Makalah Fitokimia Kumarin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FITOKIMIA KUMARIN



Disusun Oleh : Dea Rifki Mahita 18334738 Fathur Rahman 18334782 Dosen Pengampu : Ika Maruya Kusuma S.Si, MSi



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL 2020



DAFTAR ISI



COVER DAFTAR ISI………………..…………..…………….....……………………2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Pengertian Kumarin...............................................................................4 C. Karakteristik Senyawa Kumarin............................................................4 D. Penggolongan Senyawa Kumarin..........................................................7 E. Biosintesis Senyawa Kumarin................................................................9 F. Ektraksi dan Isolasi Senyawa Kumarin ...............................................11



DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….15



2



BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Senyawa organik bahan alam dapat berupa metabolit primer dan metabolit sekunder. Ahli kimia organik berpendapat bahwa metabolit sekunder adalah bahanalam yang terpenting dan berperan pada kelangsungan hidup. Sejak permulaan abad ini, para peneliti kimia semakin tertarik dengan senyawa organik bahan alam untuk diisolasi dan digunakan sebagai bahanuntuk keperluan makhluk hidup. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis sehingga memiliki banyak jenis keanekaragaman hayati yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan, salah satunya dalam bidang pengobatantradisional, secara farmakologi berasal dari kandungan metabolit sekundernya seperti terpenoid, flavonoid, alkaloid, kumarin, antosianin, fenolik dan lain sebagainya. Kumarin merupakan senyawa atsiri yang terbentuk terutama dari turunan glukosa non atsiri saat penuaan atau pelukaan. Hal ini penting terutama ada tumbuhan alfalfa dan semanggi manis di mana kumarin menyebabkan timbulnya aroma yang khas sesaat setelah kedua tumbuhan itu dibabat. Para peneliti telah mengembangkan aglur semanggi tertentu yang mengandung sedikit kumarin dan strain lainnya yang mengandung kumarin dalam bentuk terikat. Semua galur itu secara ekonomi sangat penting karena kumarin bebasdapat berubah menjadi produk yang beracun, dikumarol, jika semanggi rusak selama penyimpanan. Dikumarola dalah senyawa anti penggumpalan yang menyebabkan penyakit semanggi manis (penyakit perdarahan) pada hewan ruminansia (pemamah biak seperti sapi) yang memakan tumbuhan yang mengandung dikumarol.



3



BAB II PEMBAHASAN B Pengertian Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia “Coumarou” yang berarti pohon tonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang diketahui mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin dikenal dengan rumus C9H6O2. Senyawa yang mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah kelompok yang penting dari heterosiklis dan banyak contoh yang ditemukan di alam. Kumarin sendiri pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang tonka. Kumarin dan turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput banteng dan woodruff. Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal dari baunya. Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan bau yang khas. Untuk pembuktian secara kualitatif dilakukan uji berdasarkan pada sifat fluoresensinya dengan sinar ultraviolet. Larutan kumarin dalam alkali yang baru dibuat atau disimpan pada tempat yang gelap tidak menunjukkan adanya fluoresensi. Namun bila larutan tersebut diradiasi dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuning-hijau dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan membiarkannya dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam proses tersebut terjadi fototransformasi dari bentuk asam cis-hidroksinamat (III) yang tidak berfluoresensi ke bentuk asam trans-hidroksinamat (IV) yang berfluoresensi (Erniwati, 2005). C Karakteristik Senyawa Kumarin 1. KLASIFIKASI DAN STRUKTUR KIMIA Kumarin umumnya tersubstitusi oleh sebuah gugus hidroksi pada posisi 7. Umbelliferon yang merupakan 7-hidroksi kumarin adalah prekursor dari 6,7-di- dan 6,7,8-trihidroksi kumarin. Pada kumarin sederhana gugus hidroksi mengalami metilasi, atau membentuk rantai glikosida. Terutama adalah skimmin ( Umbeliferon-7-O-glukosa ), aesculin dan chicoriin ( Aesculetin-6 dan 7-0-glukosa).



