Proposal Terapi Bermain - Melipat Kertas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI RUANG MELATI RSUD KOTA MADIUN



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Oleh : Profesi Ners Kelompok 1 Ghifari Zhaka W 201906034 Henny Mustika S 201906037 Inaha Rahma P 201906038 Luthfi Annaufal F 201906043 Mega Ayu Setya N 201906045 Melia Dwi A 201906046



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019/2020



TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI RUANG MELATI RSUD KOTA MADIUN



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Oleh : Profesi Ners Kelompok 1 Ghifari Zhaka W 201906034 Henny Mustika S 201906037 Inaha Rahma P 201906038 Luthfi Annaufal F 201906043 Mega Ayu Setya N 201906045 Melia Dwi A 201906046



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019/2020 ii



LEMBAR PENGESAHAN Laporan terapi bermain dengan “Terapi Bermain Melipat Kertas (Origami) Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di Ruang Melati (Anak) RSUD Kota Madiun” oleh mahasiswa praktik Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak ini telah disetujui dan disahkan pada Hari



:



Tanggal



:



Pembimbing Akademik



Pembimbing Klinik



iii



DAFTAR ISI Cover Depan .......................................................................................................................... i Cover Dalam .......................................................................................................................... ii Lembar Pengesahan ............................................................................................................... iii Daftar Isi ................................................................................................................................ iv Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 B. Tujuan Umum, Tujuan Khusus .................................................................................. 3 C. Sasaran ...................................................................................................................... 3 Bab II Deskripsi Kasus A. Karakteristik Sasaran ................................................................................................ 4 B. Prinsip Bermain ........................................................................................................ 6 C. Karakteristik Permainan ........................................................................................... 8 Bab III Metodologi Terapi Bermain A. Deskripsi Bermain .................................................................................................... 9 B. Tujuan Permainan ..................................................................................................... 9 C. Keterampilan Yang Diperlukan ................................................................................ 9 D. Jenis Permainan ........................................................................................................ 10 E. Alat Bermain ............................................................................................................. 10 F. Proses Bermain ......................................................................................................... 10 G. Waktu Pelaksanaan ................................................................................................... 11 H. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai ............................................................................... 11 I. Antisipasi Hambatan ................................................................................................. 11 J. Kepanitian .................................................................................................................. 12 K. Sistem Evaluasi ......................................................................................................... 12 Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 13 Lampiran ............................................................................................................................... 14



iv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan ke rumah.Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit dapat mengalami



pengalaman



yang



tidak



menyenangkan.pada



anak



prsekolah



memunculkan berbagai respon terhadap pengalaman hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi adalah kecemasan (Supartini, 2006). Stressor utama Kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi yaitu perpisahan,



kehilangan



kendali,



cedera



tubuh



dan



nyeri



(Wong



et



al,



2009).Kecemasan menimbulkan respon fisiologis dan respon psikologis (Stuart 2006). Kecemasan yang dialami anak prasekolah selama hospitalisasi jika tidak segera ditangani akan menghambat proses kesembuhan anak. Proses kesembuhan terhambat karena anak yang mengalami kecemasan akan menolak perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani (tidak kooperatif). Anak yang mengalami kecemasan selama hospitalisasi akan berusaha untuk menolak makan, minum, dan sulit tidur, sehingga akan membuat kondisi anak menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus menerus dapat mengakibatkan tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan kerusakan pada seluruh tubuh termasuk menurunkan kemampuan sistem imun (Putra, 2011). Peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi sangat diperlukan agar anak berperilaku lebih kooperatif, mudah beradaptasi dan tidak terjadi penurunan sistem imun lain. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan pada anak prasekolah berupa terapi bermain.Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak prasekolah (Wong, 2009). Tugas perkembangan yang paling menonjol pada anak prasekolah yaitu perkembangan motorik halus. Menurut Kobayashi(2008), terapi bermain yang sesuai dengan tugas perkembangan anak prasekolah yaitu permainan melipat kertas (origami). Bermain origami adalah kegiatan melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir. 1



