Tugas Praktikum Biokimia Kreatin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PRAKTIKUM BIOKIMIA PEMERIKSAAN KADAR KREATIN PLASMA



DISUSUN OLEH : SITI ZULAIKHAH J310190165 SHIFT G/2G1



PROGRAM ILMU STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN Untuk menghitung kadar kreatin plasma. 1.2 PRINSIP Kreatin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinin pikrat yang berwarna merah intensitas warna merah menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca pada spektofotometer. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin.Kreatinin terutama disintesis oleh hati, tedapat hampir semuanya dalam otot rangka yang terikat secara reversible dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau keratinfosfa, yakni senyawa penyimpan energi.Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal.Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialysis (Hadijah, 2018). Kadar kreatinin tidak hanya tergantung pada massa otot, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet, dan status kesehatan. Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney diseaseakibat gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar kreatinin juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan tersebut ter-jadi penurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit pula kadar kreatinin yang dapat difi ltrasi ginjal (Myers G, 2012). Kadar kreatinin serum sudah banyak digunakan untuk mengukur fungsi ginjal melalui pengukuran glomerulus fi ltration rate (GFR). Rehbeg menyatakan peningkatan kadar kreatinin serum antara 1,2–2,5 mg/dL berkorelasi positif terhadap tingkat ke-matian pasien yang diteliti selama 96 bulan. Pada beberapa penelitian



mengevaluasi adanya hubungan positif antara penyakit kardiovaskuler dengan peningkatan kadar kreatinin serum. Pasien dengan nilai kreatinin1,5 mg/dL atau memiliki faktor risiko dua kali lebih besar dibandingkan pasien dengan nilai kreatinin kurang dari 1,5 mg/dL untuk mengalami gangguan kardiovaskuler (Verdiansah, 2016). Ginjal terletak retroperitoneal dalam rongga abdomen dan berjumlah sepasang dan merupakan organ vital bagi manusia. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan menyebabkan gangguan ginjal sering terlambat terdeteksi. Penyakit ginjal sering disertai penyakit lain yang mendasarinya seperti diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemia. Gejala dan keluhan pada gangguan ginjal stadium dini cenderung ringan, sehingga sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan klinis (Edmund, 2010). Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan gangguan fungsinya disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Beberapa pemeriksaan laboratorium telah dikembangkan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan identifi kasi gangguannya sejakawal. Hal ini dapat membantu klinisi untuk melakukan pencegahan dan penatalak-sanaan lebih awal agar mencegah progre-sivitas gangguan ginjal menjadi gagal ginjal (Toussaint, 2012). BAB III ALAT dan BAHAN 3.1 ALAT 3.1.1 Alat (video) 



Wadah reagen kerja







Blue tip







Mikropipet 100  l dan 1000  l



3.1.2 Alat (modul) 



Tabung reaksi







Mikropipet







Rak tabung







Spektofotometer



3.2 BAHAN 3.2.1 Bahan (video) 



Reagen 1 & 2 (reagn kerja kreatin)







Spesimen serum



3.2.2 Bahan (modul) 



Plasma darah







Reagen warna kreatinin



3.3 CARA KERJA 3.3.1 Cara Kerja (video) a) Pembuatan reagen 1. Dipipet reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 1:1 letakkan dalam wadah reagen kerja b) Pemeriksaan kreatin 1.



Dipipet 1000 mikron reagen kerja masukkan ke tabung



2.



Tambahkan 100 mikron spesimen masukkan ke tabung yang sudah diberi reagen kerja kreatin



3.



Kumpulkan 3-5 mL darah vena dalam tabung yang sudah ada reagen dan



spesimen 4.



Lakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serum atau plasma



5.



Diamkan reagen dan spesimen pada suhu kamar



6.



Lakukan semua tes pada suhu konstan yaitu suhu 37℃



3.3.2 Cara Kerja (modul) 1. Pipet  2 ml masukkan tabung reaksi 2. Centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit 3. Pipet serum sebanyak 50 micron (0,05 ml) masukkan tabung reaksi 4. Tambah dengan memipet reagen warna I sebanyak 1000 micron/ 1ml 5. Inkubasi selama 10 menit dengan temperatur 37℃ 6. Tambah dengan memipet reagen warna II 250 micron/0,25ml Kadar Normal : 0,6 -1,2 mg/dl 7. Buatlah laporan hasil praktikum



BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 HASIL Dari praktikum video diatas dihasilkan data berikut : No.



Hasil



Kadar Kreatin Normal



Kategori



Laki-laki : 0,6-1,4 mg/dL 1.