4



Gambar struktur kumarin



 



R1=R3=H,R2=OH; Umbeliferon R1=R3=H,R2=OCH3; Herniari



R1=R2=OH,R3=H; Aesculetin R1=OCH3,R2=OH,R3=H; Scopoletin R1=OCH3,R2=R3=OH; Fraxetin



Salah satu ciri sruktural utama kumarin adalah reaksi prenilasi. Prenilasi dalam cincin terjadi pada posisi 6- atau 8- dari umbeliferon atau Herniarin ( aurapten, suberosin, osthol ) yang umumnya dalam bentuk 0-prenilasi. Pada beberapa kasus terdapat lima karbon residu pada atom C-3. reaktivitas yang tinggi pada rantai isopren ( C5,C10, atau kurang dari C15 ) menjelaskan mengapa begitu banyak bentuk turunan kumarin ( epoksida, mono dan dihidrosilasi, siklik e.x swietenol, peucedanin ). Prenilasi juga terjadi pada kumarin polisiklik, furano dan pyrano kumarin, kumarin linear ( e.x psoralens, imperatorin, xanthyletin, chalepensin ), dan angular kumarin ( e.x Angelicin, visnadin ). Dalam beberapa kasus terdapat bentuk lingkaran benzodioxan ( e.x obtusin ). 2. Sifat fisis dan kimia Sifat fisis dari senyawa kumarin sebagai berikut: a)      Kristal berbentuk jarum dan tidak berwarna b)      Titik leleh 670 – 690 C



5



c)      Titik didih 2970 – 2990 C d)     Mulai menyublim pada suhu 1000 C e)      Larut 0,25 g/100 ml pada suhu 250 C f)       Larut 47,00 g/100 ml etanol 70% pada suhu 400 C g)      Kristal berbentuk orthorombik atau rectangular 3. Sifat kimia dari  senyawa kumarin diantaranya: a)      Sifat kelarutan kumarin sangat bervariasi, ada yang larut dalam pelarut polar, ada yang sedikit larut dalam pelarut polar dan ada pula yang larut dalam pelarut non polar b)      Peleburan kumarin dengan NaOH menghasilkan asam asetat dan salisilat c)      Nitrasi membentuk 6-nitrokumarin dan 8-nitrokumarin d)     Sulfonasi di bawah penangas air memberikan kumarin 6-asam sulfonat dan pada suhu 1500 C memberikan 3,6-asam disulfonat e)      Halogenasi dalam kloroform pada suhu ruang dengan bromida menghasilkan kumarin 3,4-dibromida atau 3,6-dibromokumarin f)       Reduksi dengan almalgam natrium menghasilkan asam metilotat g)      Kumarin sulit dioksidasi dan stabil dalam asam kumarin h)      Cahaya radiasi atau radiasi ultraviolet mengubah kumarin menjadi suatu dimer (titk lelehnya 2630 C) 4. Kereaktifan Senyawa Kumarin Kumarin dan turunannya adalah senyawa yang sangat reaktif. Keberadaan gugus metil di posisi C-4 atau C-6 membuat inti kumarin lebih reaktif, dan dapat mengakibatkan inti kumarin menjalani reaksi halogenasi serta kondensasi dengan aldehida. Karbon-6 pada cincin aromatik dapat mengalami serangan elektrofilik, misalnya sulfonasi atau reaksi asilasi Friedel-Craft. Sebuah substituen metil pada inti kumarin bereaksi secara berbeda, tergantung pada posisi serangan. Sebagai contoh, sebuah gugus metil yang terikat pada C-6 atau C-4 lebih reaktif dari gugus metil di posisi C-3 atau C-5 (Rashamuse, 2008). Perubahan terhadap struktur dasar kumarin diketahui dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas biologinya. Sebagai contoh, kumarin dengan gugus hidroksi



