Host, Agent, Environment Penyakit Jantung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EPIDEMIOLOGI GIZI HOST, AGENT AND ENVIRONMENT Kardiovascular Disease



Oleh : Mohammad Fahmi Rasyidi



101611233009



Mutiara Arsya V.W



101611233039



Yulianti Wulan Sari



101611233050



UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PRODI S1 ILMU GIZI 2018



BAB I PENDAHULUAN



Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang dulunya lebih menekankan ke arah penyakit menular namun sekaran masalah kesehatan lebih ditekankan ke dalam ruang lingkup yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan masyarakat. Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penyakit wabah tersebut. Kemudian tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dan lain-lain. Penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern. Kardiovascular Disease tidak selalu dapat hanya dikaitkan pada satu faktor saja, namun juga berkaitan dengan berbagai macam multipe factor. Sebagaimana yang terdapat dalam teori ekologi yang mana mengkaji berbagai elemen dan faktor lingkungan yang membentuk suatu implikasi tehadap terjadinya suatu penyakit. Teori ekologi ini menghubungkan antara organisme, non organisme dengan berbagai elemen yang tercipta. Dalam epidemiologi penyakit jantung juga tercantum didalamnya yakni segitiga epidemiologi atau triad epidemiology yang memuat berbagai faktor baik itu secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam distribusi penyakit jantung. Terdapat tiga faktor epidemiologi yang terlibat dalam prevalensi penyakit jantung yakin (1) peran penjamu atau host, (2) agent atau penyebab penyakit, (3) keadaan lingkungan yang berdampak pada perkembangan, pertahanan, dan penyebaran penyakit.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



PENGERTIAN PENYAKIT JANTUNG Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. “Penyakit jantung” adalah istilah yang dipakai untuk menyebut gangguan jantung, namun kenyataannya bukan hanya itu. Penyakit ini tidak hanya melibatkan jantung namun juga jaringan pembuluh darah sepanjang 96.540 km dimana jantung memompa darah sebanyak 100.000 denyut dalam sehari. Penyakit jantung adalah sekelompok gangguan yang meliputi jantung dan seluruh sistem pembuluh darah (vaskular) oleh karenanya penyakit ini disebut penyakit mematikan. Penyakit jantung pada orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Salah satu jenis penyakit jantung ialah PJK. Penyakit jantung koroner ini merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburuburu pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.



Gambar 1.1 Penyempitann Pembulu Darah dari Tahun ke Tahun



Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala/riwayat: nyeri di dalam dada/rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke lengan kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan nyeri/tidak nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat. Tabel 1.1 Parameter Diagnosis Penyakit Jantung (American Dietetic Association, 2011)



Riwayat makan 



Kelebihan asupan lemak dan lemak berisiko tinggi (lemak jenuh,trans fat,kolesterol) .







Kelebihan asupan lemak dan atau makanan yang dIbuat dengan menambahkan lemak.







Asupan serat, soy protein, B-glukan, atau plantsterol dan stanol esters tidak mencukupi.







Asupan energi tidak mencukupi (penurunan nafsu makan).



Biokimia 



Pemeriksaan profil lipid meliputi: Kolesterol serum Kolesterol, HDL menurun Kolesterol, LDL meningkat Trigliserida meningkat Prom lipid serum 0







Pemeriksaan enzim jantung: CPK-MB/CPK: isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat LDH/HBDH: meningkat dalam 12-24jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal. AST/SGOT Penunjang: EKG



Antopometri 



IMT Meningkat



Pemeriksaan fisik klinis 



Napas pendek-pendek . Ada asites







Mual







Muntah







Tekanan darah (meningkat)







Frekuensi napas (meningkat)



Riwayat yang dialami pasien dan riwayat penyakit keluarga, usia, genetik:



2.2







Angina







Aritmia







Aterosklerosis







Penyakit kardiovaskular







Perubahan jantung







Hiperlipidemia







Hipertensi







Hipertrigliseridemia



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG Menurut estimasi para ahli badan kesehatan sedunia PBB (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan World Health Statistic 2008, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit jantung koroner dan diperkirakan angka ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart Federation) telah memprediksi bahwa penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia.



Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%). Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen. Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah. Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.



Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). (RISKESDAS. 2013)



2.3 SEGITIGA EPIDEMIOLOGI Dalam aplikasinya, epidemiologi menggunakan prinsip teori ekologi untuk menganalisis hasil interaksi antara berbagai elemen dan faktor lingkungan yang kemudian akan menimbulkan suatu implikasi terhadap terjadinya suatu penyakit. Maksud dari teori ekologi disini adalah memberikan suatu hubungan timbal balik antara organisme satu dengan organisme lainnya. Semua penyakit tidak hanya dapat dihubungkan dengan satu faktor resiko saja, namun juga diperlukan multiple caution atau faktor penyebab ganda. Segitiga epidemiologi atau yang biasa disebut trias epidemiology merupakan suatu landasan dasar dalam ilmu epidemiologi. Dengan keberadaan teori dan metode ini, proses penelitian terhadap suatu penyakit dapat dengan mudah dilakukan. Segitiga epidemiologi ini memuat tiga unsur penting yakni host, agent, dan environment. Keberadaan tiga unsur ini sangat penting dalam rangka mengkaji suatu penyakit.



Environment



Host



Agent



2.3.1



Host Host adalah suatu inang atau induk yang memiliki peran sebagai penjamu dan berkarakteristik sebagai makhluk hidup baik itu manusia maupun hewan serta menjadi tempat persinggahan berbagai jenis penyakit. Penjamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu patogen (mikroorganisme) penyebab penyakit yang mana dapat atau tidak dapat menimbulkan penyakit akibat rangsangan tersebut. Efek lain yang dapat ditimbulkan oleh organisme penyebab penyakit juga ditentukan oleh tingkat imunitas tubuh, susunan genetik, tingkat pajanan, status kesehatan, dan kebugaran individu tersebut. Dalam penyakit jantung yang tergolong dalam kelompok host yakni usia, jenis kelamin, gaya hidup, status gizi, tingkat pendidikan, dan sosial a. Usia Bertambahnya usia akan menyebabkan meningkat pula penderita PJK, karena pembuluh darah mengalami perubahan progresif dan berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Perubahan yang paling dini dimulai pada usia 20 tahun pada pembuluh arteri koroner. Arteri lain mulai bermodifikasi hanya setelah usia 40 tahun, dan meningkat seiring bertambahnya umur (Supriyono, 2008). Menurut penelitian Stangl,dkk disebutkan bahwa sebelum berusia 40 tahun, perbandingan penyakit jantung antara laki-laki dan perempuan adalah 8 : 1, dan setelah usia 70 tahun perbandingannya adalah 1 : 1. Puncak insidens penyakit jantung pada laki-laki adalah usia 50-60 tahun, sedangkan pada perempuan adalah usia 60-70 tahun. Penyakit jantung pada perempuan terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat dari laki-laki dan risiko meningkat setelah menopause (Antman et al, 2010).



b. Jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian oleh American Heart Association (AHA) tahun 2004 disebutkan bahwa 1 dari 3 wanita dewasa menderita PJK. Sejak tahun 1984 jumlah kematian akibat PJK pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki, sekitar tiga juta wanita memiliki riwayat serangan jantung akibat PJK 38% wanita yang menderita serangan jantung akan meninggal lebih awal dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan laki-laki hanya 25%. Meskipun wanita memiliki serangan jantung pada usia yang lebih tua daripada laki-laki, perempuan mungkin meninggal dalam beberapa minggu setelah



