LK. 2.2 Menentukan Solusi - Feri Andesfa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA INSTANSI LPTK



: FERI ANDESFA : SMAN 1 NGAMBUR : UNIVERSITAS LAMPUNG



LK. 2.2 Menentukan Solusi No.



Eksplorasi alternatif solusi Kajian literatur :



1 1. Menurut Rizkit aet al., (2016:780), peningkatan kemampuan literasi sains dapat dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan pada kemampuan problem solving yang dapat dilakukan dengan strategi Problem-Based.1 2. Berdasarkan penelitian dari Nisa Wulandari dan Sholihin (2015)2 menunjukkan bahwa implementasi model pembelajarann Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik secara signifikan 3. Menurut hasil penelitian Rizal dan Ridwan (2019: 9) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai implementasi discovery learning untuk meningkatkan keterampilan dasar proses sains dapat disimpulkan bahwa discovery learning dapat meningkatkan keterampilan dasar proses sains dengan kategori tinggi. Aspek keterampilan dasar sains dengan N-gain terbesar dicapai pada aspek keterampilan mengamati.3



1



Analisis alternatif solusi Berdasarkan masalah Kemampuan literasi sains peserta didik rendah dikarenakan Guru Belum Menerapkan model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan literasi sains , maka Alternatif solusi yang diusulkan berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara yakni: 1. Model Pembelajaran PBL Kelebihan model Pembelajaran PBL Menurut Sanjaya ( 2009) dalam wulandari (2012)7 menyebutkan keunggulan PBL antara lain: a) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran; b) PBL dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi Peserta didik; c) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran; d) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik; e) PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis; f) PBL dapat memberikan kesempatan kepada Peserta didik untuk



Solusi yang relevan Setelah dilakukan analisis pada alternatif solusi, maka solusi yang relevan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains Peserta didik yang rendah yaitu dengan menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning



Analisis penentuan solusi Literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep dan proses sains serta memanfaatkan sains untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut PISA (Programme for International Student Assessment) literasi sains merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia.12 Berdasarkan Penjelasan Konsep Literasi sains diatas, maka upaya peningkatan literasi sains pada peserta didik dapat dilakukan melalui pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan literasi sains sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta. Sehubungan dengan hal tersebut pemilihan model pembelajaran yang akan



Rizkita L., Suwono, H., & Susilo. H. 2016. Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa Sma Kota Malang. Seminar Nasional II Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang 2 Wulandari, Nisa dan Hayat Sholihin (2015). “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran IPA Terpadu untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP”. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Sains. 3 Rizal, Rahmat dan Ridwan, Irwan Muhammad. 2019. IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA SMA. JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 4, 1 (2019): 01-10



4. Berdasarkan penelitian Hajrah dkk (2021)4 Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah implementasi model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan literasi sains peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1 soromadi. 5. Berdasarkan hasil penelitian Shellawati (2018)5 dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik 6. menurut penelitian yang dilakukan oleh Lina Arifin dan Titin Sunarti (2017)6 diperoleh kesimpulan “Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan literasi sainspeserta didik dalam kategori tinggi untuk setiap kompetensi literasi sains



mengaplikasikan pengetahuan mereka miliki dalam dunia nyata; g) PBL dapat mengembangkan peserta didik untuk belajar secara menerus sekalipun belajar pendidikan formal telah berakhir.



yang minat teruspada



Kekurangan model Pembelajaran PBL Sedangkan kelemahan model PBL menurut Sanjaya (2009) dalam wulandari ( 2012) antara lain: a) Peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; b) keberhasilan model pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; c) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari



2. Model Pembelajaran Learning



Discovery



Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning



digunakan lebih menekankan pada pembelajaran yang dapat memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada aspek-aspek kemampuan literasi sains peserta didik yakni dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pemilihan model pembelajaran PBL didasarkan atas keterkaitan antara sintak model pembelajaran PBL dengan aspekaspek kemampuan literasi sains dengan menggunakan pendekatan suatu permasalahan sebagai titik awal pembelajaran melalui penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Berikut sintak-sintak model pembelajaran PBL menurut Arends (2007) dalam Suliyati (2017)13: 1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti 3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok 4. Mengembang kan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.



Menurut Marisya (2020)8 kelebihan model Discovery learning dapat meningkatkan 7



Wulandari, E. (2012). Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD. Kalam Cendekia PGSD Kebumen, 1(1). OECD. 2016. PISA 2015 Results (Volume I): Excellence and Equity in Education, PISA. Paris: OECD Publishing 4 Hajrah, H., Nasir, M., & Olahairullah, O. (2021). Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Soromadi. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 5(4). 5 Shellawati, S., & Sunarti, T. (2018). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik SMA. Inovasi Pendidikan Fisika, 7(3). 6 Tamara, A. F., dan Sunarti, Titin. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Materi Elastisitas di SMAN 1 Plemahan Kediri”. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol. 6 (3) : hal. 1-5. 8 Marisya, A., & Sukma, E. (2020). Konsep Model Discovery Learning pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar Menurut Pandangan Para Ahli. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 2189-2198. 13 Suliyati, S., Mujasam, M., Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Penerapan model PBL menggunakan alat peraga sederhana terhadap hasil belajar peserta didik. Curricula: Journal of Teaching and Learning, 3(1). 12



aktifitas belajar peserta didik, meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, meningkatkan proses pembelajaran tematik terpadu, sehingga akan berimbas pada meningkatnya hasil belajar peserta didik. Tak hanya itu, model discovery learning juga membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, peserta didik mampu bekerjasama dalam kelompok, peserta didik menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat, serta peserta didik mampu mengingat konsep pembelajaran yang telah ia temukan sendiri, sehingga konsep tersebut lebih tahan lama dalam ingatan peserta didik.



Proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran PBL dalam tahapannya menuntut peserta didik mencari sendiri mulai dari perumusan masalah, pemecahan masalah dan mengumpulkan data. untuk pemecahan masalah yang disajikan dapat merangsang peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai macam pertanyaan yang dapat diajukan sebagai rumusan masalah, sehingga Peserta didik dapat mengenali pertanyaan-pertanyaan yang mungkin untuk diteruskan sebagai penyelidikan secara ilmiah. Sehingga dengan sendirinya budaya membaca siswa akan tumbuh dan kemampuan literasinya akan terbentuk dengan baik.



Kekurangan Model Pembelajaran Discovery learning: Menurut Manik, dkk (2022)9 kekurangan dari Model Pembelajaran Discovery Learning yakni a) Dapat menimbulkan miskonsepsi oleh peserta didik b) Peserta didik yang lemah cenderung untuk belajar dibawah standar yang diinginkan c) Kadangkala terjadi kebingungan oleh peserta didik jika tidak dibekali lembar kerja atau semacamnya



Aktivitas pembelajaran PBL juga memfasilitasi Peserta didik untuk meningkatkan ketertarikan mereka terhadap issu ilmiah dalam proses pemecahan masalah. Peserta didik harus terbiasa mencari informasi sendiri, mampu mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mampu bekerja efektif dalam kelompok, dan membangun jaringan, serta memiliki kreativitas yang tinggi.



3. Model Pembelajaran Terbimbing Kelebihan Model Terbimbing



Pembelajaran



Inkuiri



Inkuiri



Menurut Wulanningsih, dkk. (2012) dalam 9



Manik, Sabarina Elprida, dkk. 2022. Penerapan Model Pembelajaran Pada Pelajaran MIPA (MAtematika IPA). Media Sains Indonesia



Aktivitas pembelajaran mampu mendorong siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga memotivasi Peserta didik untuk meningkatkan ketertarikannya terhadap issu-issu ilmiah yang memungkinkan untuk diselidiki melalui langkah-langkah metode ilmiah dan meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap



Riyadi (2014)10 menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran biologi untuk meningkatkan keterampilan proses, karena sintaks dan tahap-tahap pembelajaran inkuiri terbimbing dibangun melalui metode ilmiah sehingga dapat melatih keterampilan proses sains padapeserta didik. Pembelajaran inkuiri terbimbing memungkinkan adanya interaksi yang aktif antara sesamapeserta didik.



lingkungan sekitarnya dengan menerapkan konsep sains yang telah dipelajari



Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing



4.4 Melakukan kampanye tentang bahaya virus dalam kehidupan terutama bahaya AIDS berdasarkan tingkat virulensinya



Materi yang akan coba diterapkan dalam pembelajaran menggunakan model PBL ini adalah materi Virus. Yakni pada komptensi dasar : 3.4 Menganalisis struktur, replikasi dan peran virus dalam kehidupan



Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 79) dalam Riyadi (2014)11 menyebutkan bahwa kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu peserta didik harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, peserta didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik, keadaan kelas yang jumlah peserta didiknya terlalu banyak maka tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, dan kritik bahwa inkuiri terlalu mementingkan proses pengertian saja dan kurang memperhatikan perkembangan sikap peserta didik. 2



Kajian literatur : 1. Berdasarkan hasil penelitian Sri Gening Sundari (2018) tentang peningkatan hasil belajar biologi dengan model discovery learning. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil



10 11



Berdasarkan masalah Nilai kognitif Peserta didik tidak mencapai KKM dikarenakan Model pembelajaran yang digunakan guru tidak variatif dan inovatif, maka Alternatif solusi yang diusulkan berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara yakni:



Secara lebih spesifik, masalah yang akan diorientasikan kepada peserta didik adalah tentang meningkatnya kasus HIV dibeberapa kota di Indonesia, sebagai contoh terbaru, meningkatknya kasus HIV di kota Bekasi, Sepanjang Januari hinggga Agustus 2022 tercatat sebanyak 554 kasus HIV.