6



dapat digunakan sebagai antiimflamantory. Sintesis kumarin dengan menambahkan berbagai gugus pharmacophoric pada posisi C-3, C-4 dan C-7 secara intensif aktif sebagai anti-mikroba, anti-HIV, anti-kanker, anti-oksidan, dan anti-koagulan. Kumarin-3-sulfonamides dan carboxamides telah dilaporkan memiliki efek toksisitas terhadap sel kanker pada mamalia. Substitusi pada posisi C-4 dengan gugus



aryloxymethyl,



arylaminomethyl,



dan



dichloroacetamidomethyl,



menunjukkan potensi sebagai anti-mikroba dan anti-inflammantory (Dighe et al, 2010). Maka penelitian mengenai sintesis senyawa turunan kumarin menjadi sangat penting untuk dikembangkan lebih lanjut pada dunia medisinal.



D .Penggolongan Kumarin Kumarin merupakan metabolit turunan sikimat yang terbentuk ketika fenil alanin dideaminasi dan dihiroksilasi menjadi asam trans-hidroksisinamat. Ikatan rangkap asam ini segera dikonversi menjadi bentuk cis melalui isomerisasi yang dikatalisasi oleh cahaya, menghasilkan pembentukan senyawa yang mempunyai gugus fenol dan asam yang berdekatan. Gugus - gugus ini kemudian bereaksi secara intramolekuler untuk membentuk lakton dan intikumarin basa, dicirikan oleh senyawa kumarin itu sendiri, berperan dalam memberikan aroma jerami yang segar. Kebanyakan senyawa kumarin dioksigenasi pada posisi C, yang dihasilkan dari hidroksilasi para asam sinamat untuk membentuk asam kumarat, namun sebelumnya mengalami hidroksilasiorto, isomerisasi dan pembentukan lakton. Penyebaran kumarin terbatas didunia tanaman dan pernah digunakanuntuk menggolongkan tanaman menurut keberadaan senyawa ini (kemotaksonomi). Kumarin umumnya ditemukan pada family Apiaceae, Rutaceae, Asperaceae, dan Fabaceae. Beberapa kumarin merupakan senyawa fitoaleksin dan disintesis secara de novo oleh tanaman setelah diinfeksi oleh bakteri atau fungi. Sebagian besar senyawa fitoaleksin bersifat antimikroba. Sebagai contoh, kentang (Solanumtuberosum) mensintesis skopolatin jika diinfeksi fungi. Sudah sejak lama diketahui bahwa hewan yang diberi makan semanggi manis ( Melilotus officinale Fabaceae) akan mati akibat hemoragi. Senyawa beracun yang menyebabkan efek samping ini adalah bishidroksikumarin (drimer kumarin terhidroksilasi) dikumarol.



7



Senyawa psoralen adalah kumarin yang memiliki cincin furan dan kadangkadang disebut  furokumarin atau furanokumarin karena adanya cincin ini. Contoh senyawa ini antara lain psoralen, bergapten, xantotoksindan isopimpinelin. Karena memiliki banyak gugus kromofor, senyawa ini mudah mengabsorb cahaya dan berfluoresensi biru/kuning dibawah cahaya ultraviolet dengan panjang gelombang 320380 nm. Senyawa ini mungkin diproduksi oleh tanaman sebagai mekanisme perlindungan terhadap dosis tinggi cahaya matahari. Beberapa kumarin dibuat menjadi sediaan tabir surya dan kosmetik untuk tujuan ini. Senyawa psoralen adalah senyawa khas family jeruk (Rutaceae) dan seledri (Apiaceae). Beberapa tanaman golongan ini dikenal sebagai “semak pembakar” karena kandungan psoralennya diketahui menyebabkan



fototoksisitas.



