LP HALUSINASI Dan SPTK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS LAPORAN PENDAHULUAN “HALUSINASI”



Oleh: Dzewi Wijayanti 2123030



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA ALIH JALUR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN 2021



1. Pengertian Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan eksternal tidak dapat diidentifikasi (Satrio. dkk, 2015). Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.



Halusinasi



yang



paling



sering



adalah



halusinasi



pendengaran (auditory hearingvoices or sounds) penglihatan (visual seeing persons or things), penciuman (olfactory smeling odors), pengecapan (gustatory experiencing tastes) (Yosep, 2013).



2. Jenis Halusinasi Jenis halusinasi menurut Stuart 2009 dalam Satrio. dkk (2015) adalah sebagai berikut: a. Halusinasi pendengaran Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai pada pasien skizofrenia.Pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala dapat dikarakteristik mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara, rentang suara dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara tersebut membicarakan tentang pasien, sampai percakapan yang komplit antara dua orang atau lebih seperti orang yang berhalusinasi. Suara yang didengar dapat berupa perintah yang memberitahu pasien



untuk



melakukan



sesuatu,



kadang-kadang



membahayakan atau mencederai(Satrio. dkk,2015).



dapat



b. Halusinasi penciuman Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau bau tertentu seperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidaksedap. c. Halusinasi penglihatan Pada klien yang mengalami halusinasi penglihatan , isi dari halusinasi berupa melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama seklai, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan. d. Halusinasi pengecapan Pada halusinasi pengecapan , isi halusinasi berupa klien mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit, dapat berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine danfeces. e. Halusinasi perabaan Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap di kulit. f. Halusinasi Chenesthetik Halusinasi chenesthetik klien akan merasa fungsi tubuh seperti darah berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna makanan atau bentuk urin. (Satrio. dkk, 2015). g. Halusinasi Kinesteteik Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergerak (Satrio. dkk, 2015).



3. Fase Halusinasi Menurut Satrio. dkk (2015). Fase halusinasi terdiri dari empat fase, yaitu: a. Comforting (Halusinasi menyenangkan, cemasringan) Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk menghilangkankecemasan. Perilaku yang dapat diobservasi: 1. Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat 2. Menggerakkan bibir tanpa membuat suara pengerakan mata yang cepat 3. Respon verbal yang lambat seperti asyik 4. Diam dan tampak asyik b. Comdemning (halusinasi menjijikan, cemassedang) Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin berusaha menjauhkan diri serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi: 1.



Ditandai



dengan



peningkatan



kerja



system



saraf



autonomic yang menunjukan kecemasan misalnya terdapat



peningkatan



nadi,



pernafasan



dan



tekanandarah 2.



Rentang perhatian menjadisempit



3.



Asyik



dengan



pengalaman



sendori



dan



mungkin



kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realitas.



c. Controlling (pengalam sensori berkuasa, cemasberat) Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/ memikat. Perilaku yang dapat diobservasi: 1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien tetapi mungkin akandiikuti/dituruti 2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan oranglain 3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit 4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringan , tremor, tidak mampu mengikuti peritah d. Conquering (melebur dalam pengaruh halusinasi,panic) Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari bila tidak ada intervensi terapeutik. Perilaku yang dapat diobservasi: 1. Perilaku klien tampak seperti dihantui teror danpanic 2. Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh oranglain 3. Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia 4. Klien tidak dapat berespon pada arahankompleks 5. Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang (Satrio. dkk, 2015).



4. Proses Terjadinya Masalah a. Faktor Presdisposisi 1) FaktorBiologis Faktor biologis yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia yaitu : a) Genetik Secara genetik ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan



6



yang



mempredisposisikan



individu



mengalami



skizofrenia. Kromosom yang berperan dalam menurunkan skizofrenia adalah kromosom 6. Sedangkan kromosom lain yang juga berpean adalah kromosom 4,8,15,dan 22, Craddock et al (2006 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio. dkk, 2015). b) Neuroanatomi Penelitian menunjukkan kelainan anatomi, fungsional dan



neurokimia



di



otak



klien



skizofrenia



hidup



dan



postmortem, penelitian menunjukkan bahwa kortek prefrontal dan sistem limbik tidak sepenuhnya berkembang pada di otak klien



dengan



skizofrenia.



Penurunan



volume



otak



mencerminkan penurunan baik materi putih dan materi abuabu pada neuron akson (Kuroki et al, 2006; Higgins, 2007 dalam Stuart, 2009). c)



Neurokimia Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotetsi disregulasi pada skizofrenia, gangguan terus menerus dalam satu atau lebih neurotransmiter atau neuromodulator



mekanisme



pengaturan



homeostatic



menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu. Teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif terhadap dopamine, sedangkan area prefrontal mengalami



hipoaktif sehingga terjadi ketidakseimbangan antara sistem neurotransmiter dopamine dan serotonin serta yang lain (Stuart,



2009).



neurotransmitter



Pernyataan mempunyai



ini



memberi



peranan



arti



yang



bahwa penting



menyebabkan terjadinya skizofrenia.



5.