0,8 mg/dL



Perempuan : 0,5-1,2 mg/dL



Normal



(Verdiansah, 2016) Dari hasil tabel diatas didapatkan kadar kreatinin 0,8 mg/dL, dimana menurut Verdiansah, 2016 dalam jurnalnya termasuk dalam kategori normal. 4.2 PEMBAHASAN Pada praktikum ini dalam secara garis besar cara kerja dalam video dan modul sama, hanya berbeda dalam pencampuran reagen. Dalam cara kerja modul, reagen 1 dan reagen 2 dicampur dengan cara diberi jeda dengan inkubasi. Sedangkan dalam cara kerja video reagen 1 dan reagen 2 dicampur langsung dalam wadah reagen kerja. Metode “Jaffe Reaction” dapat menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi. Cara deproteinase adalah dengan penambahan TCA 1,2 N (Tri Chlor Acetic Acid) pada sampel sebelum dilakukan pengukuran. Sampel yang ditambahkan TCA 1.2 N diCentrifugasi selama 5-10 menit, maka protein dan senyawa lain akan mengendap dan filtrat digunakan untuk pengukuran kreatinin dalam suasana alkalis, konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan (Rachman, 2018). Ada



beberapa



keuntungan



pengukuran



kreatinin



cara



deproteinisasi



diantaranya kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, dan ureum sudah terikat dengan Trichlor Acetic Acid (TCA) sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan nitrogen akan tetapi sampel yang dibutuhkan cukup banyak (Hadijah, 2018). Dari metode jaffe reaction ini, kreatinin dalam suasana alkalis dapat membentuk senyawa yang berwarna kuning jingga. Menggunakan alat Fotometer (Winarni, 2010). Prinsip Pemeriksaan menggunakan Jaffe Reaction : Kreatinin + Asam Pikrat → Kreatinin Pikrat Kompleks (Kuning Jingga)



Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain (Depkes, 2008). Reagen kreatinin terdiri dari Reagen 1 (R1), dan Reagen 2 (R2). Komposisi dan konsentrasi reagen kreatinin meliputi : R1 : Good buffer pH, Creatinase, Sacosine oxidase, Ascorbate oxidase, Catalase,HTIB (3-Hydroxy 2, 4,6-triido benzoid acid). R2 : Good buffer pH, Creatininase, Peroxidase, 4-Aminoantipirin (4-AA), Kalium heksasianoferat (Kreatinin PAP FS, 2014). Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah yang parah dipicu oleh munculnya masalah pada ginjal. Penyakit ginjal kronis akan membuat ginjal kesulitan untuk menyaring kreatinin. Ada beberapa cara untuk menurunkan kadar kreatinin dalam darah, tergantung penyebab yang melatarbelakanginya, seperti menghindari olahraga secara berlebihan, membatasi konsumsi protein, konsumsi cukup serat, cukup minum air putih, dan hindari konsumsi suplemen yang mengandung kreatin (Kevin, 2018). Umumnya, kadar keratinin yang tinggi dapat ditangani dengan dialisis (cuci darah). Metode ini juga termasuk salah satu penanganan pada gagal ginjal. Untuk mencegah gangguan ginjal, Anda perlu menjalani pola hidup sehat dengan menjaga berat badan tetap normal, mengonsumsi makanan sehat dan dengan gizi seimbang, rutin olahraga, berhenti merokok, dan mengelola stres (Kevin, 2018).



BAB V KESIMPULAN Dari praktikum video yang dilakukan, mahasiswa mampu mengetahui kadar kreatinin yaitu 0,8 mg/dL. Menurut Verdiansah,2016 kadar ini tergolong dalam kategori normal yaitu 0,6-1,4 mg/dL.



DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI Jakarta. Edmund L. Kidney function tests. Clinical chemistry and molecular diagnosis. 4th ed. America: Elsevier; 2010. p.797-831. Hadijah, S. (2018). Analisis Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah dengan Deproteinisasi dan Nondreproteinisasi Metode Jaffe Reaction. Jurnal Media Analis Kesehatan, 1(1). dr



Kevin



adrian.



2018.



Kreatinin



dan



Kesehatan



Ginjal.



https://www.alodokter.com/kreatinin-dan-kesehatan-ginjal . Diakses pada 14 Juni 2020. Kreatinin



PAP



FS.



2014.



Creatinine



PAP



FS.



http://www.diasys-indonesia.com/creatinine-pap-fs/138.html . Diakses pada 13 Juni 2020. Myers G. Markers of renal function and cardiovascular disease risk. Cardiovascular. 2012: 43-50. Rachman, Yuanita, (2018) Perbedaan Kadar Kreatinin Sampel Serum Dan Plasma k3edta Metode Jaffe Reaction Tanpa Deproteinase. Diploma thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang. Toussaint N. Screening for early chronic kidney disease. The CARI guidelines. Australia: Saunder; 2012. p.30-55. Verdiansah.et al., 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal Vol 43, no 2. Bandung: RS Hasan Sadikin Winarni, K. 2010. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah Metode Jaffe Reaction Cara Deproteinasi dan Non Deproteinasi [skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang.