Savecom Kel.3 Psikiatri [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SAVE COMMUNITY KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI



DOSEN PEMBIMBING : TUMIUR SORMIN, SKM., M.Kes



DISUSUN OLEH KELOMPOK III 1. FENNY NOVITA



(1914401001)



2. AINI INTAN PUTRI



(1914401016)



3. ENI RAHMAWATI



(1914401019)



4. NAZHIRA NAZHALIA



(1914401022)



5. EVAMIA INDAH PARWATI



(1914401030)



6. SAFIRA WIDYATAMI



(1914401042)



7. DAVID AULIA TITIASA



(1914401044)



8. MADE AYU WIDYA PUTRI



(1914401048)



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN



1



TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI” dengan baik dan tepat waktu.Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari matakuliah“SAVE COMMUNITY” Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberika manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.



Bandar Lampung,02 Agustus 2021



Kelompok 3



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang memerlukan intervensi segera. Kejadian gawat darurat psikiatri semakin meningkat karena kekerasan, penggunaan narkoba, dan gangguan jiwa. Sebagian gawat darurat psikiatri dapat ditemui diunit gawat darurat. Jenis kegawatdaruratan psikiatri yang mungkin ditemukan adalah gaduh gelisah atau kekerasan, percobaan bunuh diri, penelantaran diri, sindroma putus zat, perkosaan dan bencana lain, dan sindroma neuroleptikmaligna. Gawat darurat psikiatri memerlukan penilaian yang cepat dan tepat melalui pendekatan pragmatis. Pendekatan ini memerlukan skill yang cukup karena keterbatasan ruang dan waktu pelayanan. Target dari penanganan awal adalah initial diagnosis, identifikasi factor pencetus, dan keputusan untuk merujuk kebagian yang sesuai.



B. Rumusan Masalah



1. Apa yang dimaksud Kegawatdaruratan psikiatri? 2. Apa saja tipe tipe Kegawatdaruratan psikiatri? 3. Bagaimana prinsip dalam Kegawatdaruratan psikiatri?



C. Tujuan 1.



Memenuhi tugas keperawatan Gadar Psikiatri



2.



Untuk memperdalam pengetahuan dalam keperawatan Gadar Psikiatri



3.



Teman teman mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keperawatan Gadar Psikiatri



4.



Teman teman mahasiswa mampu menjelaskan faktor penyebab diadakannya keperawatan Gadar Psikiatri 3



BAB II PEMBAHASAN 1.



Pengertian Kegawatdaruratan Psikiatri



Kegawat daruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang memerlukan intervensi segera. Kejadian gawat darurat psikiatri semakin meningkat karena kekerasan, penggunaan narkoba, dan gangguan jiwa. Sebagian gawat darurat psikiatri dapat di temui di unit gawat darurat. Jenis kegawat daruratan psikiatri yang mungkindi temukan adalah gaduh gelisah atau kekerasan, percobaan bunuh diri, penelantaran diri, sindroma putuszat, perkosaan dan bencana lain, dan sindrom aneuro leptikmaligna.Gawat darurat psikiatri memerlukan penilaian yang cepat dan tepat melalui pendekatan pragmatis. Pendekatan ini memerlukan skill yang cukup karena keterbatasa nruang dan waktu pelayanan. Target dari penanganan awal adalah initial diagnosis, identifikasi faktor pencetus, dan keputusan untuk merujuk ke bagian yang sesuai.



2.



