Sewa Dibayar Di Muka [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nurul
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sewa dibayar di muka Merupakan beban sewa yang sebenarnya belum menjadi kewajiban yang harus dibayarkan dalam periode yang bersangkutan, tetapi telah dibayarkan lebih dulu.



Tujuan Pemeriksaan Beban Dibayar di Muka Pemeriksaan terhadap beban dibayar di muka perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya dan pajak dibayar di muka. Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar di muka berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar di muka adalah : a) Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. b) Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak untuk advertensi Surat Setoran Pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti pemotongan PPh 22, 23, dll. 2.



Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar di muka. Auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar di muka.



3.



Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun berjalan. Auditor harus memeriksa apakah bagian yang expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai biaya tahun berjalan.



4.



Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai kredit pajak pada akhir periode. Auditor perlu melakukan pemeriksaan atas bukti-bukti pendukung pembayaran pajak, memeriksa keabsahan dari bukti tersebut.



5.



Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/ PSAK. Biasanya biaya dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun disajikan sebagai aktiva tak lancar. Sedangkan pajak dibayar di muka bisa disajikan sebagai harta lancar atau di offset dengan utang pajak yang sejenis (pajak penghasilan badan atau pajak pertambahan nilai).



Prosedur Audit Beban Dibayar di Muka Agar audit dapat berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, para auditor harus melakukan pemeriksaan atas akun-akun sesuai dengan prosedur. Berikut prosedur audit yang perlu dijalankan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya :



Sewa Dibayar di Muka a) Minta daftar-daftar sewa dibayar di muka dan cocokkan dengan saldo menurut buku besar



b) Periksa surat kontrak sewa untuk perjanjian baru, sedangkan untuk perjanjian lama dapat dilihat pada kertas kerja tahun sebelumnya c) Periksa kebenaran perhitungan sewa dibayar di muka untuk tahun berjalan dengan memerhatikan periode berlakunya masa sewa tersebut (lakukan rekonsiliasi dengan biaya sewa di pos laba rugi) d) Periksa bukti pembayaran atas penambahan sewa dibayar di muka dan pastikan bahwa penambahan tersebut disetujui oleh pejabat yang berwenang e) Pisahkan antara biaya kontrak jangka pendek dengan jangka panjang f) Untuk kontrak sewa jangka panjang lakukan konfirmasi atas jumlah yang masih berlaku g) Yakinkan bahwa peraturan perpajakan yang berlaku untuk biaya sewa telah ditaati.



Contoh Kasus: Pengakuan sewa dibayar di muka. Pada tanggal 28 Oktober 2009 salah satu unit kerja PT Asuransi Jiwa Nusantara membayar sewa gedung sebesar Rp 160.000.000 untuk masa 2 tahun. Sesuai dengan kontrak perjanjian, sewa gedung tersebut terhitung mulai tanggal 1 November 2009 dan akan berakhir pada tanggal 31 Oktober 2011. PT Asuransi Jiwa Nusantara mencatat transaksi tersebut dengan jurnal: 28 Okt 2009 – Sewa dibayar di muka Kas



Rp 160.000.000 Rp 160.000.000



Pada akhir periode pencatatan, pelaporan perusahaan tidak mengakui beban sewa yang sudah berjalan, sehingga pihak auditor perlu melakukan penyesuaian terhadap akun sewa dibayar di muka untuk mengakui beban sewa yang sudah berjalan selama 2 bulan ( 1 November 2009 s.d 31 Desember 2009 ). Penyesuaian yang dicatat adalah sebagai berikut: 31 Des 2009 – Beban sewa gedung Sewa dibayar di muka