Setelah dilakukan analisis pada alternatif solusi, maka solusi yang relevan untuk meningkatkan nilai kognitif Peserta didik yang rendah yaitu dengan menerapkan model Pembelajaran Discovery Learning



Tujuan pembelajaran biologi yang ingin dicapai dari proses pendidikan adalah hasil belajar biologi peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sementara itu, kegiatan



Riyadi, I. P. (2014). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) pada materi sistem koordinasi untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Riyadi, I. P. (2014). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) pada materi sistem koordinasi untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014.



belajar peserta didik meningkat dari kondisi awal 37%, siklus I 43,75 % menjadi 59,37 % pada siklus II. Untuk data aktivitas belajar peserta didik dari beberapa parameter pengamatan aktivitas belajar berupa keaktifan, responsif, kerjasama, tanggung jawab, toleran dan ketekunan dengan rata-rata jumlah nilai pada siklus I hanya 62,03 kemudian pada siklus II meningkat menjadi rata-rata nilai 79,53.14 2. Berdasarkan hasil penelitian Eka Novita S.,dkk (2016) Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran discovery dengan mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorpeserta didik pada materi sel di SMA.15 3. Hasil penelitian Arnyana (2007) menunjukkan bahwa Problem Based Learning mampu meningkatkan keefektifan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pelajaran biologi16 4. Berdasarkan penelitian Dian Noviar & Dwi Reni Hastuti (2015) hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning berbasis Scientific Approach secara signifikan meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah kognitif peserta didik dengan ditunjukkan p-value sebesar 0,001 < 0,05.17 14



1. Model Pembelajaran Learning



Discovery



Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning Menurut Susanti et al. (2020) dalam Winarti et al (2021)18 Ada beberapa kelebihan atau keunggulan dari model discovery learning, diantaranya yaitu menjadikan peserta didik lebih aktif karena mencari tahu sendiri, menyelidiki sendiri, menjadikan peserta didik dapat menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara mandiri tanpa harus menunggu penjelasan pendidik Kekurangan Model Pembelajaran Discovery learning: Kekurangan model discovery learning menurut Bagja & Yuliana, (2019) dalam Winarti et al, (2021)19 diantaranya menimbulkan asumsi bahwa peserta didik harus siap untuk belajar Sehingga memenculkan frustasi dan takut pada diri peserta didik yang kurang pandai; kurang efisien untuk mengajar di kelas besar; membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya; lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian 2. Model pembelajaran PBL Kelebihan model Pembelajaran PBL



pembelajaran biologi selama ini kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Peranan guru masih sangat dominan dan kurang optimal dalam menggunakan pendekatan pembelajaran, sehingga membuat peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran dan kualitas belajar Peserta didik menjadi rendah. Kurang aktifnya peserta didik dalam pembelajaran biologi tersebut akan menyebabkan konsep-konsep biologi tidak bermakna dan tidak dapat dipahami dengan baik. Upaya dalam menghadapi permasalahan di atas yaitu dibutuhkan suatu inovasi model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar biologi Peserta didik, sehingga dapat memenuhi KKM. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah salah satunya menggunakan model pembelajaran Discovery learning. Hal tersebut senada dengan pendapat Istarani (2012) Dalam Anisa (2021)21 bahwa model pembelajaran Discovery Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya dan menghayati berbagai aspek keidupan di lingkungan sekitar. Hal tersebut yang membuat



Sundari, S.G (2018). Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dengan Model Discovery Learning. Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains Volume 1, Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN : 2598-7453. Sari,E.N,Ridlo, S, & Utami, N.R (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sel Di SMA. Unnes Science Education Journal 5 (3) 16 Arnyana, I. B. P. (2005). Pengaruh Penerapan Model PBL Dipandu Strategi Kooperatif Terhadap Kecakapan Berpikir Kritis SMA Pada Mata Pelajaran Biologi.Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.4 Th.XXXVIII. 17 Noviar, Dian & Hastuti, Dwi R.(2015). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Scientific Approach terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Di SMA N 2 Banguntapan T.A. 2014 / 2015. BIOEDUKASI Volume 8, Nomor 2 Halaman 42-47 18 Winarti, W. T., Yuliani, H., Rohmadi, M., & Septiana, N. (2021). Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Discovery Learning Berbasis Edutainment. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(1), 47. 19 Winarti, W. T., Yuliani, H., Rohmadi, M., & Septiana, N. (2021). Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Discovery Learning Berbasis Edutainment. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(1), 47. 15



Kelebihan model PBL menurut Shoimin (2016) Dalam Rerung (2017 )20 antara lain: a) peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam keadaan nyata, b) mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, c) pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi, d) terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, e) peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi, f) peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, g) peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, h) kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching. Kekurangan model Pembelajaran PBL Sedangkan, kekurangan model PBL menurut Shoimin (2016) Dalam Rerung (2017 ) antara lain: a) Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru 21



model ini mampu untuk meningkatkan hasil belajar peseta didik di sekolah Menurut Akinbobola & Afolabi (2010) dalam Sundari (2018)22 penggunaan discovery learning dapat melibatkan Peserta Didik dalam kegiatan pemecahan masalah, belajar mandiri, berpikir kritis, dan pemahaman serta belajar kreatif. Discovery learning adalah model mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, peserta didik ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru hanya sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Hal ini selaras dengan sintak-sintak pada Model pembelajaran Discovery learning yakni: 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan dan aktifitas belajar lain yang mengarah kepada persiapan belajar Peserta didik dengan pemecahan masalah 2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan identifikasi terhadap sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan materi yang akan di pelajari, kemudian salah satu masalah akan di pilih dan



Anisa, N., Anisa, A., & Irmawanty, I. (2021). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI FUNGI. Binomial, 4(1), 26-37. Rerung, N., Sinon, I. L., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik SMA pada materi usaha dan energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 47-55. 22 Sundari, S.G (2018). Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dengan Model Discovery Learning. Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains Volume 1, Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN : 2598-7453. 20



berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, dan b) dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.



