Makalah Pemeriksaan Dibayar Dimuka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Final MAKALAH AUDITING II “PEMERIKSAAN BIAYA DIBAYAR DIMUKA“



OLEH : KELOMPOK 4 : SITTI SARTIKA



B1C118056



MUH. ICHTIAR



B1C118060



TOMI MURDANI



B1C118088



WAWAN IRAWAN



B1C118098



SHINTA WULANDARY



B1C118100



JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah maka kami bisa menyelesaikan sebuah makalah untuk memenuhi Tugas Final Auditing II dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka", yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.



Kendari,



Januari 2021



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2 2.1 Pengertian Biaya Dibayar Dimuka........................................................................................2 2.2 Sifat Dan Contoh Biaya Dibayar Dimuka..............................................................................2 2.3 Tujuan Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka.........................................................................3 2.4 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka......................................................................4 2.5 Prosedur Konfirmasi dalam Pelaksanaan Audit.....................................................................6 2.6 Risiko Dalam Pemeriksaan Biaya Dibayar Di Muka.............................................................7 2.7 Pengujian Audit Atas Akun Pembayaran Di Muka.............................................................11 2.7 Beberapa Contoh Kertas Kerja Terkait Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka....................14 BAB III PENUTUP.......................................................................................................................19 3.1.



Kesimpulan.....................................................................................................................19



3.2.



Saran................................................................................................................................19



DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas sebuah entitas, baik entitas yang berorientasi pada laba (profit) maupun non-laba (profit), tidak dapat dipisahkan dari beban. Di dalam suatu perusahaan, Beban adalah suatu elemen penting dalam aktivitas operasional, investasi, maupun pendanaan perusahaan tersebut. Hal ini dikarenaka beban merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mejalankan operasi sehingga mencerminakan kinerja perusahaan. Di samping itu, Beban adalah perkiraan perusahaan yang cukup mudah untuk diselewengkan termasuk beban beban yang dibayar dimuka. Untuk menghindari terjadinya berbagai macam penyelewengan terhadap Beban, maka diperlukan adanya sistem pengendalian (pengawasan) yang cukup terhadap Beban. Sistem pengendalian intern (SPI) yang baik akan mengurangi potensi penyelewengan terhadap Beban perusahaan. Pemeriksaan pada Beban yang dibayar dimuka menjadi salah fokus utama auditor dalam tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas. Apabila auditor tidak mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan Beban dan penilaian yang baik terhadap pengendalian internal Beban perusahaan, auditor akan lebih mudah untuk melanjutkan pemeriksaan pada elemen keuangan perusahaan yang lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah makalah ini adalah : 1. Apa Pengertian biaya dibayar dimuka? 2. Apa saja sifat dan contoh biaya dibayar dimuka? 3. Apa tujuan dari pemeriksaan biaya dibayar dimuka? 4. Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan biaya dibayar dimuka ? 5. Bagaimana Prosedur Konfirmasi dalam Pelaksanaan Audit? 6. Apa Risiko Dalam Pemeriksaan Biaya Dibayar Di Muka? 7. Bagaimana Pengujian Audit Atas Akun Pembayaran Di Muka? 8. Bagaimana Contoh Kertas Kerja Terkait Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka?



1



1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan hal-hal yang ada dalam rumusan masalah di atas.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Biaya Dibayar Dimuka Biaya dibayar di muka atau prepaid expenses adalah pengeluaran yang dibayarkan untuk keperluan dalam tahun buku mendatang. Biaya dibayar di muka juga bisa dikatakan sebagai biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban perusahaan untuk membayarnya pada periode bersangkutan, tetapi perusahaan sudah membayarnya terlebih dahulu.Pengertian lain mengatakan bahwa biaya dibayar dimuka adalah biaya yang dapat habis terpakai seiring berjalannya waktu (contohnyabiaya sewa dan asuransi) atau melalui pemakaian (contohnya perlengkapan/supplies),yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dan dicatat sebagai aktiva. Pembebanan biaya melalui alokasi berdasarkan waktu atau jumlah terpakai yang sebenarnya. Biaya dibayar di muka belum merupakan beban perusahaan untuk periode yang bersangkutan. Dengan kata lain, pengeluaran tersebut belum merupakan biaya dalam tahun buku berjalan. Karena itu, jumlah yang dibayarkan tersebut merupakan uang muka dan termasuk dalam Aktiva Lancar (current assets). Jenis-jenis biaya dibayar di muka antara lain:      



