SOP Persiapan Pemeriksaan Barium Enema [PDF]

  • Author / Uploaded
  • bila
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FM-7-4.2.3-132.26.00.0-02-V1 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG



PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN BARIUM ENEMA



1. TUJUAN : Tujuan dilakukannya pemeriksaan barium enema adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi dari usus besar/colon serta mendeteksi adanya kelainan 2. RUANG LINGKUP:



a) Indikasi dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan pola buang air besar, nyeri daerah colon, kecurigaan massa daerah colon, melena, kecurigaan obstruksi colon.



b) Dilakukan pada pasien yang akan mengetahui adanya gangguan absolutetoxic, megacolon , pseudo, membranous colitis, dan post biopsy colon. 3. ACUAN Tim Akedemi Keperawatan lumajang. 2015. Persiapan Pasien Pada Barium Meal Dan Barium Enema. Jawa Timur. RS. Husada. Potter Zairiana Finzia, P., & Lasmitha, H. (2020). Penatalaksanaan Pemeriksaan Barium Enema. dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Aceh Medika, 4(2), 95–101. Retrieved from http://jurnal.abulyatama.ac.id/acehmedika. 4. DEFENISI Pemeriksaan Barium Enema, disebut juga pemeriksaan radiografi saluran cerna bagian bawah, merupakan pemeriksaan sinar X dengan menggunakan media kontras yaitu suspensi barium sulfat (BaSO4), yang dimasukkan ke dalam usus besar 5. PROSEDUR A. Tanggung Jawab dan wewenang 1. Bagian akademik sebagai penanggung jawab pembelajaran 2. Koordinator mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah 3. Pembimbing



praktek



dari



pendidikan



dan



lahan



praktek,



yang



bertanggungjawab dalam membimbing dan menilai ketercapaian pelaksanaan



prosedur tindakan setiap peserta didik secara objektif baik di laboratorium maupun di lahan praktik. B. Pelaksanaan 1. Persiapan klien a. Pastikan identitas klien b. Kaji kondisi klien c. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya tindakan yang dilakukan, Sebelum dilakukan tindakan, d. Jaga privacy klien 2. Persiapan alat a. Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius, sebanyak 2 liter b. Rektal kateter c. Irigator set. Dewasa ini sering digunakan disposible barium enema kits yang terdiri dari : 1) Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter. 2) Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan barium. 3) Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi. 4) Rektal kateter d. Glycerin e. Kayu pengaduk barium (bila menggunakan irrigator set) f. Receiver (ember) g. Kain laken (penutup meja pemeriksaan) 3. Persiapan Lingkungan a. Atur lingkungan aman dan nyaman 4. Prinsip dasar persiapan penderita seperti : a. Dua hari sebelum pemeriksaan:







Beritahu pemeriksa apabila pasien mempunyai alergi lateks atau barium dan siapkan pasien secara fisik dan mental untuk melakukan pemeriksaan ini







Pasien



diberitahukan



bahwa



persiapan



ini



dibutuhkan



kerjasama dari pasien agar kolon yang akan diperiksa dapat benar-benar bersih. 



Mengubah pola makan pasien. Pasien hendaknya memakan makanan dengan konsistensi lunak dan tidak mengandung lemak selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bongkahan-bongkahan tinja yang keras.







Minum



sebanyak-banyaknya



selama



1-2



hari



sebelum



pemeriksaan sebanyak 2 liter atau lebih untuk mencegah dehidrasi akibat persiapan. Hal ini disebabkan karena penyerapan air di saluran cerna terbanyak di usus besar, sehingga pemberian minuman ini dapat menjaga tinja agar tetap



lembek.



Untuk



menjaga



kebutuhan



kalori



dan



keseimbangan elektrolit dapat diberikan oral entering feeding berupa bubuk yang dilarutkan di dalam air. 



Pasien dengan hipomotilitas kolon lebih sulit untuk diperiksa karena kolon tidak bersih sempurna. Biasanya terjadi pada orang yang tirah baring lama, diabetes, skleroderma dan orang yang menggunakan opiat atau obat dengan efek samping antikolinergik harus diperpanjang masa persiapannya menjadi dua hari atau lebih dan beberapa regimen, lavage kolon dimungkinkan untuk membersihkan kolon.



b. Satu hari sebelum pemeriksaan: 



Lanjutkan diet yang sama seperti pada hari sebelumnya dan tetap hindari makanan berlemak







Pada pukul 4 sore, minum satu gelas air putih







Pada pukul 5 sore, minum magnesium citrate laxative dengan dosis pada dewasa 300 ml, usia 9-12 150 ml, usia 6-8 60 ml, usia 5 tahun kebawah tidak diberikan. Setelah ini akan terjadi diare selama 3-8 jam.







Pada pukul 7 malam, orang dewasa harus mengkonsumsi 3 tablet bisacodyl dan tetap mengonsumsi diet cair hingga malam hari.







Pemberian pencahar tidak wajib dilakukan apabila perubahan pola makan dan minum dilakukan dengan benar. Pada beberapa keadaaan seperti orang tua, rawat baring yang lama dan sembelit



kronis,



pemberian



pencahar



harus



diberikan.



