Paper Sejarah Manajemen Logistik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : R. Fahmi Bembi Aji Melati Ismayanti



(150612605477) (150612601258) PAPER



SEJARAH MANAJEMEN LOGISTIK Berikut adalah perkembangan manajemen logistik (Bawersox, 2006). 1. Sebelum tahun 1950: Menuju Logistik yang Terintegrasi Sebelum tahun 1950, perusahaan-perusahaan biasanya menangani proses manajemen logistik secara terpisah-pisah. Walaupun banyak pengarang mengakui peranan yang mendasar dari logistik terhadap pemasaran dan manufakturing, namun belum ada konsep manajerial yang formal dan terpadu (Bawersox, 2006). Sejak awal Revolusi Industri, kemampuan bangsa kita untuk membuat dan memasarkan



barang



secara



massal,



jauh



melampaui



kemampuan



kita



untuk



mendistribusikannya secara massal (Bawersox, 2006). Pada tahun 1950-an menunjukkan perubahan besar dalam perihal manajemen logistik. Baik komputer maupun teknik-teknik kuantitatif memperoleh tanah subur bagi aplikasi logistik. Tidak diragukan lagi bahwa komputer dan teknik-teknik kuantitatif telah digunakan secara efektif dalam logistik sebagaimana halnya dalam setiap bidang manajemen (Bawersox, 2006). 2. 1956-1965: Dasawarsa Kristalisasi Periode 1956-1965 adalah dasawarsa kristalisasi konsep logistik terpadu setelah bertahun-tahun lamanya relatif kabur adanya. Empat perkembangan besar menunjang kristalisasi ini yaitu (Bawersox, 2006): a. Perkembangan analisa total biaya Dalam tahun 1956, suatu studi khusus mengenai ekonomi angkutan udara telah memberikan suatu konsep terpadu yang baru. Studi ini mengenalkan konsep analisa total biaya. Ia merupakan usaha untuk menjelaskan alasan ekonomi bagi tingginya biaya transport udara. Total biaya dikemukakan sebagai suatu ukuran dari seluruh pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu misi logistik. Konsep total biaya ini walaupun bersifat mendasar, namun belum pernah sebelumnya diterapkan pada ekonomi logistik. Barangkali karena iklim ekonomi pada waktu itu, maka akibatnya adalah meningkatnya perhatian terhadap penilaian total biaya dari masalah-masalah logistik. Perbaikan-perbaikan selanjutnya memberikan



identifikasi yang lengkap mengenai komponen-komponen biaya dan selanjutnya berkembanglah teknik-teknik pengukuran dari analisa biaya fungsional. b. Perkembangan pendekatan sistem Sulit untuk menelusuri asal-usul sebenarnya dari pendekatan sistem ini. Akan tetapi, konsep total usaha terpadu terhadap pencapaian sasaran yang telah ditentukan sebelumnya sudah ada (ready made) untuk analisa logistik. Jika dinilai dari sudut pandangan sistem, maka logistik terpadu menciptakan suatu kebutuhan baru untuk kompromi di antara kebijaksanaan-kebijaksanaan. c. Meningkatnya perhatian terhadap pelayanan bagi nasabah Pada pertengahan tahun 1960-an, cakrawala logistik terpadu mulai meluas. Selama periode ini, titik berat perhatian manajemen bergeser dari biaya ke usaha pelayanan terhadap nasabah. Hasilnya adalah nilaian yang lebih realistis terhadap pelayanan logistik dalam hal manufakturing dan pemasaran. Untuk mengembangkan suatu sistem logistik yang efektif dan efisien, maka hubungan antara biaya dengan pelayanan haruslah dinilai secara serentak. d. Perbaikan perhatian terhadap pengaturan saluran distribusi Sebuah aspek lagi yang penting mengenai logistik ini dari tahun 1956-1965 adalah mengenai pengaturan saluran secara keseluruhannya. Kebanyakan sistem logistik pada mulanya dipelajari dari sudut yang menguntungkan bagi suatu perusahaan saja. Selama dasawarsa kristalisasi, banyak perhatian ditujukan kepada pengakuan bahwa aktivitas dan tanggungjawab logistik itu jarang yang berhenti pada sudut kepemilikan saja. 3. 1965-1970 : Periode Pengujian terhadap Relevansi Pada pertengahan tahun 1960-an, para manajer logistik telah mendapatkan suatu pendekatan yang walaupun agak terpisah-pisah, namun secara teoitis adalah sehat yang dapat menuntunnya dalam pembuatan perencanaan. Periode 1960-1970 adalah periode di mana konsep-konsep dasar dari logistik sedang diuji. Hasilnya adalah manfaat yang diramalkan itu telah menjadi kenyataan dan konsep logistik telah lulus dalam ujian waktu. Perhatian pun semakin dipusatkan kepada hasil-hasil operasi karena banyak sekali perusahaan-perusahaan mulai melaksanakan logistik terpadu. Di dalam suatu perusahaan, biasanya perhatian mula-mula dicurahkan kepada salah satu dari dua aspek operasi utama dari sistem logistik (Bawersox, 2006). Dari sudut pemasaran, manajemen distribusi fisik muncul sebagai pendekatan terpadu terhadap gerakan (movement) barang jadi. Di antara mereka yang memerhatikan distribusu