Mekanisme



fototoksisitas



ini



belum



sepenuhnya



dimengerti, tetapi diketahui bahwa senyawa psoralen bersifat karsinogenik dan mutagenik akibat terbentuknya aduksi dengan basa pirimidin DNA, seperti timin, melalui sikloadisi. Reaksi ini dapat terjadi dengan satu (monoaduksi) atau dua(diaduksi) basa piriidin dan mengakibatkan tautan-silang DNA. Sediaan yang menggunakan tanaman Apiaceae dan Rutaceae yang mengandung seyawa psoralen telah lama digunakan unuk meningkatkan pigmentasi kulit pada penyakit vitiligo, suatu penyakit yang umum di derita diTimur Tengah dan terjadi akibat bagian kulit yang kekurangan pigmenmelanin. Xantotoksin murni digunakan untuk mengobati vitiligo yang parahdan psoriasis serta diberikan secara oral dalam kombinasi denagn UV-A. Hasil pengobatan ini timbul pewarnaan dan pigmentasi pada daerah kulit yang tidak  berpigmen serta perbikan kulit psroriasis dengan cara mengurangi proliferasisel. Pengobatan ini bukannya tanpa resiko dan memerlukan peraturan yang sekasama untuk mencegah kanker kulit atau pembekakan katarak. Terapi ini disebut PUVA (psoralen + UV-A) atau terapi fotodinamik yakni suatu obat diaktivasi dengan bantuan sinar UV. Kumarin Merupakan kelompok senyawa fenol yang umumnya berasaldari tumbuhan tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini mempunyai kerangka C6-C3. Senyawa kumarin dibagi empat kelompok : a) Kumarin sederhana dan turunannya yang berupa hasil hidroksida sialkoksida, glikosida. Contohnya : suberosin.



8



b) Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada posisi benzoid. Contohnya : angelicin. c) Pyranokumarin analog dengan furano kumarin tapi memiliki cincin enzim pada subtituennya. Contohnya : xantyletin. d) Kumarin yang tersubtitusi pada cincin purin. Seperti 4-hidroksi kumarin.



E BIOSINTESIS 1. KUMARIN SEDERHANA Seperti fenilpropanoid, kumarin merupakan metabolisme dari penilalanin melalui asam sinamat, dan p-asam kumarat. Spesifikasi proses terletak pada 2hidroksilasi ( yaitu pada posisi orto yang nerhubungan dengan 3-rantai karbon ), dan pada Isomerisasi ikatan rangkap oleh fotokatalisator ( E→Z ) yang diikuti dengan laktonisasi spontan. Pada kasus tertentu terjadi glukosilasi asam sinamat, sebagai penghalang laktonisasi. Pada kasus lain, kumarin dapat diperoleh melalui jaringan yang dilukai dan hidrolisis enzim. Formasi dari di dan trihidroksi kumarin melalui hidroksi dari umbeliferon lebih banyak daripada laktonisasi asam sinamat.



9



2. FORMASI FURANO DAN PIRANOKUMARIN Penelitian secara sistematik menunjukkan bahwa prenilasi cincin benzene oleh dimetilalil pirofosfat (DMAPP) pada posisi 6 atau 8 dari 7-hidroksi kumarin adalah karakterisasi dari molekul ini. Hasil



prenilasi adri C-6 disebut purano dan



piranokumarin linear adn pada C-8 disebut sebagai homolog angular. Siklisasi pada 6 atau 8 isoprenilkumarin mungkin disebabkan oleh reaksi nukleofil pada gugus hidroksi di posisi 7 dalam bentuk epoksida oleh oksidasi ikatan rangkap pada residu isopentenil. Hasil adri reaksi ini tergantung pada orientasi



serangan



nukleofilik



biasanya



pada



hidroksiisopropil-



dihidrofuranokumarin atau dalam kasus lain pada karbon tersier



yaitu pada



hidroksidimetildihidropiranokumarin. Ini terjadi pada salah satu spesies Apiaceae yaitu (+)-(R)-lomatin dan (+)-(S)-columbianin yang mendukung hipotesis ini. Gambar biosintesis furanokumarin



Tujuan mekanisme formasi furanokumarin meliputi dua langkah berturut-turut yaitu oksidasi stereospesifik C-4’ dan eliminasi dari residu hidroksiisopropil C-5’ oleh kondensasi retroaldol. Substitusi furanokumarin pada C-5 dan C-8 terjadi setelah dikatalisasi oleh oksidasi dan 0-metiltransferase.