menderita PJK. Namun 64% dari wanita yang meninggal mendadak akibat PJK tidak mengalami gejala sebelumnya. Hasil penelitian dari Lewis et al (2007) mengatakan bahwa morbiditas akibat PJK pada laki-laki lebih besar daripada wanita sebelum wanita mengalami menopause, karena wanita mempunyai hormon estrogen yang besifat protektif, namun setelah wanita mengalami menopause insidensi PJK meningkat dan memiliki risiko yang sama dengan laki-laki. Hal ini berkaitan dengan menurunnya kadar estrogen diikuti dengan disfungsi endotel arteri koroner yang ditandai dengan berkurangnya vasodilatasi normal sebagai respon terhadap faktor stress, sehingga insidennya cenderung meningkat (Antman & Braundwald, 2010). c. Gaya hidup Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress menjadi tren masyarakat di era sekarang. Kebiasaan tersebut terbentuk karena terciptanya suatu lingkungan yang mendukung. Kesadaran pribadi masing-masing menjadi faktor penentu terhadap berubah atau tidaknya individu tersebut dalam mengubah pola perilaku dan kebiasaan sehari-hari. d. Status gizi Kejadian prevalensi penyakit jantung memiliki kecenderungan pada seseorang yang memiliki status gizi berlebih. Seseorang yang memiliki status gizi berlebihan akan dapat dengan mudah terdampak berbagai komplikasi berbagai penyakit seperti diabetes, kolesterol, dan hipertensi. Sedangkan untuk status gizi kurang juga tidak menutup kemungkinan juga memiliki resiko yang sama. Faktor stress, kurang aktivitas, dan pola hidup yang salah menjadi faktor utama yang memicu untuk mendukung terjadinya penyakit jantung. e. Tingkat pendidikan Pengetahuan akan berbagai jenis faktor resiko terhadap penyakit jantung sangat diperlukan untuk masyarakat umum guna meminimalisir dampak atau akibat yang disebabkan. Dengan rendahnya tingkat pengetahuan akan secara



tidak langsung berdampak terhadap kemampuan individu dalam berfikir dan bertindak sebagai upaya pencegahan penyakit jantung. f. Sosial Segala permasalahan baik itu terjadi dalam internal maupun eksternal keluarga sangat memiliki pengaruh terhadap resiko terkena penyakit jantung. Stress menjadi pemicu utama dalam intensitas meningkatnya penyakit jantung.



2.3.2



Agent Agent adalah penyebab penyakit yang dapat didefinisikan berbagai macam bentuk dan wujud tergantung penyakit atau masalah



Dalam penyakit jantung yang



tergolong dalam kelompok agent yakni agent kimia endogen, agent biologis, dan agent nutrisi a. Agent biologis -



Fungsi hormon dan biologi Respon fisiologis tubuh perempuan dengan laki-laki dalam menghadapi



berbagai jenis faktor resiko dipengaruhi oleh fungsi hormonal dan biologis. Terutama disini adalah jenis kelamin perempuan memiliki respon berbeda ketika sebelum masa menopause, yang mana terdapat hormon estrogen sebagai pelindung dari adanya ancaman penyakit jantung. Berbeda hal nya pada laki-laki yang cenderung dapat merespon dengan cepat karena ketiadaan hormon tersebut. Sehingga penyakit jantung cenderung banyak pada laki-laki dari pada perempuan, kecuali telah tiba masa menopause. b. Agent kimia endogen -



Kolesterol Kadar kolesterol yang tinggi dapat mengendap didalam pembuluh arteri yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherosklerosis atau plak. Plak ini dapat mempersempit ruang pada pembuluh darah dan akan menghambat aliran darah. Jika plak tersebut pecah maka akan menciptakan suatu gumpalan darah di daerah tersebut.



Aliran darah ke bagian otot jantung akan terganggu dan mengakibatkan timbulnya serangan jantung. -



Diabetes Kondisi dimana adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi ambang batas normal. Rentang normal kadar glukosa dalam darah saat puasa yakni 80-90 ml/dl darah, atau rentang kadar gula saat tidak puasa berkisar 140-160 ml/dl darah. Diabetes jangka panjang memberi dampak yang parah pada sistem kardiovaskular. Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh kecil. Penyebab penebalan tersebut berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat gizi ke jaringan.