Tipe – Tipe Kegawatdaruratan Psikiatri a. Gaduh Gelisah dan Ancaman Kekerasan



Gaduh gelisah adalah peningkatan aktivitas mental dan motorik seseorang yang sulit dikendalikan. Gaduh gelisah dapat berujung pada agresifisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang dalam taraf ekstrem dapat berupa pembunuhan. Tindakan kekerasan ini mempunyai lingkup yang luas meliputi tindakan kekerasan sebelumnya, ancaman verbal maupun fisik, ancaman menggunakan benda tajam dan semacamnya, agitasipsi komotor, ancaman di bawah pengaruh alkohol atau zat lainnya, psikotik paranoid, dan halusinasi dengar dengan perintah kekerasan. Kekerasan bisa terjadi pada gangguan atau penyakit otak (gangguanorganik), skizofrenia katatonik gaduh gelisah, gangguan mania bipolar, depresiagitasi, dan gangguan pengendalian impuls.Prinsip penanganan gawat darurat psikiatri pada pasien denga nagitasi dan ancaman kekerasan adalah lindungi diri terlebih dahulu dan tetap waspada terhadap tanda-tanda munculnya kekerasan. Diperlukan jumlah staf yang cukup untuk melakukan fiksasi. Fiksasi dapat dilakukan secara fisik maupun farmakologis.Pasien harus ditenangkan, senjata yang 4



dibawa harus dilucuti, dan dilakukan fiksasi segera. Keluarga pasien yang mengantar juga harusditenangkan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukansecara simultan dalam waktu singkat yang efisien.Fiksasi secara farmakologis dapat dilakukan dengan injeksi Chlorpromazin 25 mg, Haloperidol 2-10 mg, atau Diazepam 10 mg intramuskular. Pasien harus diawasi secara ketat dan perlu di rujuk ke fasilitas kesehatan dengan pelayanan kesehatan jiwa. b.



Penelantaran Diri



Tanda utama yang dapat dilihat dari pasien penelantaran diri adalah cachexia, badan lemah yang dapat berada pada status dehidrasi, dan badan kotor dan bau. Penelantaran diri dapat terjadi pada pasien dengan skizofrenia katatonik stupor, episode depresi berat dengan gejala psikotik, skizofrenia simpleks, dan gangguan afektif bipolar episode depresi.Penelantaran diri juga dapat terjadi pada pasien non-psikotik dengan anoreksia nervosa, gangguan depresi berat, dan bulimia. Kadang, penelantaran diri juga merupakan gejala adanya penyakit organik atau kata tonic like symptom.Penanganan penelantaran diri yang utama adalah stabilisasi keadaan umum. Pasien mungkin saja memerlukan infus dan atausonde. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari masalah fisik. Gangguan jiwa juga harus diterapi untuk mencegah terjadinya penelantaran diri kembali. c.



Percobaan Bunuh Diri



Bunuh diri adalah percobaan yang dilakukan seseorang untuk mengakhiri emosi, perasaan, dan pikiran yang tidak dapat ditoleransi lagi. Bunuh diri juga dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri psikologik dan menurunkan ke tegangan yang tak tertahankan. Seringkali, kematian bukan tujuan utama dari bunuh diri, tetapi lebih pada berhenti atau keluar dari kehidupan.Keinginan untuk bunuh diri merupakan interaksi dari faktor biologi, psikologi, sosiokultural, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat melatar belakangi keinginan untuk bunuh diri di antaranya adalah kesulitan sosial-ekonomi, tersedianya alat dan bahan untuk bunuh diri, dan pemberitaan media massa pada kasus “copycat suicide”. Beberapa kelompok pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk bunuh diri adalah pasien dengan penyalahgunaan zat, gangguan depresi, skizofrenia, gangguan bipolar episode depresi, dan gangguan kepribadian. 5



Faktor risiko bunuh diri lebih tinggi pada pasien dengan: 1.