Biaya sewa dibayar di muka (prepaid rent), yang meliputi biaya sewa gedung kantor dibayar di muka dan biaya sewa kendaraan dibayar di muka. Biaya asuransi dibayar di muka (prepaid insurance). Biaya gaji dibayar di muka (prepaid salaries). Biaya bunga dibayar di muka (prepaid interest). Pajak Penghasilan (PPh) dibayar di muka, meliputi PPh Pasal 21, Pasal 22,Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibayar di muka.



2



Dalam akuntansi, pencatatan biaya dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan neraca (pendekatan harta) dan pendekatan laba-rugi (pendekatan beban). Jika suatu perusahaan sejak awal melakukan pencatatan biaya dibayar di muka dengan pendekatan laba-rugi, maka seterusnya harus konsisten, begitu juga sebaliknya. 2.2 Sifat Dan Contoh Biaya Dibayar Dimuka Menurut Standar Akuntansi Keuangan Sifat biaya dibayar dimuka meliputi: a. Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. b. Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikan manfaat untuk beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai biaya dibayar di muka adalah: a) Premi asuransi (prepaid insurance) b) Sewa dibayar di muka untuk masa satu tahun yang akan datang (prepaid rent) c) Biaya lain-lain dibayar di muka (prepaid others), misalnya: biaya iklan di radio,televisi yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupagantungan kunci, payung) 2.3 Tujuan Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka Tujuan pemeriksaan biaya dibayar dimuka adalah sebagai berikut : 1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dibayar di muka. 2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudahdicatat sebagai biaya dibayar di muka. 3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan. 4. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka didukung oleh bukti yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pada akhir periode. 5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dibayar di muka dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Penjelasan Atas Tujuan Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka 1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dibayar di muka.



3



Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar di muka berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar di muka adalah :  Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.  Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka didukung oleh buktibukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis asuransi,perjanjian sewa menyewa (lease agreement). 2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar di muka. 3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yangexpired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun berjalan. 4. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka didukung oleh bukti yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir periode. Untuk bisa diperhitungkan sebagai kredit biaya dibayar dimuka , perusahaan harus mempunyai bukti pendukung. 5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun disajikan sebagai aktiva tak lancar. 2.4 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur subtantive test. Pembahasan prosedur pemeriksaan untuk substantive test akan dibagi dalam beberapa bagian, yaitu sewa dibayar di muka, premi asuransi dibayar di muka, biaya advertensi dibayar di muka.



Prosedur pemeriksaan untuk compliance test. 4



1. Pelajari dan evaluasi internal control atas biaya yang dibayar di muka: a) Dalam hal ini internal control questionnaires yang dipergunakan tercakup dalam internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan bank :  Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap.  Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.  Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapi. b) Lakukan test transaksi ( compliance test ) atas biaya dibayar di muka. Yang digunakan sebagai sample biasanya adalah bukti pengeluaran kas dan bank dan sample cukup dipilih secara random. 2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayar di muka. Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan sesuatu kesalahan, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas pajak dibayar di muka berjalan efektif. Karena itu subtantive test atas perkiraan pajak dibayar di muka bisa di persempit. Prosedur pemeriksaan untuk subtantive test 1. Sewa Dibayar di Muka (Prepaid Rent) a. Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca. b. Check ketelitian perhitungan mathematic (mathematical accuracy). c. Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar (general ledger) prepaid rent. d. Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu. e. Lakukkan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan pemeriksaan lease agreement ( jika sudah dilakukan di compaliance test,refer ke kertas kerja compliance test ). f. Tie-upltie-in (cocokkan) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar biaya sewa. g. Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan biaya sewa ( tanpa melalui prepaid rent ), jumlah biaya sewa di buku besar akan terlihat lebih besar. h. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan 2. Premi Asuransi Dibayar di Muka (Prepaid Insurance) a) Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca. b) Check mathematical accuracy. c) Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku besar (general ledger) prepaid insurance. 5



d) Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu. e) Lakukkan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan, perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut. f) Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincian prepaid insurance. g) Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya asuransi. h) Periksa apakah nilai pertanggungan ( insurance coverage ) cukup atau tidak dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. i) Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE, maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank. j) Buat usulan audit adjustment jika diperlukan. 3. Prepaid Advertising a. Minta rincian prepaid Advertising per tanggal neraca. b. Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu. c. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian ( untuk iklan di tv/radio/bill board ) dan bukti pembelian ( untuk barang-barang souvenir ). d. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya; untuk barang-barang souvenir harus dilakukan stock opname ( perhitungan fisik ) pada akhir tahun. 2.5 Prosedur Konfirmasi dalam Pelaksanaan Audit. Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor perlu mengambil keputusan mengenai jenis konfirmasi yang digunakan, penentuan kapan dilakukan konfirmasi dan besarnya sampel yang dipilih. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 330 (PSA No. 07) mengatur mengenai Proses Konfirmasi dalam pelaksanaan audit. Paragraf 4 mendefinisikan konfirmasi sebagai proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. SA Seksi 326 mendefinisikan asersi sebagai pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan



6



pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pada dasarnya, bukti audit yang berasal dari pihak ketiga dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang berasal dari dalam perusahaan yang sedang diaudit. SA Seksi 326 (PSA No.07) tentang Bukti Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa “Bukti audit yang diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut.” Dalam paragraf 7 SA Seksi 330 dijelaskan bahwa semakin besar gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin besar keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian substantif yang bersangkutan dengan asersi laporan keuangan. Sebagai konsekuensinya, dengan kenaikan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk memperoleh lebih banyak bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan keuangan. Dalam keadaan ini, auditor kemungkinan menggunakan prosedur konfirmasi, bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam entitas tersebut, atau menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan dengan pengujian terhadap dokumen atau pihak dari dalam entitas itu sendiri. Jadi, dalam pelaksanaan audit, jika gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian besar/tinggi, auditor harus mempertimbangkan untuk melaksanakan prosedur tambahan seperti misalnya melakukan pengujian terhadap dokumen internal perusahaan, di samping prosedur konfirmasi. Dalam paragraf 19, SA Seksi 330 dijelaskan bahwa karena terdapat risiko bahwa penerima bentuk permintaan konfirmasi positif yang berisi informasi yang dikonfirmasi di dalamnya kemungkinan hanya menandatangani dan mengembalikan konfirmasi tersebut tanpa melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut, formulir yang berisi ruangan yang kosong yang harus diisi oleh responden (penerima konfirmasi) dapat digunakan untuk mengurangi risiko tersebut. Namun, konfirmasi yang berisi ruangan kosong tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi yang diterima oleh auditor karena diperlukan usaha tambahan dari pihak responden dalam memberikan jawaban konfirmasi yang sesuai; konsekuensinya, auditor kemungkinan harus melaksanakan lebih banyak prosedur alternatif. 2.6 Risiko Dalam Pemeriksaan Biaya Dibayar Di Muka Penentuan Risiko Bawaan – Beban Dibayar Di Muka