-



Hipertensi Hipertensi menimbulkan suatu proses sklerosis pada dinding arteri. Proses Ini akan mempermudah pembentukan bekuan darah dan melemahkan pembuluh darah penderita, sehingga mudah pecah dan terbentuk trombus. Efek yang terjadi pada pembuluh darah jantung secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri sehingga mengalami suatu proses pengerasan pembuluh darah. Hal tersebut juga dibuktikan dalam hasil penelitian Diana, dkk yang menyebutkan bahwa tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri secara perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding pembuluh darah, sehingga menyempitkan lumen yang ada di dalam pembuluh darah yang mana akan membuat aliran darah menjadi terhalang dan menimbulkan gangguan pada jantung.



c. Agent nutrisi Zat gizi atau nutrien seperti glukosa, natrium, lemak jenuh berurutan dapat meningkatkan prevalensi terjadinya penyakit diabetes, hipertensi, dan



kolesterol.



Peningkatan



yang



melebih



batas



normal



akan



meningkatkan faktor resiko terkena penyakit jantung. Kebiasaan konsumsi (tinggi glikemik, tinggi natrium, rendah serat dan tinggi lemak jenuh), dan kebiasaan konsumsi minuman (kopi dan alkohol) masi banyak ditemui di kalangan masyarakat khususnya di kalangan remaja dan dewasa. Yang mana akan berdampak langsung terhadap komplikasi beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol.



2.3.3



Environment Segala sesuatu yang terjadi baik itu diluar maupun didalam kondisi organisme yakni hewan atau manusia yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan memiliki kemungkinan terjadinya penularan suatu penyakit terhadap organisme tersebut. Faktor lingkungan sangat beragam dan disesuaikan dengan kondisi organisme atau individu tersebut yang memiliki resiko terhadap dampak yang diberikan. Dalam penyakit jantung sendiri, faktor lingkungan disini terbagi atas faktor lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. a. Lingkungan sosial -



Kebiasaan merokok orang-orang disekitar Lingkungan disini sangat berperan dalam mempengaruhi seseorang untuk terkena dampak dari orang-orang yang merokok. Baik disini menjadi perokok aktif maupun pasif juga sama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk kesehatan. Suatu individu akan terdorong untuk mengikuti kebiasaan merokok masyarakat sekitar dengan asumsi bahwa merokok adalah suatu pencitraan hingga sampai pada kebutuhan biologis tubuh masingmasing individu tersebut. Dengan begitu tingginya angka kejadian merokok di masyarakat sulit untuk dikurangi mengingat merokok merupakan masalah personal daripada individu.



-



Kebijakan pemerintah Peraturan-peraturan



yang



disusun



oleh



pemerintah



terutamanya yang berkaitan dengan kesehatan juga sangat turut andil terhadap adanya peningkatan prevalensi penyakit jantung.



Misalnya menyetujui



ialah



terkait



kebijakan



operasionalnya



pemerintah



perusahan



cukai



yang di



masih



Indonesia.



Sedangkan pengaruh nya dengan kesehatan berbanding terbalik jika dilihat dari segi ekonomi. Perlunya keterlibatan dari semua pakar baik itu dari pakar ekonomi hingga pakar kesehatan. b. Lingkungan ekonomi Tingkat kesejahteraan masyarakat banyak diukur dari segi ekonomi, oleh karenanya banyak sekali hal-hal terutama dalam kesehatan yang selalu mengedepankan nilai ekonomi sehingga bagi segelintir orang yang tingkat ekonominya rendah kesulitan untuk mengakses fasilitas kesehatan yang baik. c. Lingkungan budaya Pola hidup dan pola makan menjadi beberapa hal yang berbeda ketika kita bicara mengenai budaya. Indonesia sebagai negara yang beraneka macam budaya dan kebiasaan adat. Banyak sekali ditemukan beberapa kebiasaan terutama dalam pemilihan menu makanan yang tidak sesuai dengan kesehatan. Oleh karenanya masi banyak faktor resiko terutama pada penyakit jantung yang disebabkan oleh kesalahan dalam pola makan.