Rp 13.333.333 Rp 13.333.333



. METODOLOGI DESAAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO UTANG USAHA. Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya mengalir melalui utang usaha, akun ini penting bagi audit atas siklus akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa. Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga. Kewajiban akan dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itu diketahui dan terhutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak, utang hipotik, atau utang obligasi. Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi terkait menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin



akan mengurangi pengujian atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha cenderung material bagi sebagaian besar perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah pengujian atas rincian saldo. 1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap I) Focus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas manajemen mata rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan system yang digunakan untuk mengawali serta mencatat aktifitas akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan jasa telah mengubah semua aspek siklus akuntansi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan system tersebut dapat menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat perubahan system tersebut utuk mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha. 2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I) Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah besar dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relative tinggi untuk utang usaha. Auditor sering menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi menimbulkan kurang saji saldo akun. 3. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian pengendalian dan pengujian Substantif atas Transaksi (tahap I dan II) Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren , auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap pengendalian internal. Pengujian sustantif bergantung pada keefektifan relative pengendalian internal yang berhubungan dengan utang usaha. Setelah menilai risiko pengendalian, auditor merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substrantif atas transaksi akuisisis dan pengeluaran kas. 4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur analitis (tahap III) Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan apakah saldo utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secaraa layak. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban dan aktiva. ketika memverifikasi aktiva auditor menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan dokumen pendukung.auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan aktiva mengalami kurang saji tetapi lebih memperhatikan lebih saji. Karena lebih saji ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aktiva atau kurang saji kewajiban, merupakan hal yang alami bagi akuntan public untuk menekankan kedua salah saji tersebut. Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang diterapkan untuk memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat diterapkan pada kewajiban dengan tiga modifikasi kecil: 1. Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya dapat diterapkan pada aktiva. 2. Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterpkan pada kewajiban. Untuk aktiva auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan pelepasan aktiva. untuk kewajiban auditor memperhatikan kewajiban klien atas pembayaran kewajiban. 3. Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih saji. Pengujian Kewajiban Setelah Periode Karena menekankan pada kurang saji dalam akun kewajiban, pengujian kewajiban setelah periode (out-ofperiod liabilities test) merupakan hal yang penting bagi utang usaha. Luas pengujian untuk mengungkapkan



utang usaha yang belum tercatat, sering disebut pencarian utang usaha yang belum tercatat, sangat tergantung pada penilaian risiko pengendalian dan materialitas saldo akun yang potensial. Prosedur audit yang sama digunakan untuk mengungkapkan utang yang belum tercatat dapat diterpkan pada tujuan keakuratan. Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya, auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca guna menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah dilakukan. Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar beberapa minggu setelah akhir tahun, auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan untuk tujuan yang sama.prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar mendekati akhir pekerjaan lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar. Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir taun ke vaktur vendor terkait, semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode akuntansi harus dicantumkan sebagai utang usaha. Menelusuri laporan vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke neraca saldo utang usaha, jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan yang memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah dicantumkan sebagai utang usaha. Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis, walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang untuk piutang usaha, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus dari daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang salah saji. Pengujian pisah batas (cutoff tests) utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat bebrapa hari sebelum dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian audit kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan pengujian pisah batas untuk akuisisi tapi menekankan pada kurang saji. Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan, dalam ,menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah penting jika pengujian pisah batas dikoordinasikan dengan observasi fisik persediaan. Perbedaa dalam perjalanan, menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum tanggal neraca yang harus dimasukan dalam persediaan dan utang usaha pada akhir tahun. Jika akuisisi dilakukan atas dasar FOB origin,perusahaan harus mencatat persediaan dan utang yang terkait pada periode berjalan jika pengiriman dilakukan pada atau setelah tanggal neraca. Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor, auditor harus membedakan antara faktur vendor dengan laporan keuangan ketika memverivikasi jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor akan memperoleh bukti yang sangat handal mengenai setiap transaksi ketika mereka memeriksa faktur faktur vendor dan dokumen pendukung terkait setiap laporan penerimaan dan pesanan pembelian. Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi perbedaan yang paling penting terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien pada saat auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk mengubah laporan vendor untuk menyimpan laporantertentu dari auditor.