Kelompok umur 15-35



2.



laki-laki



3.



penyalahgunaan alkohol dan obat



4.



pernah mencoba bunuh diri sebelumnya



5.



depresi



6.



penyakitkronis yang berat



7.



pengangguran



8.



tidak menikah, janda atau duda, bercerai



9.



masalah finansial



10. isolasi sosial 11. korban kekerasan Hal pertama yang harus dilakukan ketika menerima pasien percobaan bunuh diri adalah stabilisasi. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan mengarah dan tergantung gejala yang muncul. Sebagian besar bunuh diri dapat dicegah, sebaiknya pasien dengan kondisi yang mengarah pada percobaan bunuh diri dilakukan pendekatan. Orang di sekitar pasien harus mulai waspada bila pasien mulai meberikan wasiat, memberikan barang miliknya, melakukan perilaku merusak diri sendiri, dan mengalami krisis suicidal. Krisis suicidal merupakan fase menjelang perbuatan bunuh diri berupa perasaan sedih sekali yang tak tertahankan dan ditandai oleh isyarat atau jeritan minta tolong, atau suicidal communication misalnya surat atau catatan pribadi.Pasien kadang memerlukan opname, tergantung pada diagnosis, keparahan depresi, gagasan bunuh diri, kemampuan pasien dan keluarga mengatasi masalah, adanya faktor risiko, dan tersedianya dukungan sosial. Medika mentosa dapat diberikan sesuai dengan penyebab. Misalnya antipsikotik atau antidepresan.



3.



Strategi Umum Penanganan 6



Strategi Umum •



Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/menyakiti diri sendiri maupun orang lain.







Dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung layanan kesehatan.







Penting untuk memperhatikan keselamatan staf, anggota tim dan keselamatan pasien







Jangan menolong sendiri, minimal 4 orang dalam 1 tim







Cegah perlukaan







Cek benda-benda berbahaya yang mungkin disembunyikan seperti senjata, gunting, pisau atau benda berbahaya lainnya.







Menyadari bahwa semua pasien memiliki potensi untuk melakukan kekerasan. Modifikasi Lingkungan







Ciptakan lingkungan dengan kebisingan minimal atau rangsangan minimal untuk mengurangi kecemasan pasien.







Pencahayaan ruangan cukup untuk mengurangi ilusi dan mispersepsi lingkungan yang dapat meningkatkan risiko perilaku kekerasan atau agresif.







Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam.



4.



Prinsip Wawancara



- Lakukan pengkajian pada area yang tertutup (privasi) - Ciptakan hubungan terapeutik - Yakinkan bahwa pasien berada di tempat yang aman - Lakukan komunikasi terapeutik a. Bicara dengan tenang, ajak pasien untuk tenang b. Vocal jelas dan nada suara tegas c. Intonasi rendah



7



d. Gerakan tidak tergesa-gesa e. Pertahankan posisi tubuh f. Hargai dan bicara dengan sopan kepada pasien.



5.



Tatalaksana Umum Yang perlu dilakukan : - Berpikir dan bersikap kritis - Tetap tenang - Perlu kontrol terhadap perasaan bingung, aneh, atau depresi - Bersikap suportif - Jaga jarak aman - Tawarkan pilihan : mengontrol diri, minum obat, atau dibantu dengan fiksasi - Tegaskan bahwa perilaku kekerasan tidak diperkenankan - Lakukan dokumentasi



Yang harus dihindari : - Mengancam - Mentertawakan - Merasa tidak adekuat atau sangat tidak pasti - Merasaterancam - Menghakimi - Marah terhadap keluarga yang membawa



6.



Penanganan a.



Penanganan Awal



Kondisi kegawatdaruratan psikiatri yang menyertai gangguan psikotik akut di antaranya adalah gaduh gelisah, perilaku menyakiti diri sendiri dan/atau lingkungan, serta percobaan bunuh diri. Dokter harus mengidentifikasi kondisi kegawatdaruratan ini dan memberikan penanganan yang sesuai, misalnya deeskalasi verbal atau pemberian terapi farmakologis untuk pasien agitasi dengan obat oral sebagai pilihan lini pertama diikuti dengan terapi parenteral jika pasien tidak mau mengonsumsi obat oral. 8



b.