BAB III KESIMPULAN



Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang cukup memiliki tingkat keparahan yang tinggi. Berdasarkan berbagai hasil penelitian banyak disebutkan bahwa adanya peningkatan prevalensi penyakit jantung. Baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri. Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung ini. Faktor penyebab penyakit jantung diantaranya disebabkan oleh kombinasi antara faktor penjamu (host), faktor penyebab (agent), dan faktor lingkungan (environtment). Beberapa faktor tersebut berasal dari dalam maupun luar organisme atau individu. Faktor penjamu (host) disini lebih fokus ke faktor resiko yang berasal dari dalam individu tersebut. Keberadaan ketiga faktor tersebut merupakan suatu landasan utama dalam ilmu epidemiologi. Dalam penyakit jantung yang berperan sebagai penjamu (host) yakni terdiri atas berbagai kategori mulai dari usia, jenis kelamin, gaya hidup, status gizi, tingkat pendidikan, dan sosial. Untuk agent atau faktor penyebab dari penyakit jantung meliputi agent kimia endogen, agent biologis, dan agent nutrisi. Sedangkan untuk faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung ialah lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Manfaat dengan adanya ketiga faktor tersebut atau yang biasa dikenal sebagai trias epidemiology adalah untuk memudahkan dalam mengkaji berbagai jenis faktor resiko baik itu secara langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam terjadinya penyakit jantung.



DAFTAR PUSTAKA



American Dietetic Association. 2011.IDNT Reference Manual, Third Edition. Antman, E.M. & Braundwald, E. 2010. Harrison’s Principles of Internal Medicine (17th ed). New South Wales: McGraw Hill. Budiman. 2015. Hubungan Dislipidemia, Hipertensi, dan Diabetes Mellitus Dengan Kejadian Infark Miokard Akut. Cimahi: STIKES Jenderal Achmad Yani. Davey,P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga. Davidson,C. 2002. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: PT Dian Rakyat. Delima.2009.Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia. Puslitbang biomedis dan Farmasi. Departemen Kesehatan RI. 2008. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004.Jakarta: Badan Litbangkes. Departemen Kesehatan RI. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta:Badan Litbangkes. Oktaviana, Firma. 2008.“ Pola Cedera Kecelakaan”. FKM Universitas Indonesia:Jakarta. Gray,dkk. 2005. Kardiologi:LectureNotes edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlangga. Lewis, J.P., Malcom, G.T., & McMahan, C.A. 2007. Prevalence and extent of atherosclerosis in adolescents and young adults: Implications for prevention from the Pathobioloical Determinants of Atherosclerosis in Youth Study. The Atlas of Heart Disease and Stroke; 30-49. Maulana,M. Penyakit Jantung, Pengertian, Penanganan ,dan Pengobatan.Yogyakarta: Penerbit Kata Hati. Rustika. 2015. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Perempuan. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbang Kesehatan: Kemenkes RI. Sitorus, R.H. 2008. 3 Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Penerbit Yrama Widya, Bandung. Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung edisi kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supriyono, M. 2008. Faktor-faktor yang Berpengaryh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun. Tesis. Universitas Diponegoro: Semarang.



Susilo, Cipto. 2015. “Identifikasi Faktor Usia, Jenis Kelamin, Dengan Luas Infark Miokard Pada Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Ruang ICCU RSD.Dr. Soebandi Jember”. The Indonesian Journal of Health Science, Vol.6, No.1. Staf Pengajar Prodi S1 Ilmu Keperawatan FIKES Univ. Muhammadiyah Jember: Jember.



Tiani,Sulis. 2015. Determinan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Pasien Rawat Jalan Poli Jantung dan Poli Penyakit Dalam RSD. dr Soebandi Jember. Jember: Bagian Epidemiologi dan Biostatistika FKM Universitas Jember.