Pengertian Utang Jangka Panjang & Jangka Pendek A. Utang Jangka Panjang Menurut Mulyadi, utang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul dari kegiatan atau transaksi masa lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu tahun ditinjau dari tanggal neraca. Contoh kewajiban yang termasuk dalam kelompok utang jangka panjang adalah utang bank berupa kredit investasi. B. Utang jangka Pendek Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan.



3. Pengendalian Internal Terhadap Utang Jangka Panjang dan Jangka Pendek



Prosedur-prosedur pengendalian intern berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dan bergantung pada beberapa faktor, seperti sifat operasi dan besarnya perusahaan. Namun demikian, prinsip-prinsip pengendalian intern yang pokok dapat diterapkan pada semua perusahaan. Terdapat tujuh buah prinsip pengendalian intern yang pokok, yaitu : a. Penetapan tanggungjawab secara jelas b. Penyelenggaraan pencatatan yang memadai c. Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan d. Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva e. Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan f. Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan) g. Pelaksanaan pemeriksaan secara independen. Secara Umum contoh internal control utang dagang.



i. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian penerimaan barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan. ii. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), untuk permintaan pembelian , order pembelian, dan laporan penerimaan barang. iii. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas untuk menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses pembayaran kedua kalinya



A. Pengendalian Internal Control Utang Jangka Panjang a) Prosedur Pengujian Kewajiban Jangka Panjang antara lain : Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka panjang. Dalam hal ini biasa digunakan internal control questionnaires atau penjelasan narative.



b) Periksa ringkasan perubahan hutang jangka panjang berikut discount, premium dan bunga selama periode yang diperiksa. Ringkasan tersebut harus menunjukkan perubahan selama setahun (periode yang diperiksa), baik untuk hutang maupun bunganya. c) Kirimkan konfirmasi kepada bank untuk menanyakan saldo per tanggal neraca, tingkat bunga, jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit. d) Mintalah copy perjanjian kredit untuk permanent file dan perhatikan apakah data yang tersebut sesuai dengan data yang tercantum dalam kertas kerja pemeriksaan hutangjangkapanjang. e) Periksa apakah hutang jangka panjang yang diperoleh sudah disetujui direksi. f) Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan discount. Tiap jumlah beban bunga dan discount disamakan dari bukti dengan jumlah yang tercantum pada rugilaba. g) saham atau dari direksi atau dari perusahaan afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan diperiksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut. h) Periksa apakah ada bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus direklasifikasi sebagai hutang jangkapendek. i) Jika ada hutang jangka panjang yang harus dibayar kembali dengan mata uang asing, periksa apakah sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs. j) Buatlah kesimpulan, apakah penyajian hutang jangka panjang di neraca dilakukan sesuaidenganSAK. B. Pengendalian Internal Control Utang Jangka Pendek a) Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek. b) Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, baik utang usaha maupun kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo utang di buku besar. c) Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary ledger utang usaha. d) Secara test basis, periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order, reseving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang. e) Seandainya ada utang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa. f) Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut. g) Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai utang jangka pendek. h) Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs. i) Periksa apakah penyajian utang jangka pendek di neraca dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).