Pemberian Antipsikotik



Apabila kondisi kegawatdaruratan psikiatri teratasi, terapi dilanjutkan dengan pemberian obat oral antipsikotik yang kemudian dilakukan evaluasi dalam 1-3 minggu pertama sampai dosis optimal. Pemberian antipsikotik pada gangguan psikotik akut serupa dengan pemberian untuk schizophrenia. Antipsikotik atipikal (generasi kedua) bekerja lebih selektif dan berpengaruh pada reseptor serotonin sehingga memperbaiki fungsi suasana perasaan. Golongan obat ini juga memiliki risiko efek samping yang lebih rendah dibandingkan anti psikotik tipikal sehingga menjadi pilihan terapi untuk gangguan psikotik akut c.



Psikoterapi



Psikoterapi individual dan kelompok dapat dilaksanakan sebagai sarana mendiskusikan pendapat pasien gangguan psikotik akut mengenai stresor yang dihadapi. Apabila gangguan psikotik akut muncul tanpa adanya suatu stresor yang jelas, maka perlu digali faktor risiko lain, karena didapatkan kemungkinan kondisi psikotik akut berulang selama masa kehidupan dan kecenderungan kebutuhan klinis yang tidak terpenuhi. Psikoedukasi merupakan intervensi yang ditujukan untuk mengurangi stimulus berlebih, stresor lingkungan dan peristiwa kehidupan. Psikoterapi umumnya dilakukan saat kontrol setelah gejala awal tertangani.



9. Alat – alat dan Obat Panduan Injeksi pada Fase Akut sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Ilmu Kedokteran Jiwa Nama Obat Olanzapine



Dosis 10 mg/injeksi



Rute Pemberian Intramuskular Dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimal 30 mg/hari.



Aripriprazol



9.75 mg/injeksi



Intramuskular



e Dosis maksimal 29,25 mg/ hari Haloperidol



5 mg/injeksi



Intramuskular 9



Dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimal 20 mg/hari Diazepam



10 mg/injeksi



Intramuskular Dosis maksimal 30 mg/hari



Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015.[20]



Daftar Obat Antipsikotik, Dosis dan Sediaan sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Ilmu Kedokteran Jiwa Obat



Rentang dosis anjuran



Antipsikotik Antipsikotik Generasi I Chlorpromazine 300-1000 mg/hari Perfenazin 16-64 mg/hari Trifluoperazin 15-50 mg/hari Haloperidol 5-20 mg/hari



Sediaan



Tablet (25 mg; 100 mg) Tablet (4 mg) Tablet (1 mg; 5 mg) Tablet (0.5 mg; 1 mg; 1.5 mg; 2 mg; 5 g), injeksi short acting (5 mg/ml), tetes (2 mg/5 ml), injeksi long acting (50 mg/ml)



Antipsikotik Generasi II Aripiprazole 10-30 mg/hari



Tablet (5 mg; 10 mg; 15 mg), tetes (1 mg/ml), discmelt (10 mg; 15 mg),



Clozapine Olanzapine Quetiapine



150-600 mg/hari 10-30 mg/hari



injeksi (9.75 mg/ml) Tablet (25 mg; 100 mg) Tablet (5 mg; 10 mg), injeksi (10



300-800 mg/hari



mg/ml) Tablet immediate release (IR) (25 mg; 100 mg; 200 mg; 300 mg), tablet extended release (XR) (50



Risperidone



2-8 mg/hari



mg; 300 mg; 400 mg) Tablet (1 mg; 2 mg; 3 mg), tetes (1 mg/ml), injeksi long acting (25 mg; 37.5 mg; 50 mg) 10



Paliperidone 3-9 mg/hari Zotepin 75-150 mg/hari Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015.[20]



Tablet (3 mg; 6 mg; 9 mg) Tablet (25 mg; 50 mg)