Menurut keterangan beberapa orang tua pasien di ruang perawatan anak Kemuning RSUD Kota Madiun anak menunjukkan tanda dan gejala kecemasan seperti sering menangis, sulit tidur, tidak mau ditinggal orang tua, sering bangun tengah malam, nafsu makan menurun dan takut jika didekati petugas. RSUD Kota Madiun telah melakukan upaya mengurangi stressor selama hospitalisasi seperti memodifikasi ruang Kemuning dengan mewarnai tembok ruangan dengan bermacam-macam warna dan gambar, dan juga membolehkan anak ditemani oleh satu orang anggota keluarganya, namun ruangan perawatan anak ini tidak memiliki ruang bermain sebagai tempat bermain anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sa’diah (2014), pemberian terapi bermain origami pada pasien anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, sekaligus merangsang kreativitas anak. Terapi bermain origami memberikan kesempatan pada anak untuk membuat berbagai bentuk dari hasil melipat kertas dan pada usia ini, anak akan merasa bangga dengan sesuatu yang telah dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori tahap perkembangan psikososial anak prasekolah yang mengemukakan bahwa anak prasekolah mulai mengembangkan keinginannya dengan cara mengeksplorasi lingkungan sekitar. Anak juga akan merasa puas dan bangga dengan kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bangga membantu anak meningkatkan peran dirinya selama menjalani proses hospitalisasi sehingga perasaan hilang kendali karena pembatasan aktivitas pada anak dapat diatasi/dihilangkan. Jika stressor kecemasan berupa kehilangan kendali dapat diatasi maka tingkat kecemasan pada anak dapat menurun. Terapi bermain origami yang diberikan pada anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit akan memberikan perasaan senang dan nyaman. Menurut Aguilera-Perez & Whetsell dalam Sa’diah (2014) menyatakan bahwa anak yang merasa nyaman saat menjalani rawat inap akan membuat anak dapat beradaptasi terhadap stressor kecemasan selama hospitalisasi seperti perpisahan dengan lingkungan rumah, permainan dan teman seper-mainan. Jika stressor kecemasan berupa perpisahan dapat diatasi maka tingkat kecemasan pada anak dapat menurun. Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 1 tertarik melaksanakan terapi bermain dengan media origami pada anak usia prasekolah di Ruang Melati RSUD Kota Madiun.



2



B. Tujuan 1. Tujuan Umum a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit b. Mengurangi atau menghilangkan stressor atau kecemasan selama hospitalisasi c. Mengembangkan kemampuan dan kreativitas anak d. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan ide-ide anak 2. Tujuan Instruksional Khusus a. Mengembangkan kreatifitas b. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul c. Mengembangkan daya imajinasi d. Menumbuhkan sportivitas e. Mengembangkan kepercayaan diri



C. Sasaran Sasaran



: Anak usia prasekolah (4-6 tahun)



Lokasi Kegiatan : Ruang Melati RSUD Kota Madiun



3



BAB II DESKRIPSI KASUS



A. Karakteristik Sasaran Masa anak prasekolah (anak usia 4-6 tahun). Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain..



Karakteristik perkembangan anak prasekolah (usia 4-6 tahun) diantaranya 1. Perkembangan fisik Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan pertahunya rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 meter setiap tahunya (Alimul Hidayat, 2005). 2. Perkembangan motorik Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus. Motorik halus adalah pengorganisasian penggunana otot-otot kecil seperti jarijemari dan tangan yang sering menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan 4



tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk menggunakan suatu objek. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh (Nursalam, 2007). Sedangkan menurut Alimul Hidayat (2005), perkembangan motorik kasar pada usia 4-6 tahun adalah dapat menuruni tangga dengan cepat, seimbang pada saat berjalan mundur, melempar dan menangkap bola, melambungkan bola. Sedangkan untuk perkembangan motorik halus anak sudah dapat mengikat sepatu sendiri, menggunting dengan cukup baik, mencuci tangan sendiri, dapat membersihkan area genital setelah buang air besar dan buang air kecil, dapat makan sendiri, membawa air dalam gelas tanpa tumpah, mandi sendiri, memakai baju sendiri, membuka pakaian sendiri. Usia 4-6 tahun anak mulai memegang peralatan makan dengan benar, inilah saatnya belajar makan dengan memberikan sendok dan garpu yang tidak mudah pecah, anak mampu memasukan makanan dalam mulut meskipun masih berantakan. Anak usia 5 tahun mengikuti kebiasaan makan orang lain antara lain percakapan di meja makan, sikap di meja makan dan kemauan untuk mencoba makanan baru, mengambil makanan sendiri dari tempat saji ke tempat makannya, serta membantu menyiapkan dan membersihkan makanan (Muscari, 2005). 3. Perkembangan bahasa anak prasekolah Perkembangan bahasa anak mampu menyebutkan hingga empat gambar, empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang atau aktivitas, meniru berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga terdekat (Alimul Hidayat, 2005). Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat dengan 3-4 kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia 4 tahun mengucapkan 1500 kata, mangatakan cerita yang berlebihan, dan bernyanyi yang sederhana. Rata-rata anak usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui 4 warna atau lebih dan dapat nenamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan (Muscari, 2005).



5



4. Perkembangan adaptasi sosial Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana. Menagis jika dimarahi, membuat permainan sederhana, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (Alimul Hidayat, 2005). Perkembangan pada anak dimulai pada pertumbuhan dan perkembangan fisik, intelektual, maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan secara fisik dapat terjadi dalam pertumbuhan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga pertumbuhan organ tubuh. Pertumbuhan secara intelektual dapat di lihat dari kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca. Sedangkan perkembangan secara emosional dapat di lihat dari perilaku sosial dilingkungan anak (Suryani, 2005). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan (Alimul Hidayat, 2005).



D. Prinsip Bermain Menurut Alimul Hidayat (2005), bermain adalah suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreaktif mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai motorik kasar dan halus yang lebih matang. Anak sudah lebih aktif kreatif dan imajinatif (Supartini, 2004). Anak usia prasekolah merupakan masa inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran seperti peran guru, ibu dan lainlain (Nursalam, 2003).



6



Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan bermain yang baik untuk anak (Adriana, 2013), yaitu : 1. Perhatikan faktor usia anak Sesuaikan mainan aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-gerakan tertentu. Juga sesuaikan dengan kognisinya, yaitu sejauh mana anak mampu memahami permainan tersebut. Jika terlalu sulit, anak jadi malas bermain dan jika terlalu gampang menyebabkan anak cepat bosan, untuk itu pilihlah mainan yang dapat merangsang kreativitas anak. 2. Tidak harus sehat Dalam kegiatan bermain tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat, namun anak yang sakitpun diperbolehkan untuk bermain, kegiatan bermain bisa mempercepat proses kesembuhannya tentunya jenis permainannya disesuaikan dengan kondisi fisik anak. Misalnya pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat, mewarnai, menggambar atau mendengarkan dongeng, memainkan jari-jemari sambil bercerita, main tebak-tebakan dan sebagainya. 3. Lama bermain Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun sebaiknya bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-tugas lainya seperti makan, mandi, dan istirahat tidur. Waktu anak untuk bermain, buatlah komitmen lebih dulu. Misal, boleh main selama 1 jam, setelah itu harus mandi atau makan. Bagi anak yang sakit jika anak membutuhkan banyak istirahat jangan dipaksakan untuk bermain. 4. Pastikan mainannya aman Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Plih yang tidak mudah rusak, pecah ataupun terurai seperti manik-manik karena dikhawatirkan akan masuk mulut atau lubang hidung atau telinga. Jangan ula memberika mainan yang bertali panjang, berukuran kecil dan menggunakan listrik. Selain itu secara umum mainan anak haruslah tidak boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam atau berujung runcing, catnya tidak beracun (nontoxic), tidak mudah mengelupas, menjepit, dan tidak menimbulkan api.