3.



4.



5.



6.



dirumuskan dalam sebuah hipotesis Data collection (pengumpulan data) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang berguna untuk membuktikan benar dan tidaknya hipotesis Data processing (pengolahan data) Mengolah data dari informasi yang telah dikumpulkan peserta didik baik informasi yang diperoleh melalui wawancara, observasi ataupun kajian literatur, kemudian di tafsirkan Verification (pembuktian) Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing Generalization (menarik kesimpilan/gene ralisasi Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi



Model pembelajaran discovery learning diharapakan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik aspek kognitif ini karena membaurkan 5 kegiatan sekaligus berupa mengumpulkan literatur penunjang materi, diskusi, pengamatan langsung, presentasi, dan evaluasi materi.



Materi yang akan coba diterapkan dalam pembelajaran menggunakan model discovery Learning ini adalah materi tentang Protista. Yakni pada komptensi dasar : 3.6 Mengelompokkan protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan 4.6 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang berbagai peran protista dalam kehidupan hal ini dikarenakan Model pembelajaran discovery mampu melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran mulai dari mengamati fenomena biologis hingga menyimpulkan secara mandiri, sehingga ilmu yang didapatkan lebih bermakna. Pembelajaran dengan discovery learning lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, berpikir kreatif, dan melatih keterampilan interpersonal siswa. Pembelajaran ini mampu mendorong siswa untuk meningkatkan kualitasnya dalam belajar, konstan dalam belajar, serta belajar dengan berpikir kritis, sehingga nantinya akan menumbuhkan kepuasan siswa dalam proses pembelajaran. 3



Berdasarkan masalah Kemampuan kolaborasi Peserta didik rendah 1. Menurut Greenstein (2012) Indikator dikarenakan Guru belum menerapkan yang menunjukkan keterampilan model pembelajaran yang melatihkan kolaborasi adalah berkontribusi secara kolaborasi peserta didik Kajian literatur :



Setelah dilakukan analisis pada alternatif solusi, maka solusi yang relevan untuk meningkatkan kolaborasi Peserta didik yang rendah yaitu dengan menerapkan model



Keterampilan peserta didik dalam melakukan kerjasama ataupun berdiskusi penting untuk dilatih sejak dini supaya peserta didik menjadi mahir dalam melakukan kegiatan yang bersifat



2.



3.



4.



5.



23



aktif, bekerja secara produktif, menunjukkan fleksibilitas dan kompromi, menunjukkan tanggung jawab, dan menunjukkan sikap menghargai 23 Suprijono (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation adalah media untuk mendorong dan membimbing keterlibatan peserta didik dalam belajar. Dengan melaksanakan topik investigation yang mereka pilih akan membuat peserta didik lebih aktif berbagi dalam mempengaruhi kejadian-kejadian alami di kelas dengan berkomunikasi dan bekerjasama dalam merencanakan serta melaksanakan investigation24 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Rahmawati dkk pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi peserta didik, Rata-rata indikator keseluruhan keterampilan kolaborasi sebesar 80,44% berkatagori sangat baik. 25 Menurut Fatimah, (2012)26 Pembelajaran berdasarkan permasalahan mampu merangsang peserta didik dalam menganalisis suatu persoalan yang dihadapi dalam proses belajar dan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan kolaborasi peserta didik Hasil penelitian dari Dyah Isna Nurhayati, dkk (2019) menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis Problem Based Learning memiliki tingkat kelayakan dan tingkat keterbacaan yang



maka Alternatif solusi yang diusulkan Pembelajaran berdasarkan hasil kajian literatur dan Learning wawancara yakni: 1. Model Pembelajaran Cooperative tipe group investigation Kelebihan model Pembelajaran Cooperative tipe group investigation Menurut Kurniasih (2015:73) dalam Rohayati28 kelebihan model pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut: a) Model pembelajaran group investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. b) Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. c) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar peserta didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang. d) Model ini juga melatih peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunkasi dan mengemukakan pendapatnya, e) Memotivasi dan mendorongpeserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.



Problem



Based kolaboratif, namun fakta yang ada disekolah menunjukkan bahwa keterampilan peserta didik dalam berkolaborasi tersebut masih rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan keterampilan kolaborasi peserta didik masih rendah yakni masih banyak guru yang tetap menerapkan metode pembelajaran yang monoton dan menggunakan bahan ajar yang masih bersifat konvensional



Kekurangan model Pembelajaran Cooperative tipe group investigation



Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery and Authentic Learning. California: Corwin Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. 25 Rahmawati, ayu dkk (2019). Analisis Keterampilan Berkolaborasi Siswa SMA pada Pembelajarn Berbasis Proyek Daur Ulang Minyak Jelantah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 8, No. 2 26 Fatimah, F. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Statistika Elementer melalui Problem Based-Learning. Cakrawala Pendidikan 24