10. Tatalaksana Pasien Gaduh Gelisah a.



PSIKOTERAPI



Dalam intervensi psikiatrik gawat darurat, semua usaha dilakukan untuk membantu pasien mempertahankan harga dirinya. Empati adalah penting untuk penyembuhan pasien psikiatrik. Pengetahuan yang diperlukan adalah bagaimana biogenetik, situasional, perkembangan dan eksistensial berkumpul pada satu titik dalam riwayat penyakit untuk menciptakan kegawat daruratan psikiatrik adalah seruppa untuk kematangan keterampilan pada dokter psikiatrik. Untuk keadaan kegawat daruratan psikiatri, diperlukan lebih dari satu orang psikiater. Dan tidak ada prosedur yang baku untuk setiap orang, karena masing-masing orang memiliki kerentanan yang berbeda dan proses psikoterapi yang berbeda. b. FARMAKOTERAPI Indikasi utama untuk pemakaian medikasi psikotropik diruang gawat darurat adalah perilaku kekekrasan atau menyerang, kecemasan atau panik yang masif, dan reaksi ekstrapiramidalis, seperti distonia dan akathisia sebagai efek samping dari obat psikiatrik. Suatu bentuk yang jarang dari distonia adalah laringospame, dan dokter psikiatrik harus siap untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka dengan intubasi jika diperlukan. Orang yang paranoid atau dalam keadaan luapan katatonik memerlukan trankuilisasi. Ledakan kekerasan yang episodik berespon terhadap lithium (Eskalith), penghambat-beta, dan carbamazepine (Tegretol). Jika riwayat penyakit mengarahkan suatu gangguan kejang, penelitian klinis dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan suatu pemeriksaan dilakukan untuk memastikan penyebabnya. Jika temuan adalah positif, antikonvulsan adalah dimulai, atau dilakukan pembedahan yang sesuai (sebagai contohnya, pada massa serebral). Untuk intoksikasi akibat zat rekreasional, dilakukan tindakan konservatif mungkin adekuat. Pada beberapa keadaan, obat-obat seperti 11



thiothixene (Navane) dan Haloperidol (Haldol), 5-10 mg setiap setengah sampai satu jam diperlukan sampai pasien distabilkan. Benzodiazepine digunakan sebagai pengganti atau sebagai tambahan antipsikotik (untuk menurunkan dosis antipsikotik). Jika obat reaksional memiliki sifat antikolinergik yang kuat, maka benzodiazepine lebih tepat dibandingkan antipsikotik. Orang dengan respon alergik atau menyimpang terhadap antipsikotik atau benzodiazepine diobati dengan sodium amobarbital (Amytal) (sebagai contohnya, 130 mg oral atau IM), paraldehyde, atau diphenhydramine (Benadril, 50 sampai 100 mg oral atau IM). Pasien yang melakukan kekerasan dan melawan paling efektif ditenangkan dengan sedatif atau antipsikotik yang sesuai. Diazepam (Valium), 510 mg, atau lorazepam (Ativan), 2-4 mg, dapat diberikan intravena (IV) perlahan-lahan sampai 2 menit. Klinisi harus memberikan medikasi IV dengan sangat berhati-hati, sehingga henti pernafasan tidak terjadi. Pasien yang memerlukan medikasi IM dapat disedasi dengan haloperidol, 5-10 mg IM, atau dengan chlorpromazine (Thorazine), 25 mg IM. Jika kemarahan disebabkan oleh alkohol atau sebagai bagian dari gangguan psikomotor pascakejang, tidur yang ditimbulkan oleh medikasi IV dengan jumlah relatif kecil dapat berlangsung selama berjam-jam. Saat terjaga, pasien seringkali sepenuhnya terjaga dan rasonal dan biasanya memiliki amnesia lengkap untuk episode kekerasan. Jika kemarahan adalah bagian dari proses psikotik yang sedang berlangsung dan kembali setelah medikasi IV menghilang, medikasi kontinu dapat diberikan. Kadangkadang lebih baik menggunakan dosis IM atau oral kecil dengan interval ½ sampai 1 jam–sebagai contohnya, Haloperidol 2-5 mg, diazepam 10 mg–sampai pasien terkendali dibandingkan dengan menggunakan dosis besar pada awalnya dan menghentikannya dengan pasien yang mengalami overmedikasi. Saat perilaku pasien yang terganggu telah dikendalikan, dosis yang semakin kecil dan lebih jarang dapat diberikan. Selama terapi pendahuluan, tekanan darah pasien dan tanda vital lainnya harus dimonitor. c.