7



5. Dampingi anak Perlu diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan sarana untuk mendekatkan hubungan orang tua dengan anak. Jadi, selalu dampingi anak disaat bermain. Tanpa arahan kita, anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan dari permainan tersebut.. Hal ini juga untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat memacu pertumbuhan harga diri anak dengan memberikan pengarahan pada setiap hasil kegiatan atau penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.



E. Karakteristik Permainan Umunya mainan anak tidak hanya sekedar teman untuk membuat anak anda senang melainkan dirancang untuk pembelajaran anak. Untuk dapat memahami mainan anak yang sesuai dengan usianya. Mainan untuk usia 4-6 tahun. Perkembangan motorik yang dilakukan oleh anak usia 4-6 tahun lebih pesat dibandingkan usia sebelumnya. Pada usia ini anak akan dipersiapkan untuk berpikie dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Kemampuan daya pikir dan daya ingat yang tajam akan membantu dalam menunjukan dan menggemari kegiatannya. Bahkan anak anda sudah dapat belajar menggunakan jemari dan benda sekitarnya. Jenis mainan untuk usia 4-6 tahun. Pada usia ini anak dapat menggunakan jenis mainan seperti monopolu, ular tangga atau lego. Selain itu anak akan belajar untuk angka dan waktu seperti permainan melipat kertas, sempoa, model huruf dan angka. Bahkan dengan teknologi yang semakin berkembang anak dapat bermain dengan permainan komputer atau aplikasi pada gadget asalkan dilakukan pengawasan orang tua. Sedangkan untuk mainan yang menggunakan teknologi memang boleh dikenalkan kepada anak akan tetapi peranan orang tua sangat berpengaruh. Orang tua dapat memilihkan permainan dengan tema kekerasan atau menggunakan senjata tajam. Selain itu anda dapat mendampingi dan mengingatkan durasi bermain sehingga anak tidak megalami kecanduan dan membahayakan kesehatan akibat dari mata yang terlalu lama menatap monitor.



8



BAB III METODOLOGI TERAPI BERMAIN



A. Deskripsi Bermain (Instruksi Bermain) Permainan dimulai setelah anak saling memperkenalkan diri, kemudian salah satu akan mendemontrasikan, dan fasilitator mendapingi diikuti anak diminta mengambil 3 kertas warna betbeda kemudian bantu anak untuk melipat bentuk yang mudah, tambahkan aksen gambar seperti mata, teilnga dan lain lain selanjutnya bantu anak untuk menempelkan doubletap dengan hasil lipatannya, potong benang ±10 cm, gantung hasil lipatan anak di tempat yang dapat dijangkau anak. Memberi reward pada anak atas hasil karyanya dengan bertepuk tangan bersama, memberi reward yang lebih untuk anak yang hasil karyanya paling bagus.



B. Tujuan Permainan Tujuan permainan ini untuk perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus. Motorik halus adalah pengorganisasian penggunana otototot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk menggunakan suatu objek. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh (Nursalam, 2007). Pada masa anak prasekolah dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.



C. Keterampilan Yang Diperlukan Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami adalah sebagai berikut: 1. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat. 2. Lewat



origami



anak



belajar



membuat



mainannya



sendiri,



sehingga



menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan. 9



3. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. 4. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan. 5. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.



D. Jenis Permainan Jenis program bermain ini adalah belajar melipat kertas dengan kertas lipat (origami) yang telah tersedia. Origami, dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang.Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi.Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan (Pamadi, 2009).