7



Risiko bawaan untuk beban dibayar di muka seperti asuransi dibayar di muka pada umumnya akan ditentukan pada tingkat yang rendah karena akun ini tidak melibatkan isu akuntansi yang kompleks atau mendalam. Terlebih lagi salah saji yang mungkin dapat dideteksi pada audit terdahulu secara umum akan berjumlah tidak material. Beban yang ditangguhkan dan aktiva tidak berwujud di sisi lain dapat memerlukan pertimbangan risiko bawaan yang serius. Contohnya, penilaian dan estimasi umur paten, waralaba dan goodwill melibatkan pertimbangan mendalam dan dapat mengarah pada perbedaan pendapatan antara auditor dengan klien. Dalam situasi seperti itu, auditor dapat menentukan risiko bawaan pada tingkat yang tinggi. Penentuan Risiko Pengendalian– Beban Dibayar Di Muka Transaksi beban dibayar di muka, beban ditangguhkan, dan aktiva tidak berwujud biasanya diproses melalui proses pembelian. Pembahasan yang tersisa berfokus pada akun asuransi dibayar di muka karena akun tersebut akan ditemui pada hamper semua perikatan. Bagian dari penentuan auditor atas risiko pengendalian untuk transaksi asuransi dibayar di muka didasarkan pada efektivitas prosedur pengendalian dalam proses pembelian. Contohnya, prosedur pengendalian  dalam proses pembelian harus memastikan bahwa polis asuransi yang baru telah diotorisasi dengan tepat dan dicatat. Prosedur pengendalian tambahan dapat digunakan untuk mengendalikan transaksi dan informasi asuransi. Sebagai contoh, daftar asuransi (insurance register) dapat dibuat sebagai catatan yang terpisah mengenai semua polis asuransi yang masih berlaku. Daftar asuransi berisi informasi penting seperti hal-hal yang dijamin asuransi dan tanggal habis masa berlaku tiap polis asuransi. Daftar ini harus di-review secara berkala oleh orang yang independen untuk memverifikasi bahwa entitas telah memiliki jaminan asuransi yang konsisten dengan kebutuhannya. Entitas juga perlu melakukan pengendalian atas alokasi sistematis dari asuransi dibayar di muka ke beban asuransi. Pada tiap akhir bulan, karyawan klien harus menyiapkan ayat jurnal untuk mengakui porsi yang jatuh tempo dari asuransi dibayar di muka. Dalam beberapa kasus, entitas menggunakan jumlah estimasi ketika mencatat ayat jurnal ini pada tahun berjalan. Pada akhir tahun, akun asuransi dibayar di muka disesuaikan untuk mencerminkan jumlah actual dari asuransi yang belum jatuh tempo. Cara Menghitung Risiko Audit Risiko Audit atau Audit Risk (AR) adalah kemungkinan risiko salah saji bersifat material atau penggelapan (fraud) yang bisa lolos dari proses audit jika auditor tidak melakukan tugasnya 8



secara cermat. Mengingat risiko itu maka, auditor harus melakuka pemeriksaan risiko (risk assessment) sebelum menjalankan proses audit, tepatnya pada fase perencanaan audit (audit planning). Komponen Risiko Audit SAS NO. 47 (AU 312.20) menyatakan bahwa risiko audit terdiri dari 3 komponen:



1. Risiko bawaan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji (misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian yang berhubungan. Risiko salah saji (misstatement) seperti itu lebih besar dalam beberapa asersi laporan keuangan dan saldo-saldo atau pengelompokan yang berhubungan daripada yang lainnya. Risiko ini dipertimbangkan pada tahap perencanaan audit. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta. 2. Risiko Pengendalian (Control Risk) merupakan risiko bahwa suatu salah saji yang material yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan perancangan dan operasi pengendalian internal dalam mencapai tujuan entitas yang relevan untuk menyusun laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal. 3. Risiko Deteksi (Detection Risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang material dalam suatu perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan prosedur audit dan aplikasinya oleh auditor. Hal ini sebagian muncul dari ketidakpastian yang ada ketika auditor tidak memeriksa semua saldo akun atau kelompok transaksi untuk mengumpulkan bukti tentang asersi lainnya. Model risiko audit, mengekspresikan hubungan antara komponen-komponen risiko audit sebagai berikut : AR = IR x CR x DR Keterangan : AR = Audit Risk IR = Inherent Risk



9



CR = Control Risk DR = Detection Risk TD = Test of detail risk Untuk mengilustrasikan penggunaan dari model tersebut, asumsikan bahwa auditor telah membuat penilaian risiko berikut untuk suatu asersi tertentu seperti asersi kelengkapan untuk persediaan. AR = 5%, IR = 75%, CR = 50% Risiko deteksi dapat ditentukan sebagai berikut : DR = AR / (IR x CR) = 0,05 / (0,75 x 0,50) = 13% Risiko deteksi sebesar 13% berarti auditor perlu merencanakan pengujian substantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan risiko yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar 13% dalam medekteksi salah saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki keyakinan dari sumber-sumber lain untuk mendukung penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian. Terdapat banyak jenis pengujian substantif. Lampiran pada AU 350, Audit Sampling (SAS Nos. 39, 43, dan 45) berisi suatu model risiko audit yang diperluas yang membagi risiko deteksi menjadi dua komponen. AP untuk risiko prosedur analitis dan TD untuk risiko yang berkaitan dengan risiko pengujian terinci/pengujian transaksi. Oleh karena itu, hubungan antara komponen-komponen risiko audit dapat diekspresikan sebagai berikut : AR = IR x CR x AP x TD Untuk tujuan ilustrasi, asumsikan bahwa auditor memiliki bukti yang cukup untuk mendukung penilaian risiko berikut : AR = 2%; IR = 100%; CR = 10%; dan AP = 50% Risiko penguji terinci dapat ditentukan sebagai berikut :



10



TD = AR / (IR x CR x AR) = 0,02 / (1,00 x 0,10 x 0,50)



= 40% Risiko pengujian terinci sebesar 40% auditor perlu merencanakan pengujian transaksi dan pengujian saldo dengan suatu cara yang akan menghasilkan risiko yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sebesar 40% dalam medeteksi salah saji material. Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki keyakinan dari sumber-sumber lain untuk mendukung penilaian risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko prosedur analitis. Model risiko audit yang diperluas menyediakan auditor suatu alat untuk mempertimbangkan keyakinan yang diperoleh dengan melaksanakan prosedur analiti. Hal ini memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan keyakinan yang diperoleh dari prosedur audit top-down maupun botton-up. 2.7 Pengujian Audit Atas Akun Pembayaran Di Muka Pengujian audit pembayaran berhubungan dengan pengujian atas beban dibayar dimuka. Beban dibayar dimuka merupakan bentuk pengurangan dari pembayaran dimuka yang dimiliki oleh perusahaan. Hal yang dapat digolongkan menjadi pembayaran dimuka ialah sewa dibayar dimuka, pajak dibayar dimuka dan asuransi dibayar dimuka. Langkah pengujian yang dilakukan atas pembayaran dimuka secara umum tidak jauh berbeda dengan pengujian atas akun kas. Pengujian terbagi menjadi 3 fase, yaitu: a) Fase I Dalam tahap ini, auditor melakukan prosedur atas penilaian risiko terkait dengan akun kas 1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien terkait Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman atas risiko dari kebijakan dan strategi investasi dan juga bagaimana manajemen mengelola risiko-risiko tersebut. 2. Menetapkan nilai salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai adalnya risiko bawaan Seringkali nominal pembayaran dimuka yang dilaporkan bernilai tidak material, namun terdapat transaksi yang terkait dengan akun pembayaran di muka yang juga harus diperiksa oleh auditor. 3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus akuisisi dan pembayaran Pengendalian terhadap akun pembayaran di muka dapat dilakukan dengan memeriksa polis atau catatan lain yang mendukung dan juga dapat dilakukan konfirmasi dengan pihak ketiga