TRANSKUILISASI CEPAT



Medikasi antipsikotik dapat diberikan dalam cara cepat dengan interval 30-60 menit untuk mencapai hasil terapetik yang secepat mungkin. Prosedur ini bermanfaat bagi pasien yang teragitasi dan pasien yang dalam keadaan tereksitasi. Obat yang dipilih untuk trankuilisasi cepat adalah haloperidol dan antipsikotik potensi tinggi lainnya. Pada 12



orang dewasa 5-10 mg Haloperidol peroral atau IM dan diulangi dalam 20-30 menit sampai pasien menjadi tenang. Beberapa pasien mungkin mengalami gejala ekstrapiramidal ringan dalam 24 jan pertama setelah transkuilisasi cepat. Walaupun keadaan ini jarang, tetapi dokter psikiatri harus bisa mengatasinya. Dan keadaan ini biasanya terjadi sebelum diberikan dosis total 50 mg. Tujuan dari pemberian ini bukanlah untuk proses sedasi atau somnolensi. Tetapi agar pasien mampu bekerja sama dalam proses pemeriksaan dan dapat memeberikan penjelasan tentang perilaku teragitasi. Pasien yang teragitasi atau panik dapat diobati dengan dosis kecil lorazepam, 2-4 mg IV atau IM yang dapat diulangi jika diperlukan dalam 20-30 menit sampai pasien ditenagkan Kegawatan ekstrapiramidal berespon terhadap benztropine (Cogetin) 2 mg peroral atau IM, atau diphenhydramine 50 mg IM atau IV. Beberapa pasien berespon terhadap diazepam 5-10 mg peroral atu IV. d. PENGIKATAN Pengikatan digunakan jika pasien sangat berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain karena memiliki ancaman yang sangat parah yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain. Pasien dapat diikat secara sementara untuk mendapatkan medikasi atau untuk periode yang lama jika medikasi tidak dapat digunakan. Paling sering, pasien yang diikat menjadi tenang setelah beberapa waktu. Pada tingkat psikodinamika, pasien tersebut mungkin menerima pengendalian impuls yang diberikan oleh pengikatan.



11. Tatalaksana Pasien Resiko Bunuh Diri Penting untuk mengetahui faktor risiko serta tanda-tanda percobaan bunuh diri yang muncul pada diri seseorang. Jika Anda mendapati anggota keluarga atau teman memiliki tanda-tanda tersebut, pencegahan yang dapat dilakukan adalah: 



Mendengarkan dengan seksama sekaligus mempelajari apa yang dia pikirkan dan rasakan.







Membantu dia dalam mengatasi depresi yang dialami.







Jangan ragu untuk menanyakan padanya tentang adanya keinginan untuk bunuh diri.



13







Jangan ragu untuk mengekspresikan rasa sayang, baik dalam bentuk perbuatan maupun kata-kata.







Jangan mengabaikan perasaan dia terhadap suatu hal, meski hal itu sepele atau mudah untuk diselesaikan.







Sebisa mungkin jauhkan barang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri, misalnya senjata api.



Jika Anda khawatir bahwa cara di atas masih belum cukup untuk bisa mencegah upaya bunuh diri, maka Anda bisa membawa dia ke psikiater. Metode medis yang mungkin disarankan oleh psikiater adalah: 



Psikoterapi, salah satunya adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini akan melatih pasien dalam menangani stres yang dapat memicu keinginan untuk bunuh diri. Pemberian obat. Obat golongan antipsikotik, seperti clozapine, sering diberikan pada pasien skizofrenia untuk menekan risiko munculnya keinginan untuk bunuh diri



12. Tatalaksana Pada Kesurupan Saat seseorang sedang diambil alih kepemilikan identitasnya atau sedang kesurupan, orang tersebut biasanya mengalami berbagai tanda, seperti:  Kehilangan kontrol atas tindakannya  Perubahan perilaku atau bertindak berbeda  Kehilangan kesadaran lingkungan  Kehilangan identitas pribadi  Kesulitan membedakan kenyataan dari fantasi pada saat kesurupan  Perubahan nada suara  Perhatiannya berkeliaran  Kesulitan berkonsentrasi  Kehilangan kesadaran waktu  Kehilangan memori atau ingatan 14



 Penampilan tubuhnya berubah Terkadang, tanda-tanda possession trance disorder tersebut sama dengan tanda-tanda gangguan mental lainnya, seperti demensia, epilepsi, skizofrenia, sindrom Tourette, dan amnesia disosiatif. Sehingga, harus diketahui perbedaan antar penyakit tersebut agar possession trance disorder dapat didiagnosis dengan tepat. Apa yang dapat menyebabkan kesurupan? Kondisi possession hanya dapat dipahami melalui kombinasi perspektif biologis, antropologis, sosiologis, psikopatologis dan eksperimental. Kesurupan atau possession trance disorder dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor spiritual, sosial, psikologis dan fisik. Dengan melakukan pemeriksaan mendalam, mungkin faktor penyebabnya bisa diketahui. Gangguan disosiatif juga dapat menyebabkan possession trance disorder ini. Karena trauma psikologis dan kekerasan yang berulang menyebabkan tekanan sosial dan mental. Pengalaman disosiatif ini berubah dari nonpatologis ke patologis. Namun, belum ada teori biologis tentang asal-usul gangguan possession trance disorder ini Langkah langkah mengatasi tindakan kesurupan 



Baringkan secara terlentang







Minta bantuan dua orang untuk memegang erat kaki tangan dan bahu jika orang tersebut meronta ronta







Baca istigfar 3x







Baca syahadat 1x







Baca taawudz 1x







Baca bismillak 1x sambil menekan kdua jempol ibu jari sekuat kuatnya Saat dipencet biasanya makhluk gaib akan berontak dan menjerit kesakitan namun biasanya hal ini tidak berlangsung lama dan makhluk gaib akan pergi, rang tersebut akan pingsan sejenak



15



BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang memerlukan intervensi segera. Kejadian gawatdarurat psikiatri semakin meningkat karena kekerasan, penggunaan narkoba, dan gangguan jiwa. Sebagian gawatdarurat psikiatri dapat ditemui diunit gawatdarurat.



16



Jenis kegawatdaruratan psikiatri yang mungkin ditemukan adalah gaduh gelisah atau kekerasan, percobaan bunuh diri, penelantaran diri, sindrom aputus zat, perkosaan dan bencana lain, dan sindrom aneuroleptikmaligna. Gawat darurat psikiatri memerlukan penilaian yang cepat dan tepat melalui pendekatan pragmatis. Pendekatan ini memerlukan skill yang cukup karena keterbatasan ruang dan waktu pelayanan. Target dari penanganan awal adalah initial diagnosis, identifikasi factor pencetus, dan keputusan untuk merujuk kebagian yang sesuai.



DAFTAR PUSTAKA http://astaqauliyah.com/2006/12/falsafah-dasar-kegawatdaruratan/trackback/ http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Kesehatan/tahukah-anda-tanda-tanda-jika-orangingin-bunuh-diriStuart, G.W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.



17



Yosef, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Herdman, T. heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.



18