fisik itu, penekanannya adalah dipusatkan pada sokongan logistik dari pesanan-pesanan naasabah (Bawersox, 2006). Sebaliknya, manajemen material berkembang sebagai bidang aplikasi untuk perolehan (procurement) dan manufakturing. Penekanan pada manajemen material adalah dipusatkan pada arus yang teratur dari material dan suplai suku cadang (Bawersox, 2006). 4. 1970-1978: Periode Perubahan Prioritas Tahun 1970-1978 merupakan periode ketidaktentuan yang berkepanjangan dalam hampir setiap aktivitas perusahaan. Untuk pertama kali sejak Perang Dunia II, persediaan energi menjadi masalah yang kritis. Kekurangan energi ditambah dengan meningkatnya harga minyak bumi dan barang-barang yang berasal dari minyak bumi, mencapai puncaknya dengan terjadinya kekurangan yang meluas berbagai bahan dasar dan barang jadi. Logistik menghadapi kebutuhan yang mendesak untuk memperbaiki produktivitas energi, sebab aktivitas transportasi dan penyimpanan adalah konsumen yang paling banyak dan paling nyata memerlukan energi (Bawersox, 2006). Krisis energi dalam dasawarsa ini jauh melampaui krisis energi saja, tetapi juga sangat memprihatinkan ecology (lingkungan). Sekali lagi, aktivitas logistik berada pada barisan atas dalam sumber potensi yang menimbulkan pencemaran lingkungan (environmental pollution) (Bawersox, 2006). Akhirnya, perekonomian juga telah gagal menahan berbagai tekanan yang merupakan ciri-ciri dasawarsa ini, mulai dari Watergate sampai kepada ambruknya jalan kereta belahan timur. Pada tahun 1970, perekonomian Amerika Serikat merosot ke dalam resesi yang dalam, di mana pengangguran mencapai puncaknya yang hanya dilampaui oleh Depresi Besar (Great Depression). Resesi awal tahun 1970 ini menimbulkan situasi yang diberi istilah stagflation. Dilihat dari sudut pertumbuhan, perekonomian menjadi berhenti. Akan tetapi, pada waktu yang bersamaan, inflasi terus meningkat dengan laju yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat (Bawersox, 2006). Periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan penyelenggaraan konsepkonsep logistik. Hampir dalam waktu semalam saja, prioritas perusahaan dengan programprogramnya yang bersangkutan harus menghadapi situasi yang terus berubah dari melayani permintaan (servicing demand) ke mempertahankan suplai (mintaining supply) (Bawersox, 2006). 5. Sesudah 1978: Menuju Logistik Terpadu Dasawarsa mendatang memberikan prospek hasil yang bahkan lebih besar lagi dari pelaksanaan penuh manajemen logistik. Jika kita tinjau kembali, beberapa dari kebutuhan



yang kritis yang merangsang keprihatinan material tersebut memang dilebih-lebihkan, tetapi banyak yang tidak. Tantangan bagi masa depan adalah untuk mengintegrasikan kerumitan distribusi fisik itu dengan operasi manajemen material. Sebagaimana ditunjukkan di atas, masing-masingnya merupakan sebagian pemecahan masalah kebutuhan operasi yang penting itu. Satu-satunya perspektif yang relevan adalah yang mengutamakan tercapainya sasaran perusahaan. Tantangan utama bagi masa depan adalah mengembangkan suatu logika tunggal untuk menuntun secara teratur, penyimpanan dan arus persediaan barang yang efisien dari sumber material ke kompleks manufakturing, terus ke saluran distribusi, dan sampai kepada nasabah. Manajemen logistik terpadu memberikan logika yang demikian dan makin lama makin menjadi lazim, sekurangkurangnya karena 5 (lima) alasan. Alasan-alasannya adalah sebagai berikut (Bawersox, 2006). a. Besarnya saling ketergantungan antara kedua bidang operasional itu yang dapat diusahakan untuk kemanfaatan perusahaan. b. Untuk mendukung logistik terpadu adalah bahwa konsep distribusi fisik dan manajemen material yang sempit itu besar kemungkinan menimbulkan keadaan negatif atau gangguan-gangguan. c. Untuk mengintegrasikan kegiatan distribusi fisik dengan manajemen material adalah bahwa keputusan pengawasan untuk masing-masing jenis operasi ini adalah sama. d. Untuk meningkatkan kesadaran bahwa ada banyak trade-off terdapat di antara ekonomi manufakturing dengan kebutuhan pemasaran yang dapat dirujukkan oleh suatu sistem logistik yang dirancang dengan baik. e. Alasan untuk logistik terpadu adalah bahwa kebutuhan akan misi logistik sekarang dan di masa datang tidak lagi dapat dipenuhi oleh penyebaran teknologi perangkat keras (pure hardware technology). Tantangan dasawarsa mendatang adalah mengembangkan cara-cara baru untuk memnuhi kebutuhan logistik, bukan hanya melaksanakan cara-cara lama secara lebih efisien. Perspektif yang luas dari manajemen logistik terpadu merupakan suatu prasyarat bagi tercapainya terobosan ini (Bawersox, 2006).



Daftar Rujukan Bawersox, D. J. (2006). Manajemen Logistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.