Menurut Masruloh (2021) 35 Kemampuan kolaborasi peserta didik dapat diamati berdasarkan 5 indikator yaitu kerja sama, tanggung jawab, kompromi, komunikasi dan fleksibilitas. Menurut Greenstein, (2012) dalam E. Sari (2022)36 .Keterampilan kolaborasi adalah sebuah proses dalam belajar yang dilakukan secara bersama-sama untuk mengimbangi perbedaan pandangan, pengetahuan, berperan dalam diskusi dengan memberi saran, mendengarkan, dan mendukung satu sama lain Menurut Dick dan Carey (dalam Suryani, 2013: 5)37 bahwa proses pembelajaran yang hanya meneruskan informasi diidentifikasi sebagai proses pembelajaran yang tradisional. Metode pembelajaran yang hanya meneruskan pengetahuan tidak memberikan peluang kepada peserta didik berinteraksi dan bertransaksi sehingga menyebabkan



baik serta dapat meningkatkan Menurut Kurniasih (2015:73) dalam kemampuan komunikasi dan kolaborasi Rohayati29 kekurangan model pembelajaran peserta didik.27 Group Investigation adalah sebagai berikut: a) Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan. b) Model ini membutuhkan waktu yang lama



2. Model pembelajaran PjBL Kelebihan model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Menurut Trulila (2022)30 Project Based Learning (PjBL) memiliki kelebihan atau keunggulan salah satunya yaitu meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai, melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata sehingga membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. 31



Menurut Heryani Fatma (2021) Model pembelajaran PJBL mempunyai kelebihan 28



mereka kehilangan waktunya untuk mengartikulasikan pengalamannya dalam proses pembelajaran.



Maka untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran, yakni dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatakan kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi peserta didik serta pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kolaborasi peserta didik adalah Model Pembelajaran Problem Based learning. Pembelajaran berdasarkan permasalahan menekankan keterlibatkan Peserta didik dalam seluruh proses pembelajaran, seperti tanya jawab, mencari sumber belajar, diskusi, dan merancang solusi. Peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar mengembangkan potensi melalui suatu aktivitas untuk mencari, memecahkan dan menemukan suatu konsep atau gagasan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Jalmo. T dkk (2019)38 dalam jurnalnya yang berjudul “Penggunaan Problem Based



Rohayati, A., Rozi, Z. F., & Si, M. P. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA XI. IPA SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU. Masruroh, L., & Arif, S. (2021). Efektivitas Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Science Education for Sustainability dalam Meningkatkan Kemampuan Kolaborasi. Jurnal Tadris IPA Indonesia, 1(2), 179-188. 36 Sari, E., & Hafandi, L. (2022). Pengaruh Problem Based Learning terhadap Keterampilan Kolaborasi Siswa. Bioedutech: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 1(1), 68-77. 37 Suryani, N. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Kolaboratif untuk Meningkatkan Ketrampilan Sosial Siswa. E-Jurnal. 1-23 hlm. 27 Nurhayati, D. Isna, dkk (2019). Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning pada Materi Gerak Lurus untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Kolaborasi Siswa. Unnes Physics Education Journal 8 (2) 29 Rohayati, A., Rozi, Z. F., & Si, M. P. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA XI. IPA SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU. 30 Trulila, I., & Hardi, E. (2022). PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 3 CIAMIS PADA MATERI LIMBAH DAN DAUR ULANG LIMBAH. Bioed: Jurnal Pendidikan Biologi, 10(1), 19-24. 31 Fatma, H. (2021). Kreativitas Peserta Didik Dalam Pembelajaran Bioteknologi dengan PJBL Berbasis Steam. Pedagonal: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 5(1), 7-14. 38 Jalmo, T., Fitriyani, D., & Yolida, B. (2019). Penggunaan Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi dan berpikir tingkat tinggi. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, 7(3), 77-87. 35



dapat meningkatkan motivasi, membuat peserta didik lebih aktif, kreatif dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan bermakna. Menurut Oktaviani (2021)32 Pada model project based learning ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model project based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah serta motivasi dimana peserta didik tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek Kekurangan model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Menurut Suhana (2014) dalam Mulyani (2020)33 model PjBL memiliki kekurangan, diantanya: a) membutuhkan biaya banyak; b) peralatan yang digunakan harus disediakan; c) peserta didik akan kesulitan jika yang kurang mahir dalam melakukan percobaan dan pengumpulan data; d) memungkinkanpeserta didik kurang aktif dalam kerja kelompok; e) jika topik setiap kelompok berbeda, ada kemungkinan tidak semua peserta didik memahami topik secara keseluruhan 3. Model pembelajaran PBL Kelebihan model Pembelajaran PBL Kelebihan model PBL menurut Shoimin (2016) Dalam Rerung (2017 )34 antara lain: a) peserta didik dilatih untuk memiliki 32



Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Dan Berpikir Tingkat Tinggi”, Hasil penelitian menunjukan kemampuan kolaboratif dan berpikir tingkat tinggi Peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berikut sintak-sintak model pembelajaran PBL menurut Arends (2007) dalam Suliyati (2017)39: 1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti 3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok 4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Pada tahapan orientasi dan mengorganisasikan, peserta didik dilatih kemampuan berkompromi dalam menentukan tugas masing-masing anggota kelompok. Pada tahapan investigasi, masing-masing peserta didik berusaha untuk menciptakan sebuah hasil atau solusi yang diperkuat atas fakta_fakta atau bukti dari permasalahan yang ditentukan, sehingga peserta didik dapat melatih kemampuan bertanggung jawab dan bekerja sama. Pada tahapan mengembangkan dan memperesentasikan