Tanda gejala halusinasi



a. Pendengaran a. Melirik mata kekanan/kekiri untuk mencari sumbersuara b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang berbicara/benda matididekatnya c. Terlibat pembicaraan dengan benda mati atau orang yang tidak nampak d. Menggerakan mulut seperti mengomel (Satrio. dkk, 2015). b. Penglihatan a. Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain , benda mati atau stimulus yang tak terlihat b. Tiba lari keruanglain c. Pengecapan a. Meludahkan makanan atauminuman b. Menolak makanan atau minumobat c. Tiba-tiba meninggalkan mejamakan. d. Penghirup a. Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tidakenak b. Menghirup bau tubuh c. Menghirup bau udara ketika berjalan kearah oranglain d. Berespon terhadap bau dengan panik (Satrio. dkk,2015). e.



Peraba a.



Menampar diri sendiri seakan-akan sedang memadamkan api



b.



Melompat-lompat dilantai seperti menghindari sesuatu yang



menyakitkan 6. AKIBAT YANG DITIMBULKAN



Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.  7.



PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : 1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik 2. Melaksanakan program terapi dokter 3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada 4. Memberi aktivitas pada klien 5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan     



Farmako: 1.      Anti psikotik: a.      Chlorpromazine (Promactile, Largactile) b.      Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer) c.      Stelazine d.      Clozapine (Clozaril) e.       Risperidone (Risperdal) 2.      Anti parkinson: a.       Trihexyphenidile b.      Arthan



8.



POHON MASALAH



    



9. Data Yang Perlu Dikaji Pada Masalah Keperawatan halusinasi Tanda dan gejala halusinasi secara umum. a. Data subyektif Pasien Mengatakan: 1. Mendengar suara-suara ataukegaduhan 2. Mendengar suara yang mengajakbercakap-cakap 3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yangberbahaya 4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster 5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadangkadang bau itu menyenangkan 6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses 7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya



b. Data obyektif 1. Bicara atau tertawa sendiri 2. Marah-marah tanpa sebab 3. Mengarahkan telinga ke arah tertentu 4. Menutuptelinga 5. Menunjuk-nunjuk ke arahtertentu 6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas 7. Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan tertentu 8. Menutup hidung 9. Sering meludah 10. Muntah 11. Mengaruk-garuk permukaan kulit 10. Diagnosis Keperawatan Menurut Yosep (2013) diagnosis keperawatan isolasi adalah a.



Resiko perilaku kekerasan



b.



Gangguan sensori persepsi :Halusinasi



c.



Isolasisosial



d.



Harga diri rendah



11. Tindakan Keperawatan Menurut Yosep (2013) tindakan keperawatan halusinasi adalah : Tindakankeperawatan 1) Membantu klien mengenal halusinasi Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi



(apa



yang



didengar/dilihat)



waktu



terjadi



halusinasi, frekuensi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.



2) Melatih pasien mengontrol halusinasi Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi perawat



dapat mendiskusikan empat cara



mengontrol



halusinasi pada klien. Yaitu: a) Menghardik halusinasi Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalika diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yangmuncul. b) Melatih bercakap-cakap dengan orang lain c) Melatih klien beraktivitas secara terjadwal d) Melatih pasien menggunakan obat secara teratur



SPTK TUK 1 Klien Dapat Membina Hubungan Saling Percaya Bina hubungan saling percaya



1.



Salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic yang akan dibicarakan, waktu bicara dan tujuan bicara) 2.



Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.



3.



Dengarkan ungkapan klien dengan empati.



TUK 2 Klien Dapat Mengenal Halusinasinya 1.



Lakukan kontak sering dan singkat (agar klien tidak selalu sering kontak dengan halulsinasinya).



2.



Observasi klien terkait dengan halusinasinya, berbicara, tertawa tanpa adanya stimulus memandang ke kiri/ke kanan/depan seolah-olah ada teman sedang berbicara.



3.



Bantu klien untuk mengenali halusinasinya. 



Saat klien halusinasinya adakah suara yang didengar, adakah yang dilihat, bila ada apa yang didengar, apa yang dilihat dan lain-lain.







Katakan pada klien bahwa klien melihat atau mendengar, namun perawat tidak melihat atau mendengar dengan nada bersahabat tanpa menuduh (menghakimi).







Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.







Katakan bahwa perawat akan membantu klien.  Diskusikan dengan klien



4. 



Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.







Waktu frekuensi dari halusinasi (pagi, siang, sore, malam, saat mandi, makan, tidur, jengkel atau sedih, stress, menyendiri).



TUK 3 Klien Dapat Mengontrol Halusinasinya. 1.



Identifikasi bersama klien tindakan apa yang bisa dilakukan bila sedang berhalusinasi.



2.



Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya.



3.



Diskusikan cara memutus halusinasi (mengusir, beraktivitas atau berinteraksi dengan orang lain, mendekatkan diri pada pencipta, minum obat teratur).



4.



 Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutus halusinasi.



5.



Beri pujian atas upaya klien menjawab.



6.



Dorong klien untuk memilih tindakan yang akan dilakukan.



7.



Dorong klien mengikuti TAK.



8.



Beri pujian bila mampu melakukan.



TUK 4 Klien Dapat Memanfaaatkan Obat Dengan Baik. 1.



Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat obat.



2.



 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat, merasakan manfaatnya.



3.



 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan.



4.



Diskusikan akibat obat tanpa konsultasi (minum obat bebas).



5.



Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara dan waktu).



6.



Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat obat.



TUK 5  Klien Dapat Dukungan Keluarga Dalam Mengontrol Halusinasinya. 1.



Bina hubungan saling percaya terus dengan keluarga.



2.



Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi/tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.



3.



Berikan pujian terhadap tindakan yang positif.



4.



Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan gejala serta perawatan di rumah.



5.



Anjurkan keluarga cara mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah.