Materi 1 Kesbel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANAK BERKESULITAN BELAJAR A. KOMPETENSI DASAR Setelah mahasiswa mempelajari materi pembelajaran anak kesulitan belajar pada kegiatan belajar ini diharapkan mahasiswa dapat: menjelaskan tentang konsep anak berkesulitan belajar, klasifikasi anak berkesulitan belajar, dan identifikasi. B. POKOK-POKOK MATERI PEMBELAJARAN Pada kegiatan belajar ini akan dibahas pokok-pokok meteri pembelajaran sebagai berikut: 1. menjelaskan tentang konsep anak berkesulitan belajar 2. menjelaskan klasifikasi anak berkesulitan belajar 3. Identifikasi C. TUGAS KEGIATAN BELAJAR 1. Buat resume tentang asesmen anak berkesulitan belajar 2. Untuk pendalaman materi silakan anda pahami materi dalam modul secara online D. URAIAN MATERI PEMBELAJARAN 1. Bacalah dengan seksama bahan bacaan yang berjudul “Anak Berkesulitan Belajar” yang disajikan berikut ini



1. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut beresiko tinggal kelas.



2. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar Klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik dapat dibagi menjadi dua yaitu kesulitan belajar pra akademik dan kesulitan belajar akademik. a. Kesulitan belajar pra akademik Kesulitan belajar pra akademik juga sering disebut kesulitan belajar developmental. Ada 4 jenis anak kesulitan belajar pra akademik/ developmental: 1) Gangguan motorik dan persepsi Gangguan perkembangan motorik disebut dispraksia. Mencakup gangguan pada motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi heptic (rasa raba dan gerak) atau taktil dan kinestetik, dan intelegensi sistem perseptual. Jenis gangguan ini perlu penanganan secara sistematis karena pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar akademik. Dispraksia sering disebut “glume clumsy” adalah keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Anak tidak mampu melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasinya dapat berupa dispasial verbal (bicara) dan nonverbal (menulis, bahasa isyarat dan pantomime). Ada beberapa jenis dispraksia : a) Dispraksia ideomotoris



Ditandai kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi, menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes. Dispraksia ini sering merupakan kendala bagi perkembangan bicara. b) Dispraksia ideasional Anak dapat melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan



secara



keseluruhan



terutama



dalam



kondisi



lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya terletak pada urutan gerakan, anak sering bingung mengawali suatu aktivitas. Misalnya mengikuti irama music. c) Dispraksia konstruksional Anak mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi ini dapat mempengaruhi gangguan menulis (disgrafia), hal ini disebabkan karena kegagalan dalam konsep visio- konstruktif. d) Dispraksia oral Sering



ditemukan



perkembangan



pada



anak



(perkembangan



yang bahasa).



mengalami Anak



disfasia



mempunyai



gangguan dalam bicara karena terdapatnya gangguan dalam konsep gerakan motorik di dalam mulut. Berbicara dipandang sebagai bentuk gerakan halus dan terampil dalam rongga mulut, sehingga akan kurang mampu kalau diminta menirukan gerakan misalnya menjulurkan atau menggerakkan lidah, mengembung kan pipi, mencucurkan bibir, dan sebagainya. 2) Kesulitan belajar kognitif Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu. Dengan demikian kognitif merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam penggunaan bahasa



dan penyelesaian soal-soal matematika. Mengingat besarnya peran fungsi kognitif dalam penyelesaian tugas akademik, gangguan kognitif hendaknya ditangani sejak masih berada pada usia pra sekolah. 3) Gangguan perkembangan Bahasa (disfasia) Dispasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak untuk menggunakan simbol linguistik dalam rangka komunikasi secara



verbal.



Gangguan



pada



anak



yang



terjadi



pada



fase



perkembangan ketika anak belajar berbicara disebut sebagai disfasia perkembangan (developmental dysphasia). Bicara adalah bahasa verbal yang memiliki komponen artikulasi, suara, dan kelancaran. Ekspresi bahasa bicara (ujaran) mencakup enam komponen, yaitu: fonem, morfem, sintaksis, semantik, prosodi (intonasi) dan pragmatik. Kesulitan belajar bicara seyogyanya telah diketahui dan diperbaiki sejak anak berada pada usia pra sekolah karena berpengaruh terhadap prestasi akademik sekolah. Dispasia dibagi menjadi dua, yaitu: disfasia reseptif dan disfasia ekpresif. Pada disfasia receptif di dapatkan gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa. Anak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan tetapi tidak mengerti apa yang didengar karena mengalami gangguan dalam memproses stimulus yang masuk. Pada disfasia eksperif anak tidak mengalami gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspesikan kata secara verbal. Anak dengan gangguan perkembanagan bahasa akan berdampak pada kemampuan membaca dan menulis. 4) Kesulitan dalam penyesuaian prilaku social Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya baik oleh sesame anak, guru, maupun orang tua. Ia di tolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai prilaku negative lainnya. Jika kesulitan penyesuaian prilaku ini tidak secepatna ditanganimaka tidak hanya



menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya. b. Kesulitan Belajar Akademik Kesulitan belajar akademik dibagi menjadi tiga jenis pertama kesulitan belajar membaca, kedua kesulitan belajar menulis, dan ketiga kesulitan belajar berhitung atau matematika. 1) Kesulitan belajar membaca (disleksia) Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat dinamakan aleksia. Kemampuan membaca tidak hanya mencakup dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berprestasi dalam kehidupan masyarakat secara bersama. Ada dua jenis pelajaran membaca: yaitu membaca permulaan atau membaca lisan dan membaca pemahaman. Mengingat pentingnya kemampuan membaca bagi kehidupan, kesulitan belajar membaca hendaknya ditangani sedini mungkin. Ada dua tipe disleksia, yaitu: disleksia auditoris dan disleksia visual. Gejala-gejala disleksia auditoris, sebagai berikut: a) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi sehingga mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contoh: anak tidak dapat membedakan kata “kakak, katak, kapak”. b) Kesulitan analisis dan sintesis auditoris. Contoh: “ibu, tidak dapat diuraikan menjadi “i-bu” atau problem sintesa “p-i-ta” menjadi “pita”. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca dan mengeja. c) Kesulitan reauditoris bunyi atau kata. Jika diberi huruf tidak dapat mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak dapat mengungkapkannya, walaupun mengerti arti kata tersebut. d) Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan e) Kadang-kadang disertai dengan gangguan auditoris



f) Anak cenderung melakukan aktivitas visual Gejala-gejala disleksia visual sebagai berikut: a) Tendensi terbalik, misalnya b dibaca d, p menjadi g, u menjadi n, n menjadi w, dan seterusnya b) Kesulitan diskriminasi, mengucapkan huruf atau kata yang mirip. c) Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual bila di beri huruf cetak untuk menyusun kata mengalami kesulitan, misalnya kata “ibu” menjadi “ubi” atau “iub” d) Memori visual terganggu e) Kecepatan persepsi lambat f) Kesulitan menganalisis dan sintesis visual g) Hasil tes membaca buruk h) Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditori 2) Kesulitan belajar menulis (disgrafia) Kesulitan belajar menulis disebut juga disgrafia. Kesulitan belajar menulis yang berat disebut agrafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu: a) Menulis permulaan b) Mengeja atau dikte c) Menulis ekspresif Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang anak adalah untuk menyalin, mencatat dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu kesulitan belajar menulis hendaknya di deteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulakan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.



3) Kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesuliatan belajar berhitung yang berat disebut alkalkulia. Ada tiga elemen



pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah : a) Konsep b) Komputasi c) Pemecahan masalah Seperti halnya bahasa berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berfikir keilmuan. Oleh karena itu seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan berhitung hendaknya di deteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulakan kesulitan belajar anak dalam memepelajari berbagai mata pelajaran lain di sekolah. 3. Proses Perkembangan Anak Usia Dini Kesulitan belajar selama masa perkembangan yaitu kesulitan dalam proses belajar yang berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan anak usia dini. Apabila kesulitan ini ditangani secara tuntas pada usia dini maka tidak akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya atau sebaliknya. Seperti pada proses belajar di bidang akademik, setelah anak masuk sekolah baru diketahui bahwa anak tersebut mengalami kesulitan belajar. Sebelum membahas lebih lanjut tentang kesulitan belajar pada usia dini, perlu dibahas aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini.



Proses perkembangan anak usia dini Greenspan dan Wieder (1998: 34-105) mengemukakan secara rinci tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini khususnya yang berkaitan dengan biological challenge (berbagai tantangan dalam perkembangan biologis). Menurut kedua ahli tersebut pertumbuhan dan perkembangan anak secara umum mencakup tiga area besar dalam system syaraf



pusat



yang



berpengaruh



pada



kemampuan



manusia



dalam



memfungsikan panca indranya dalam menerima informasi, memahami



berbagai informasi yang diterima oleh panca indra, dan merespon lingkungan sekitar berdasarkan pemahaman terhadap informasi yang diterima melalui panca indra dan selanjutnya melakukan respon secara motorik. Ketiga area tersebut sensori system, processing system, dan motor system. Apabila ketiga system tersebut berfungsi dengan baik, maka ketiganya akan menghasilkan feedback look (lingkaran umum balik) yang berlangsung secara berkesinambungan. Misalnya bila alat pelihat dan pendengaran berfungsi dengan baik, maka informasi yang diterima oleh kedua jenis alat indra tersebut terkirim ke area otak yang berfungsi untuk melakukan penerimaan terhadap informasi tersebut dan selanjutnya melakukan proses pemahaman informasi, membandingkannya dengan informasi terdahulu yang terletak/ tersimpan di dalam memori, kemudian mengorganisir pikiran, perasaaan, dan tindakan yang tepat untuk merespon informasi tersebut.



Sensory System Setiap individu secara umum menyadari bagaimana pentingnya system sensori pada kehidupan manusia. System ini disalurkan melalui panca indra yang menerima berbagai informasi tentang alam sekitar atau dunia. Tanpa kemampuan untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, mencium, maka kehidupan manusia akan sangat sulit karena tanpa kemampuan ini manusia tidak mempunyai sumber-sumber yang akan mengaktifkan kemampuan dalam berfikir. Informasi memberdayakan



yang



diterima



manusia



untuk



dan



disalurkan



mengembangkan



oleh



panca



berbagai



ide



indra dan



mengorganisir tindakan dan pengelolaan emosinya terhadap lingkungannya. Selain panca indra masalah ada satu jenis system sensori tambahan yaitu, body sense yang terdiri dari: vesticular system berfungsi mengatur kemampuan manusia dalam grafitasi dan gerak yang mempengaryuhi kemampuannya dalam melakukan koordinasi gerak motoric, keseimbangan dan arousal (melakukan gerakan secara sadar).



Proprioceptive system Mengatur



kesadaran



manusia



untuk



melakukan



gerakan



dan



memposisikan tubuh di dalam ruang yang mempengaruhi kemampuannya dalam mengontrol gerakan dan skema tubuh. Kedua system tersebut di atas membuat manusia mampu menjaga gerak tubuh secara aman “kapan harus bergerak, berhenti, berputar, miring, dll”. Selanjutnya mempengaruhi kemampuan manusia dalam mengatur gerakan dalam kehidupannya seperti: melangkah, berlari, duduk, berdiri, bersepeda, melempar dan lain-lain. Kemampuan mengatur gerak tubuh secara aman akan mempengaruhi ketenangan emosi.