OKTAVIANI, L. (2021). PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X IPA YP UNILA BANDAR LAMPUNG (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG). Mulyani, T. S., Erlin, E., & Yulisma, L. (2020). Studi Dokumenter Hasil Belajar Psikomotor Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan Menggunakan Model PjBL pada Siswa Kelas VII MTsN 11 Ciamis. Bioed: Jurnal Pendidikan Biologi, 8(2), 36-39. 34 Rerung, N., Sinon, I. L., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik SMA pada materi usaha dan energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 47-55. 39 Suliyati, S., Mujasam, M., Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Penerapan model PBL menggunakan alat peraga sederhana terhadap hasil belajar peserta didik. Curricula: Journal of Teaching and Learning, 3(1). 33



b)



c)



d) e)



f) g)



h)



kemampuan memecahkan masalah dalam keadaan nyata, mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi, terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi, peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.



Kekurangan model Pembelajaran PBL Sedangkan, kekurangan model PBL menurut Shoimin (2016) Dalam Rerung (2017 ) antara lain: a) Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, dan b) dalam suatu kelas yang memiliki



peserta didik dilatih berkomunikasi dan berkontribusi secara fleksibelitas dalam menyampaikan pendapat untuk merencanakan dan menentukan cara mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Materi yang akan coba diterapkan dalam pembelajaran menggunakan model PBL ini adalah tentang Bakteri. Yakni pada kompetensi dasar : 3.5 Mengidentifikasi struktur, cara hidup, reproduksi dan peran bakteri dalam kehidupan 4.5 Menyajikan data tentang ciri-ciri dan peran bakteri dalam kehidupan Secara lebih spesifik, masalah yang akan diorientasikan kepada peserta didik adalah tentang kasus penarikan produk Kinder Joy dari pasaran oleh BPOM akibat dari ditemukannya bakteri salmonella pada produk Kinder joy dibeberapa negara eropa.



4



40



1. Literasi digital oleh Greenstein (2012)40 dalam kundariati (2019) didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menemukan, mengorganisasi, memahami, mengevaluasi, dan menganalisis informasi melalui teknologi digital. 2. Berdasarkan hasil penelitian prasutri (2019)41 dapat disimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan literasi digital dan keterampilan kolaboratif siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan literasi digital dan keterampilan kolaborasi. Pada siklus pertama materi sistem reproduksi didapatkan nilai 69 untuk literasi digital dan 72 un-tuk keterampilan kolaborasi. Pada siklus kedua materi sistem pencernaan didapatkan nilai sebe-sar 71 untuk literasi digital dan 72 untuk keterampilan kolaborasi. Pada siklus ketiga materi sistem sirkulasi didapatkan nilai sebesar 73 untuk literasi digital dan 75 untuk keterampilan kolaborasi. 3. Berdasarkan penelitian Nurcahyo (2020) penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan literasi digitalpeserta didik 42 4. Berdasarkan penelitian M. Kurnia Pratiwi & Sifak Indana (2022)



tingkat keragaman peserta didik yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. Berdasarkan masalah Kebiasaan literasi digital peserta didik dalam pembelajaran biologi masih rendah dikarenakan Guru belum optimal dalam mengarahkan peserta didik untuk memanfaatkan perangkat TIK dan Platform digital dalam proses pembelajaran maka Alternatif solusi yang diusulkan berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara yakni: 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Kelebihan model Pembelajaran PBL Kelebihan model PBL menurut Shoimin (2016) Dalam Rerung (2017 )46 antara lain: a) peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam keadaan nyata, b) mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, c) pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi, d) terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, e) peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan



Setelah dilakukan analisis pada alternatif solusi, maka solusi yang relevan untuk meningkatkan literasi digital Peserta didik dalam pembelajaran biologi yang rendah yaitu dengan menerapkan model Discovery Learning



Proses belajar mengajar di kelas harus dapat mengembangkan cara belajar peserta didik untuk menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, ataupun dari mengeksplore informasi dari media digital berbasis internet. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu inovasi baru dalam pembelajaran di kelas salah satunya dengan menerapkan model discovery learning Hal ini diperkuat oleh penelitian dari Cahyati dkk (2019)52 dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta didik Model discovery learning, mampu mengajak peserta didik untuk mengembangkan konsepnya dengan melakukan pencarian terbimbing yang membuat peserta didik menemukan sendiri konsep. Proses penemuan atau pengumpulan informasi yang dilakukan oleh peserta didik tidak terbatas pada studi literatur menggunakan buku saja, tetapi juga memungkinkan peserta didik untuk mengakses berbagai media seperti



Kundariatiti, M., Latifah, A. N., Laili, M. R., & Susilo, H. (2019). Peningkatan Keterampilan Kolaborasi dan Literasi Digital Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Lesson Study Mahasiswa S1 Pendidikan Biologi UNM. In Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Biologi IPA dan Pembelajaran (pp. 232-238). 41 Prasutri, D. R., Muzaqi, A. F., Purwati, A., Nisa, N. C., & Susilo, H. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Literasi Digital dan Keterampilan Kolaboratif Siswa SMA pada Pembelajaran Biologi. In Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Biologi-IPA dan Pembelajarannya (Vol. 4, p. 489). 42 Nurcahyo, M.A. (2020) Penggunaan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Literasi Digital Siswa Smp Pada Mata Pelajaran Ipa. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains 9(2), 2020, 132-138