10



F. Extraksi Kumarin (Kumarin dalam bentuk bebas larut dalam alkohol dan pelarut organik seperti eter dan pelarut terklorinasi, sehingga dengan pelarut inilah kumarin dapat diekstrak. Bentuk glikosidanya larut dalam air. Untuk proses pemurnian dapat dilakukan dengan spesifikasi pada lakton yaitu pembukaan cincin alkton pada kondisi alkalis dan penutupan lakton adalm medium asam. Pada beberapa kasus dapat juga dilakukan proses sublimasi. Namun demikaian aplikasi dari dua prosedur diatas terbatas karena resiko terjadi perubahan srtuktur asli. Resiko pembentukan artefak juga terjadi pada teknik kromatografi dengan fasa diam silika gel, terutama untuk kumarin terasilasi ;dan fraksinasi dengan gel akan menyebabkan senyawa berubah dari bentuk bebas menjadi bentuk glikosida. Biasanya digunakn HPLC semipreparatif ( pada fasa normal dan fasa bebas ). Kumarin mempunyai karakteristik spektrum UV yang dipengaruhi oleh sifat alami dan posisi substituen dan juga oleh proses alkalinisasi (KOH, NaOCH 3). Ketika dilihat dibawah cahaya UV, noda TLC dari obat  yang mengandung kumarin akan bewarna  yang akan diperjelas dengan penambahn Amonia pada range warna biru sampai kuning dan ungu. Untuk perkiraan kuantitatif dari senyawa ini  dalam obat, adapt dilakukan dengan teknik spektrofluorometri (setelah elusi noda TLC) atau dengan HPLC.



G Ekstraksi dan Isolasi 1. Ekstraksi a) Pengertian Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian adalah proses penyarian atau menarik komponen yang berada dalam campuran (simplisia) secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Komponen yang terdapat Komponen yang terdapat dalam simplisia akan larut berdasarkan koefisien partisi (koefisien distribusi) komponen tersebut dalam pelarut yang digunakan. Faktor yang Mempengaruhi kecepatan penyarian atau proses ekstraksi adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan – lapisan batas



11



antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat yang ada dalam bahan. Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, bunga dan ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisisa yang lunak mudah ditembus oleh cairan penyari,karena itun pada penyarian tidak perlu di tumbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian. Penyarian disamping memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat zat aktifnya, harus memperhatikan zat- zat yang sering terdapat dalam simplisia se[erti protein, karbohidrat, lemak dan gula. Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatan. b) Metode ekstraksi 1) Maserasi Maserasi adalah proses ekstrksi simplisia menggunkan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. (Depkes RI Dirjen POM, 2000). Maserai merupakan ekstraksi yang paling sederhana. Secara teroritis tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakain banyak perbandingan simplisa terhadap cairan pengekstraksi, akan makin banyak hasil yang di peroleh (Voight, 2005). 2) Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exchaustie extraction) yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembanya bahan, tahap maserasi dan perkolasi sebenarnya (penetesan, penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak. (Depkes RI Dirjen POM, 2000). Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut (perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%) (Voight,1995).