Sebaiknya dipilih pencahar yang mempunyai sifat-sifat yang dapat melembekkan tinja dan meningkatkan peristaltik usus, mempunyai citra rasa yang enak serta mempunyai kemasan yang baik c. Pada hari pemeriksaan 



Tidak boleh makan atau minum apapun hingga pemeriksaan selesai, kecuali pemeriksaan dilakukan diatas jam 13.00 maka boleh minum air putih saja.







Pemberian



glukagon



intravena



dapat



digunakan



untuk



menghambat peristaltis usus pada saat pemeriksaan dan juga untuk membedakan spasme kolon dengan lesi massa. Glukagon secara perlahan disuntikkan dengan dosis 1 mg melalui intravena dalam 1 menit. Lama kerja dari glukagon sekitar 1020 menit. Tujuan dari pemberian ini dapat menurunkan rasa tidak nyaman saat menjalani pemeriksaan. glukagon tidak diberikan pada pasien yang insulonoma, ferokromositoma. 



Apabila pasien mengalami diabetes, harus dikonsultasikan lebih dahulu mengenai penurunan pemakaian insulin saat puasa atau diet lunak.



d. Sesaat sebelum pemeriksaan :







Petugas radiologi akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.







Penderita diminta untuk menggunakan pakaian khusus yang tidak terdapat besi dan melepas segala perhiasaan.







Bagi pasien wanita, perlu ditanyakan apakah penderita sedang dalam keadaan hamil atau ada kemungkinan sedang hamil



5. Prosedur I.



Tahap Pra Interaksi a. Identifikasi pasien b. Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan c. Mencuci tangan d. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar



II.



Tahap Orientasi a. Berikan salam, panggil klien dengan namanya b. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat c. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga d. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya (klien kooperatif)



III.



Tahap Kerja 1) Double Contranst a. Dilakukan untuk menilai tonus sphincterani dan kemungkinan adanya massa. b. Dilakukan pemasangan kateter rectal, balon kateter digunakan bila dicurigai pasien tidak dapat menahan feses, Ca rectal dan ulcerative colitis daerah rectosigmoid, sebaiknya tidak memakai balon kateter yang besar c. Diberikan spasmolitik : mis. Buscopan IV/IM. d. Cairan BaSO4 dimasukkan pelan-pelan dan selalu diikuti ujungnya. e. Diberikan kesempatan colon untuk adaptasi terhadap perubahan volume (diklem beberapa detik) f. Setelah mencapai flexura hepatica, sebagian kontras dikeluarkan lewat kateter



g. Secara bertahap dimasukkan gas. h. Sebelum mencapai caecum dibuat foto daerah rectosigmoid dengan posisi optimal (biasanya oblique supine ke kanan). i. Kontras diteruskan sampai dengan masuk daerah caecum diusahakan masuk ileum distal. j. Bila kontras tidak masuk ileum diusahakan manipulasi dengan memutar-mutar badan pasien dan palpasi daerah caecum. k. Dibuat foto daerah flexura lienalis (biasanya oblique supine ke kiri) dan flexura hepatica (oblique supine ke kanan). l. Bila perlu dibuat foto tambahan, dengan coating kontras dan posisi berbeda pada daerah lesi colon yaitu daerah caecum bila kontras tidak masuk ileum (1-2 foto). m. Dibuat foto seluruh colon (terlentang/AP) . n. Pasien jangan diturunkan dulu dari meja x-ray sebelum evaluasi hasil foto (basahnya) 2) Teknik Single Contrast a. Kontras dimasukkan pelan-pelan dan diberi waktu adaptasi pada colon terhadap tambahan volume. b. Pemberian spasmolitik tidak mutlak, tergantung keperluan dan ada tidaknya kontra Indikasi. c. Pada waktu mencapai flex. Lienalis, dibuat foto daerah rectosigmoid Setelah mencapai caecum dan ileum terminal, dibuat foto daerah flex, Lienalis, Hepatica dan caecum. d. Diusahakan kontras masuk ileum distal. e. Buat foto seluruh colon, bila perlu dibuat foto tambahan pada daerah lesi, dan daerah caecum f. bila kontras tidak dapat masuk ileum dibuat foto post evacuasi, g. bila kesukaran berak, diberi rangsangan dengan minum air hangat. & ekapitulasi penggunaan gambar = foto double kontras. IV.



Tahap terminasi



a. menerangan pada pasien bahwa fesesnya akan berwarna putih selama 1-2 hari. b. Evaluasi respon/hasil klien terhadap tindakan c. Dokumentasikan hasilnya Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya d. Mengakhiri kegiatan dengan baik dan membereskan alat e. Cuci tangan 6. PENGENDALIAN/PEMANTAUAN a. Daftar hadir mahasiswa dan dosen yang telah ditanda tangani. b. Dokumentasikan pemasangan akses intra vena c. Format penilaian tindakan prosedur pemasangan akses intra vena yang telah di tanda tangani dan diberi nama jelas penguji yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan d. Pedoman penilaian pencapaian prosedur



PENGESAHAN Disusun oleh Pengajar



Diperiksa oleh Pj. ADAK



Disetujui dan disahkan oleh Kaprodi Keperawatan