11



yang terkait. Hal ini dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai pengendalian atas akuisisi dan pembayaran asuransi yang dilakukan perusahaan. b) Fase 2 Fase ini merupakan langkah bagi auditor untuk melakukan pengujian atas pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan. 1. Pengujian pengendalian Pengujian pengendalian internal asuransi dibayar dimuka dan beban asuransi dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: pengendalian atas proses akuisisi dan pencatatan asuransi, pengendalian atas pendaftaran asuransi, dan pengendalian atas charger-off beban asuransi. Otoritas yang memadai juga dibutuhkan atas asuransi baru yang dimiliki oleh pemerintahaan. Pendaftaran asuransi yang dimaksud merupakan kebijakan asuransi dan tanggal berakhir dari setiap kebijakan atas asuransi yang dimiliki. Auditor akan melakukan pemeriksaan atas term dan pembayaran atas asuransi yang termasuk dalam daftar asuransi secara independen. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kontak dan kebijakan asuransi yang dimiliki. 2. Pengujian substantive atas transaksi Pengujian substantive atas transaksi-transaksi yang berkaitan dilakukan pada akun lainnya yang berhubungan dan melibatkan siklus pengakuisisian dan pembayaran atas pembayaran dimuka. c) Fase 3 Fase ini merupakan pengujian lebih lanjut yang dilakukan oleh auditor terhadap akun pembayaran dimuka 1. Melakukan prosedur analitis terhadap akun pembayaran di muka Pengujian saldo akun beban umumnya diperlukan mencakup prosedur analitis dan pengujian untuk memastikan bahwa semua pembebanan atas beban asuransi berasal dari sisi kredit asuransi dibayar dimuka. Selain itu, prosedur analitis dapat dilakukan dengan cara membandingkan total asuransi dibayar dimuka dengan tahun sebelumnya, menghitung rasio asuransi dibayar di muka terhadap beban asuransi, membandingkan setiap cakupan polis asuransi pada skedul asuransi yang diperoleh, membandingkan saldo asuransi dibayar dimuka yang dihitung selama tahun berjalan atas dasar polis per polis, dan mereview cakupan asuransi yang tercantum pada skedul asuransi dibayar dimuka dengan klien atau broker asuransi yang bersangkutan. Selanjutnya, pengujian atas rincian saldo tertuju pada asuransi dibayar dimuka. 2. Melakukan pengujian terperinci atas akun pembayaran di muka Pengujian terperinci yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan tujuan audit terkait saldo, yaitu:  Eksistensi dan Kelengkapan 12



















Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa sampel invoice asuransi dan polis yang berlaku untuk dibandingkan dengan skedul, juga memperoleh konfirmasi informasi asuransi dari agen asuransi perusahaan. Right Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa penerima hak dari polis yang dimiliki. Terkadang terjadi gadai yang menyebabkan hak polis menjadi milik kreditor. Auditor akan mereview polis auransi untuk memastikan pihak yang memiliki hak atas manfaat asuransi. Akurasi Auditor akan memverifikasi keakuratan asuransi dibayar dimuka dengan pemeriksaan faktur premi dan konfirmasi dari agen asuransi untuk menguji jumlah premi dan periode waktu. Selanjutnya, auditor juga akan melakukan perhitungan kembali atas asuransi yang belum jatih tempo dengan cara footing dan kemudian menelusuri hasil footing yang telah dilakukan pada buku besar perusahaan. Klasifikasi Auditor juga harus melakukan pengujian atas klasifikasi yang dilakukan oleh klien atas asuransi yang dimiliki. Keterkaitan asuransi dengan akun lainnya juga harus menjadi objek yang diperiksa oleh auditor. Pisah batas Pisah batas menjadi salah satu hal yang tidak material bagi auditor. Auditor biasanya melakukan hhal ini untuk memastikan bentuk pisah batas atas utang usaha perusahaan.



13



2.7 Beberapa Contoh Kertas Kerja Terkait Pemeriksaan Biaya Dibayar Dimuka



14



15



16



17



18



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan



Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Disamping itu, perusahaan tetap harus melakukan pemeriksaan terhadap biaya dibayar di muka sesuai dengan prosedur pemeriksaan biaya dibayar di muka yang berlaku. Hal ini untuk menghindari adanya penggelapan beban yang dilakukan oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. 3.2.



Saran



Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah kedepan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.



19



DAFTAR PUSTAKA



Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik, Edisi ke- 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per Mei 2009, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2009, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, Per 1 Maret 2011. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2008, Auditing dan Jasa Assurance, Jilid ke-2 Edisi ke- 12, (diterjemahkan oleh: Gina Gania), Penerbit Erlangga,Jakarta Rosyada, Zurriyyati.2015. audit biaya dibayar dimuka. https://www.academia.edu/9593815/Audit_Persediaan_dan_Gudang Boynton,Johnson,Kell.2002.Modern Auditing Edisi Ketujuh.Jakarta:Erlangga http://id.scribd.com/doc/40701598/Risiko-Audit



20