E. Alat Bermain Alat yang digunakan : 1. Kertas lipat (origami) 2. Doubletap 3. Benang 4. Gunting 5. Spidol



F. Proses Bermain a. Tempat pelaksanaan Terapi bermaian dilaksanakan di Ruang Melati RSUD Kota Madiun b. Teknik permainan Terapi bermain menggunakan teknik ceramah dan demostrasi, Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan rancangan permainan melipat kertas origami.Setiap anak diberikan 1-3 kertas origami 10



dengan warna yang berbeda, kemudian leader dan co leader memimpin jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak anak untuk membentuk origami yang mudah . Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak ketika mulai bermain, kemudian, observer menilai jalannya permainan.



G. Waktu Pelaksanaan Hari/Tanggal



: Jum’at/ 10 Januari



Waktu



: 09.00 - selesai WIB



H. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai Beberapa hal yang perlu di waspadai : a. Karakteristik Peserta -



Usia 4-6 tahun



-



Jumlah peserta : 1-10 orang anak



-



Keadaan umum mulai membaik



-



Klien dapat duduk



-



Peserta kooperatif



b. Pengunaan alat -



I.



Gunting



Antisipasi Hambatan Orang tua dapat dapat mendampingi dan mengingatkan durasi bermain sehingga anak tidak megalami kelelahan.



11



J.



Kepanitiaan No



Sebagai



1



Leader



2



Co leader



3



Fasiliator



4



Observer



Penanggung Tugas jawab - Lutfhi - Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain - Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan - Mega dimulai. - Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok - Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir. - Ghifari - Memfasilitasi anak yang kurang aktif. - Henny - Berperan sebagai role model bagi anak selama - Melia kegiatan.berlangsung. - Membantu anak bila anak mengalami kesulitan. - Mempersiapkan alat dan tempat bermain. - Inaha - Mengobservasi jalannya / proses kegiatan - Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan berlangsung. - Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik anak.



K. Sistem Evaluasi No 1



Laporan



Evaluasi Struktur



-



-



2



Proses



-



-



3



Hasil



-



-



Presentase kehadiran 100% : peserta yang hadir sebanyak 7 anak atau 100% dari jumlah total 7 anak yang masuk criteria untuk terapi bermain Tempat dan alat tesedia sesuai dengan rencana : tempat sesuai rencana, untuk alat gunting dan benang tidak jadi digunakan dikarenakan langsung ditempel ke dinding dengan doubletap Peran dan tugas sesuia rencana Pelaksanaan sesuai waktu yang direncanakan : pelaksanaan ada perubahan waktu dari yang awalnya jam 09.00 menjadi jam 08.00 Peserta berperan aktif dalam pertemuan : ada beberapa peserta yang aktif saat tahap bermain, ada juga yang pasif namun saat tahap penuutup peserta ikut berperan aktif Anak dapat menyelesaikan satu bentuk lipatan dan kemudian digantung : anak bisa menyelesaikan 3 bentuk lipatan kemudian di tempel Anak dapat aktif dan mengikuti kegiatan Anak merasa senang dan gembira Mengurangi rasa takut anak pada perawat



12



DAFTAR PUSTAKA



Kobayashi K. (2008). Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: Pt. Grasindo. Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Putra St. (2011). Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: Aup. Rahayu Sp. (2016). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di RSI Siti Aisyah Kota Madiun. Madiun : Jurnal Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun



Sa'diah. Et Al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Prasekolah Dengan Hospitalisasi Di Ruang Aster Rsd Dr. Soebandi Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 2 (No. 3) September. Stuart Gw. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Egc. Supartini Y. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: Egc. Wijayanti, D. 2008. Peran Pendidikan Prasekolah Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Humanitas.Vol. 5 No.2. Hal 135-148. Wong, Dl. Et Al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Egc.



13



Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN



Yang bertandatangan dibawah ini: Orang tua Nama : .................................................................................................................................... Usia



: ...................................................................................................................................



Alamat :....................................................................................................................................