4. Pengujian Substansif Terhadap Utang Jangka Panjang & Jangka Pendek



Tujuan pengujian substansif utang jangka panjang & jangka pendek adalah : a) Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi terhadap saldo utang jangka panjang & jangka pendek di neraca. b) Membuktikan penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang & jangka pendek sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum diindonesia Program pengujian substansif terhadap utang jangka panjang & jangka pendek dijelaskan sbb : a) Prosedur Audit awal Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun utang usaha yang akan diuji lebih lanjut.  Usut saldo utang jangka panjang & jangka pendek yang tercantum didalam neraca ke saldo akun utang yang bersangkutan dibuku besar.  Hitung kembali saldo akun utang jangka panjang & jangka pendek didalam buku besar  Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang jangka panjang & jangka pendek ke dalam jurnal yang bersangkutan b) Pengujian Analitik Lakukan prosedur analitik  Hitung ratio berikut.  Utang dengan total aktiva. Rumus : Total Utang : Total Aktiva  Utang dengan modal Rumus : Total Utang : Total Equitas  Times interest earned Rumus : Laba Bersih Usaha : Biaya Bunga Obligasi  Biaya bunga dengan utang Rumus : Biaya Bunga : Rata Utang c) Pengujian Terhadap Transaksi Rinci  Usut penerimaan uang dari penarikan utang jangka panjang maupun jangka pendek.  Periksa aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang dan jangka pendek. d) Pengujian Terhadap Akun Rinci  Minta atau buatlah daftar utang jangka panjang & jangka pendek.  Minta dan pelajari surat perjanjian penarikan kredit jangka panjang maupun jangka pendek. e) Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan  Periksa klasifikasi utang jangka panjang & jangka pendek yang segera jatuh tempo didalam nercaca  Periksa penjelasan yang bersangkutan tentang utang jangka panjang & jangka pendek.



Sifat Siklus Pendapatan Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang berbeda. Sebagai contoh, perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan penjualan; dokter, pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); serta bioskop, arena olahraga, serta taman hiburan yang menjual karcis tanda masuk; bank serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden; biro perjalanan yang mengenakan ongkos atau biaya perjalanan; serta sekolah lokal yang menarik pajak. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan barang dagang. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan barang dagang. Akan tetapi, banyak penjelasan yang dapat dengan mudah diterapkan pada jenis perusahaan lainnya. Untuk perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus pendapatan adalah : 1. Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang) 2. Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai) 3. Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga serta piutang tak tertagih [penyisihan dan pengapusan]).



Ta



bel 2: Tujuan Audit Spesifik untuk Siklus Pendapatan



Kategori Asersi Kelompok Transaksi atau Saldo Tujuan Audit Spesifik Eksistensi atau Kejadian Transaksi Catatan transaksi penjualan menggambarkan barangbarang yang dikirimkan atau jasa-jasa yang diberikan selama periode berjalan. Catatan transaksi penerimaan kas menggambarkan kas yang diterima selama periode berjalan. Catatan transaksi penyesuaian penjualan selama periode berjalan menggambarkan diskon yang telah diotorisasi, retur dan pengurangan harga, serta piutang tak tertagih.



Saldo Piutang usaha menggambarkan jumlah tagihan kepada pelanggan yang ada pada tanggal neraca. Kelengkapan Transaksi Seluruh penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan, yang dilakukan selama periode berjalan telah dicatat. Saldo Piutang usaha termasuk seluruh klaim kepada pelanggan pada tanggal neraca Hak dan Kewajiban Transaksi Perusahaan mempunyai hak atas piutang dank as yang dihasilkan dari transaksi siklus pendapatan yang dicatat. Saldo Piutang usaha pada tanggal neraca menggambarkan klaim resmi perusahaan kepada pelanggan untuk membayar. Penilaian atau Alokasi Transaksi Seluruh penjualan dan penerimaan kas serta penyesuaian penjualan telah dinilai dengan menggunakan GAAP dan dijurnal, diikhtisarkan, serta diposting secara tepat. Saldo Piutang usaha menggambarkan klaim kotor perusahaan kepada pelanggan pada tanggal neraca dan sesuai dengan jumlah pada buku pembantu piutang usaha. Penyisihan untuk piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang layak atas perbedaan antara piutang kotor dan nilai bersih yang dapat direalisasikan. Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Perincian penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan mendukung penyajiaannya dalam laporan keuangan termasuk klasifikasi serta pengungkapan yang terkait. Saldo Piutang usaha telah diidentifikasi dan diklasifikasi dengan benar dalam laporan keuangan. Pengungkapan yang tepat telah dibuat atas piutang usaha yang telah disetujui atau digadaikan.