12



3) Refluks Refluks ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendinginan balik. 4) Soxhletasi Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru. Umunya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berlanjut sampai jumlah pelarut relatif konstan adanya pendinginan balik. Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang mengandung kantung ndiletakkan diantar labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul didalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995). 5) Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan berlanjut) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruang, secara umum dilakukan pada temperatur 40°C-50°C 6) Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih, temperatur terukur 96°C – 98°C selama waktu tertentu (15-20 menit). Infus pada umumnya digunakan untuk menarik atau mengektraksi zat aktif yang larut dalam air dari bahan nabati. Hasil dari ekstrak ini akan menghasilkan zat aktif yang tidak



13



stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Sehingga ekstrak yang di peroleh dangan infus tidak boleh disimpan lebih 24 jam.



7) Detok Detok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air. 8) Destilasi uap Destilasi uap adalah ekstraksi kandungan senyawa mudah menguap dari bahan segar atau simplisa dengan uap air. Cara ini didasarkan pada peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara berlanjut sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. 2. Isolasi Pemurnian adalah suatu proses pemisahan sejumlah zat dari pencemarnya atau memurnikan suatu campuran larutan untuk mendapatkan zat-zat yang murni Subfraksi yang diperoleh dari fraksinasi dan masih mengandung dua atau lebih komponen dapat dimurnikan dengan berbagai metode pemurnian. Setelah diperoleh satu komponen, maka dapat dilakukan uji kemurnian isolat yang dilakukan dalam beberapa tahap uji. Pemurnian dapat dilakukanj diantaranya dengan metode rekistralisasi, pengendapan, sublimasi, kromatografi lapis tipis preparative, kromatografi kertas preparatif dan metode lainnya.



14



BAB III KESIMPULAN Senyawa yang mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah kelompok yang penting dari heterosiklis dan banyak contoh yang ditemukan di alam. Kumarin sendiri pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang tonka. Kumarin merupakan metabolit turunan sikimat yang terbentuk ketika fenil alanin dideaminasi dan dihiroksilasi menjadi asam trans-hidroksisinamat. Ikatan rangkap asam ini segera dikonversi menjadi bentuk cis melalui isomerisasi yang dikatalisasi oleh cahaya, menghasilkan pembentukan senyawa yang mempunyai gugus fenol dan asam yang berdekatan, Kumarin umumnya tersubstitusi oleh sebuah gugus hidroksi pada posisi 7. Umbelliferon yang merupakan 7-hidroksi kumarin adalah prekursor dari 6,7-di- dan 6,7,8-trihidroksi kumarin. Pada kumarin sederhana gugus hidroksi mengalami metilasi, atau



membentuk



rantai



glikosidaSeperti



fenilpropanoid,



kumarin



merupakan



metabolisme dari penilalanin melalui asam sinamat, dan p-asam kumarat. Spesifikasi proses terletak pada 2-hidroksilasi ( yaitu pada posisi orto yang nerhubungan dengan 3rantai karbon ), dan pada Isomerisasi ikatan rangkap oleh fotokatalisator ( E→Z ) yang diikuti dengan laktonisasi spontan. Pada kasus tertentu terjadi glukosilasi asam sinamat, sebagai penghalang laktonisasi.



15



DAFTAR PUSTAKA Dighe, N. S., Pattan, S. R., Dengale, S. S., Musmade, D. S., Shelar, M., Tambe, V., dan Hole, M. B. 2010. Synthetic and Pharmacological Profiles of Coumarins: A Review. Scholars Research Library Archives of Applied Science Research. 2. 65-71 . Erniwati. 2005. Isolasi Kumarin Dari Daun Kayu Racun (Rhinacantus nasutus). [Tesis]. Prodi Kimia Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Rashamuse, T. J. 2008. Studies Towards The Synthesis of Novel, Coumarin-based HIV-1 Protease Inhibitors. [Thesis]. Department of chemistry Rhodes University. Grahamstown. Heinrich, Michael, dkk, 2005,Farmakognosi dan Fitoterapi, Jakarta :Buku Kedokteran EGC.http://id.wikipedia.org/wiki/Kumarinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I ,Jakarta: Penebar Swadaya. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi,edisi keenam, 71-72 ,ITB, Bandung



16