Anak Nama : ................................................................................................................................... Usia



: ................................................................................................................................... Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan



kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam terapi bermain yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Profesi Ners STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang mengenai “Terapi Bermain Melipat Kertas (Origami) Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 tahun) di Ruang Melati RSUD Kota Madiun”. Untuk itu saya akan memberikan ijin anak saya untuk mengikuti kegiatan terapi bermain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.



Madiun, …… Januari 2019 Orang tua,



(……………………….)



14



Lampiran 2 SATUAN ACARA PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) Topik



: Belajar melipat kertas (origami)



Sasaran



: Klien berusia prasekolah (4-6 tahun)



Waktu



: 30 menit



Tempat



: Ruang Melati (Rawat Inap Anak)



A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat mengembangkan kreatifitas dan menjadi lebih aktif melaui pengalaman bermain, dan anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman sebayanya. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diajak bermain, anak diharapkan sebagai berikut : a. Mengembangkan kreatifitas b. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul c. Mengembangkan daya imajinasi d. Menumbuhkan sportivitas e. Mengembangkan kepercayaan diri



B. Perencanaan 1. Jenis Program Bermain Belajar melipat kertas dengan kertas lipat (origami) yang telah tersedia. 2. Karakteristik Bermain a. Melatih motorik halus dan kasar b. Melatih kesabaran, keterampilan dan ketelitian c. Melatih meningkatkan interaksi dan sosial d. Karakteristik Peserta -



Usia 4-6 tahun



-



Jumlah peserta 1-10 orang anak



-



Keadaan umum mulai membaik



-



Klien dapat duduk



-



Peserta kooperatif 15



e. Metode Ceramah dan demonstrasi f. Media atau alat



3.



Kertas lipat (origami)



-



Doubletap



-



Benang



-



Gunting



-



Spidol



Strategi Pelaksanaan No 1



2



3



4



4.



-



Kegiatan



Waktu 5 menit



Persiapan - Menyiapkanruangan - Menyiapkanalat - Menyiapkanpeserta Pembukaan 5 menit - Berisalam pembuka - Memperkenalkan diri - Sesama anak saling berkenalan - Menjelaskan maksud dan tujuan Kegiatan Bermain 15 menit - Domstrasikan beberapa bentuk - Anak diminta mengambil 3 kertas warna berbeda - Kemudian bantu anak untuk melipat bentuk yang mudah tambah aksen bentuk dengan spidol - Bantu anak untuk menempelkan doubletap dengan hasil lipatannya - Potong benang ±10 cm - Gantung hasil lipatan anak di tempat yang dapat dijangkau olehnya Penutup 5 menit - Memberi reward pada anak atas hasil karyanya. - Memberi reward yang lebih untuk anak yang hasil karyanya paling bagus - Memberi salam penutup



Media Peralatan bermain



Peralatan bermain



Evaluasi 1. Anak dapat menyelesaikan satu bentuk lipatan dan kemudian digantung 2. Anak dapat aktif dan mengikuti kegiatan 3. Anak merasa senang dan gembira 4. Mengurangi rasa takutanakpadaperawat



16



Lampiran 3 GAMBAR CARA MELIPAT KERTAS ORIGAMI



Perahu



Perahu Tertutup



Penguin



Burung Camar



Hati



Bunga



Burung Merpati



17



Lampiran 4 ABSENSI PESERTA No 1



Nama anak



Nama ibu



Tandatangan 1



2 3



2 3



4 5



4 5



6 7



6 7



8 9



8 9



10 11



10 11



12 13



12 13



14 15



14 15



18



Lampiran 5 LEMBAR OBSERVASI No



Nama anak



Nama ibu



1



An.



Ny.



2



An.



Ny.



3



An.



Ny.



4



An.



Ny.



5



An.



Ny.



6



An.



Ny.



7



An.



Ny.



8



An.



Ny.



9



An.



Ny.



10



An.



Ny.



11



An.



Ny.



12



An.



Ny.



13



An.



Ny.



14



An.



Ny.



15



An.



Ny.



Keterangan



19



Lampiran 6 DOKUMENTASI KEGIATAN



20