelompokkan secara khusus.



26



J. Implikasi Aplikasi teori kenyamanan pada Asuhan Keperawatan Anak Implikasi aplikasi teori kenyaman pada asuhan keperawatan anak terdiri atas a. teori kenyamanan mempunyai kerangka kerja yang dapat menjadi panduan praktik keperawatan yang holistic dan harus didokumetasikan dengan baik, b. hasil yang diharapakandari tindakan keperawatan erkait klien dengan HSBs dan untuk pencapaian institusi yang lebih baik, c. kerangka konseptual teori kenyamanan tidak akan tercapai tanpa dukungan dan komitmen institusi pelayanan kesehatan, dan d. kerangka konseptual teori kenyamanan tidak hanya diaplikasikan pada area praktik tetapi dapat juga diaplikasikan pada level staff dan pola interdisiplin untuk mencapai tujuan kenyamanan secara khusus.



27



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Teori kenyamanan termasuk dalam middle renge theory. Middle renge theory juga memperhitungkan populasi usia dan lokasi ketika bekerja pada pengembangan sebuah teori. Middle renge theory juga mencakup intervensi, usulan hasil, atau tindakan perawat. Middle renge theory dikembangkan dengan menafsirkan dan mengamati pengalaman hidup dengan hubungan kesehatan dan keperawatan. Dalam Theory of Comfort oleh Katharine Kolcaba's, dia menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa hubungan dan hasil pasien dalam kaitannya dengan kenyamanan. 2. Analisis konsep (Kolcaba & Kolcaba, 1991) terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief (kelegaan), ease (ketentraman) dan transendence yang dihubungkan dengan empat konteks kenyamanan berdasarkan asuhan yang diberikan berasal dari literatur keperawatan (Kolcaba, 2003) yaitu, yang diberi nama fisik (physical), psikospiritual (psychospiritual), sosial (sociocultural) dan lingkungan (environmental). 3. Teori kenyamanan Kolcaba juga dengan mudah dapat digeneralisasi pada berbagai setting yang meliputi, riset, praktik dan pendidikan. Selain itu, karena berbagai setting yang beragam teori ini pun dapat diberikan pada individual, keluarga hingga komunitas. Satusatunya hal yang mempengaruhi outcome dari penerapan teori ini adalah proses pemberian asuhan keperawatan terkait teori kenyamanan kepada pasien, yang sangat mungkin dipengaruhi juga oleh intervening factors yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.



B. Saran Mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkmbangan zaman, pelayanan kesehatan di Indonesia ke depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Dimana pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan yang berdasarkan teori-teori keperawatan tertentu. Berdasarkan hal itu, penting bagi perawat untuk memahami berbagai teori keperawatan termasuk teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Katherine Kolcaba. Melalui teori ini, perawat dapat memiliki pengetahuan mengenai pentingnya penerapan proses keperawatan yang disertai dengan pemberian kenyamanan



28



DAFTAR PUSTAKA Kolcaba, K.(2003). Comfort theory and practice: A vision for holistic health care and Research. New York : Springer Publishing Company, Inc. Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes research. Nursing Outlook, 49(2), 86-92. Kolcaba, K., & Fox, C. (1999). The effects of guided imagery on comfort of women with early stage breast cancer undergoing radiation therapy. Oncology Nursing Forum, 26(1), 67-72. Kolcaba, K. Y. (1997). Comfort care: a framework for hospice nursing. American Journal of Hospice & Palliative Care, 14(6), 271-276. Kolcaba, K. Y., & Fisher, E. M. (1996). A holistic perspective on comfort care as an advance directive. Critical Care Nursing Quarterly, 18(4), 66-76. Kolcaba, K. Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of Advanced Nursing, 19(6), 1178-1184. Kolcaba, K. Y., & Kolcaba, R. J. (1991). An analysis of the concept of comfort. Journal of Advanced Nursing, 16(11), 1301-1310. Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its application to pediatric nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 – 94. Peterson, Sandra. J., Bredow, Timothy S/ 2004. Midle ranger theories application to nursing research. Philadelphia : Lippincott Williamas & Wilkins Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009.wong buku ajar keperawatan pediatric vil 1. Jakarta. EGC



29