Penggunaan E-Modul berbasis QR Code sangat efektif untuk melatihkan kemampuan literasi digital peserta didik. 43 5. Berdasarkan penelitian Riswanto 44 (2018) Pemanfatan bahan ajar untuk pembelajaran Pembelahan Sel menggunakan media animasi berbasis internet dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, pemahaman konsep Pembelahan Sel, menumbuhkan budaya litersi digital dan kemandirian belajar. 6. Berdasarkan hasil penelitian dari Cahyati dkk (2019)45 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta didik pada submateri sistem indera di kelas XI MIPA SMAN 4 Tasikmalaya .



observasi, f) peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, g) peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, h) kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching. Kekurangan model Pembelajaran PBL Sedangkan, kekurangan model PBL menurut Shoimin (2016) Dalam Rerung (2017 ) antara lain: a) Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, dan b) dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas 2. Model Pembelajaran Learning Kelebihan



46



Model



Discovery



Pembelajaran



internet, telepon genggam, pengiriman pesan instan, dan berbagai peralatan digital lainnya. Informasi yang telah diperoleh tersebut perlu dianalisa dan disusun menjadi pengetahuan yang utuh sesuai dengan topik yang dibahas, sehingga memerlukan proses analisis, diskusi dan verifikasi. Dengan demikian dalam tahapan pelaksanaan ini secara tidak langsung mengaplikasikan kompetensikompetensi literasi digital yang harus dikuasai. Berikut kompetensi Literasi digital menurut Gilster (1997) dalam Cahyati (2019)53 yaitu pencarian internet (internet searching), navigasi hypertextual (hypertextual navigation), evaluasi konten (content evaluation), dan penyusunan pengetahuan (knowledge assembly) Menurut Syah dalam Yani dan Ruhimat (2018)54 langkah-langkah model discovery learning yang terdiri dari enam sintaks atau fase utama yaitu : 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), 2. problem statement (pernyataan / identifikasi masalah)



Rerung, N., Sinon, I. L., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik SMA pada materi usaha dan energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 47-55. Cahyati, C., Surahman, E., & Hernawati, D. (2020, June). Kemampuan Literasi Digital Dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Discovery Learning. In Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya I Tahun 2019 ISBN: 978-602-925040-4. 43 Pratiwi, M.K & Indana, sifak (2022). Pengembangan E-Modul Berbasis Qr-Code Untuk Melatihkankemampuan Literasi Digital Siswa Pada Materi Perubahanlingkungan.BIOEDU. Vol. 11 No.2 Tahun 2022 Hal: 457-468 44 Riswanto, R. (2018). PEMANFAATAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS INTERNET PADA MATERI PEMBELAHAN SEL UNTUK MENIGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP, MENUMBUHKAN LITERASI DIGITAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR. JURNAL EDUSCIENCE (JES), 5(2), 40-48. 45 Cahyati, C., Surahman, E., & Hernawati, D. (2020, June). Kemampuan Literasi Digital Dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Discovery Learning. In Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya I Tahun 2019 ISBN: 978-602-925040-4. 52



Discovery Learning Menurut Susanti et al. (2020) dalam Winarti et al (2021)47 Ada beberapa kelebihan atau keunggulan dari model discovery learning, diantaranya yaitu menjadikan peserta didik lebih aktif karena mencari tahu sendiri, menyelidiki sendiri, menjadikan peserta didik dapat menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara mandiri tanpa harus menunggu penjelasan pendidik Kekurangan Model Pembelajaran Discovery learning: Kekurangan model discovery learning menurut Bagja & Yuliana, (2019) dalam Winarti et al, (2021)48 diantaranya menimbulkan asumsi bahwa peserta didik harus siap untuk belajar Sehingga memenculkan frustasi dan takut pada diri peserta didik yang kurang pandai; kurang efisien untuk mengajar di kelas besar; membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya; lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian 3. Penggunaaan Multimedia interaktif Kelebihan dan kekurangan Multimedia interaktif



3. data collection (pengumpulan data) 4. data processing (pengolahan data) 5. verification (pembuktian) 6. generalization (menarik kesimpulan /generalisasi). Model discovery learning mempunyai karakteristik dan sintaks pembelajaran yang mendukung terpenuhinya kompetensi kemampuan literasi digital peserta didik yakni pada proses pengumpulan data, Pengolahan data dan diskusi Proses pembelajaran model discovery learning menitik beratkan pada keaktifan oleh peserta didik penemuan dan pengolahan informasi untuk pemecahan masalah Peserta didik dalam proses pembelajaran diberi keleluasaan untuk mengakses serta menggali sebanyak mungkin informasi terkait materi dari berbagai sumber dan literatur baik itu melalui pengamatan, studi literatur dari buku, maupun proses pencarian melalui media digital. Sehingga dalam proses pembelajarannya dapat mengembangkan kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta didik.



Kelebihan Munadi (2010:152) dalam Prasetyo (2018) mengatakan kelebihan multimedia interaktif 53



Cahyati, C., Surahman, E., & Hernawati, D. (2020, June). Kemampuan Literasi Digital Dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Discovery Learning. In Seminar Nasional Biologi, Saintek, dan Pembelajarannya I Tahun 2019 ISBN: 978-602-925040-4. 54 Yani, A. dan Ruhimat, M. (2018). Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama. 47 Winarti, W. T., Yuliani, H., Rohmadi, M., & Septiana, N. (2021). Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Discovery Learning Berbasis Edutainment. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(1), 47. 48 Winarti, W. T., Yuliani, H., Rohmadi, M., & Septiana, N. (2021). Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Discovery Learning Berbasis Edutainment. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(1), 47.



adalah sebagai berikut: a) “Interaktif. Sesuai dengan namanya, program multimedia ini diprogram atau dirancang untuk dipakai oleh peserta didik secara individual (belajar mandiri). Saat peserta didik mengaplikasikan program ini, ia diajak untuk terlibat secara auditif, visual, dan kinestetik, sehingga dengan pelibatan ini dimungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengerti. b) Memberikan iklim afeksi secara individual. c) Meningkatkan motivasi belajar. d) Memberikan umpan balik. e) Kontrol pemanfaatannya sepenuhnya berada pada penggunanya”.



Materi yang akan coba diterapkan dalam pembelajaran menggunakan model discovery Learning ini adalah materi tentang Jamur. Yakni pada kompetensi dasar : 3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan 4.7 Menyajikan laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan peranannya dalam kehidupan



Kekurangan Munadi (2010:153) dalam Prasetyo (2018) mengatakann “kekurangan multimedia interaktif, diantaranya adalah: a) Pengembangan memerlukan adanya tim yang profesional, b) Pengembangan memerlukan waktu yang cukup lama”.49



4. Bahan ajar Berbasis internet Kelebihan dan kekurangan bahan ajar berbasis internet Menurut Purmadi (2016)50 Bahan ajar berbasis internet ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. 49



Prasetyo, F. (2018). Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Powerpoint 2016 Pada Subtema 1 Manusia Dan Lingkungan Di Kelas V Sekolah Dasar. PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS POWERPOINT 2016 PADA SUBTEMA 1 MANUSIA DAN LINGKUNGAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR. 50 Purmadi, A., & Surjono, H. D. (2016). Pengembangan bahan ajar berbasis web berdasarkan gaya belajar siswa untuk mata pelajaran Fisika. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 3(2), 151-165.



Kelebihannya adalah: a) bahan ajar berbasis internet ini dapat diakses kapan saja dan dimana saja asalkan peserta didik telah terdaftar sebagai pengguna, b) materi yang disajikan disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik sehingga akan lebih dimudahkan dalam memahami materi tersebut. Selain itu juga, c) komunikasi antara guru dan peserta didik tidak hanya terjadi di sekolah, d) update data lebih mudah, e) sistem penilaian yang lebih praktis dan transparan, f) peserta didik juga dapat memperkaya materi-materi tambahan yang dilinkkan di bahan ajar berbasis internet. g) Selanjutnya peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan tertib dan tidak menimbulkan keributan sehingga pemanfaatan waku belajar bisa lebih optimal. h) Dengan adanya bahan ajar berbasis internet peserta didik tidak tergantung lagi dengan bahan ajar yang siftanya cetak semisal buku paket. i) Materi yang disajikan pada bahan ajar berbasis internet juga lebih bervariasi sehingga mudah untuk dipahami. Sementara kekurangannya sendiri yang berkaitan dengan masalah teknis yakni a) sering terjadi mati listrik, intenet lambat, beberapa komputer/gadget rusak yang menyebabkan peserta didik tidak bisa mengakses bahan ajar, b) masalah yang terjadi pada proses pembelajaran yaitu sistem penilaian



online yang sangat rawan dengan jawaban peserta didik yang dapat diduga dapat dikerjakan secara bersama-sama. c) Kemudian dengan adanya pembelajaran menggunakan web menyebabkan peserta didik dapat membuka link yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran.



5. Penggunaan E-modul Kelebihan dan kekurangan E-Modul Menurut Rahmadhani dkk (2021)51 Kelebihan pada e-modul yaitu sangat efektif digunakan pada pembelajaran jarak jauh atau daring, keberadaan e-modul pada kondisi daring sangat membantupeserta didik dan guru dalam memperoloeh materi pembelajaran yang terstruktur dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, meningkatkan literasipeserta didik, memotivasi, serta memberikan kemudahan bagi guru dalam proses pemberian dan penyampaian materi ajar. Adapun untuk kekurangan penggunaan media emodul yaitu kekurangan perangkat yang disediakan dibeberapa sekolah untuk mengakses emodul yang akan diterapkan.keterbatasan jumlah peserta didik yang belum memiliki secara individu perangkat yang akan digunakan untuk mengakses e-modul yang telah disediakan oleh pendidik.



51



Rahmadhani, S., & Efronia, Y. (2021). Penggunaan E-Modul Di Sekolah Menengah Kejuruan Pada Mata Pelajaran Simulasi Digital. Jurnal Vokasi Informatika, 5-9.